"KONGSI KEMATIAN DAN PERUBAHAN RITUAL PROSESI KEMATIAN TIONGHOA DI PADANG" by Eniwati Erniwati, Yelda Syafrina et al.
  •  
  •  
 

Abstract

This article discusses the changes in the implementation of death rituals organized by ethnic Chinese in Padang city. Documents in the form of photos and bylaws of the death ritual procession, an interview, and observations at the funeral home, crematorium of the Chinese socio-cultural and funeral association Himpunan Tjinta Teman (HTT), Himpunan Bersatu Teguh (HBT), and the Chinese cemetery complex in Bukit Sin Tiong and TPU Bungus Teluk Kabung are the sources of this article. The article's findings show that the performance of death procession rituals is an important part that marks the identity of the deceased and the family left behind. The ethnic Chinese of Padang still carry out death rituals in the Chinese tradition because there is a death congregation in the city of Padang that serves as a forum for preserving and organizing this ancestral tradition. In its development, the tradition of the death ritual procession has changed with the times, especially in the use of symbols, the stages of implementing a shorter and more efficient ritual process, the choice of the cremation process as a result of technological findings and the shift in ritual meaning from generation to generation of Chinese. These changes occurred in line with the changing times and the reforms adopted by the two Padang Chinese death societies as well as changes in the Chinese generation itself.

Bahasa Abstract

Artikel ini membahas tentang perubahan pelaksanaan ritual prosesi kematian yang diselenggarakan etnik Tionghoa di kota Padang. Dokumen berupa foto dan AD/ART pelaksanaan prosesi ritual kematian, wawancara, serta observasi di rumah duka, krematorium perhimpunan sosial budaya dan pemakaman etnik Tionghoa Himpunan Tjinta Teman, Himpunan Bersatu Teguh, serta komplek pemakaman Tionghoa di Bukit Sin Tiong dan TPU Bungus Teluk Kabung menjadi sumber penulisan artikel ini. Temuan artikel menunjukkan bahwa pelaksanaa ritual prosesi kematian merupakan bagian penting yang menandai identitas yang meninggal dan keluarga yang ditinggalkan. Etnik Tionghoa Padang masih melaksanakan ritual kematian secara tradisi Tionghoa karena ada kongsi kematian di kota Padang yang menjadi wadah melestarikan dan menyelenggarakan tradisi leluhur ini. Dalam perkembangannya tradisi prosisi ritual kematian mengalami perubahan seiring perubahan zaman, terutama dalam penggunaan simbol- simbol, tahapan pelaksanaan prosesi ritual yang lebih singkat dan efisien, pilihan proses kremasi sebagai dampak temuan teknologi serta pergeseran makna ritual dari generasi ke generasi Tionghoa. Perubahan tersebut terjadi seiring dengan perubahan zaman dan pembaharuan-pembaharuan yang diadopsi oleh dua kongsi kematian Tionghoa Padang serta perubahan generasi Tionghoa itu sendiri.

References

1895. n.d. Staatsblad.

1897. n.d. Batoe Peringatan Dari Bangsa Hock Kian. Padang.

24 April. 1953. Majoor Titulair Der Chineezen Lie Saay Jadi Kaya Sampai Harta Benda Habis Pada Tahun 1952, April 1953.

24 Mei. 1851. Javasche Courant, May 24, 1851.

Abdullah, Ahmad Zakki, Witanti Prihatiningsih,dan Ratu Laura MBP. 2017. Konstruksi Makna Ritual Pemakaman Budaya Tionghoa di Heaven Memorial Park Bogor. Metacommunication; Journal of Communication Studies 2, no. 2: 14–23. http://dx.doi.org/10.20527/mc.v2i2.4083.

Agraria, Departemen Dalam Negeri Direktorat Djenderal. 1971. Buku Tanah. Padang: Kotamadya Padang Sumatera Barat.

Anggara, Bima dan Hesti Asriwandari. 2019. Ritual Kematian Etnis Tionghoa di Kota Pekanbaru. Jurnal Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kampus Bina Widya 6, no. 3.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Tjinta Teman Padang. 1987. Padang : Pengurus Himpunan Tjinta Teman Padang, 12 Juni 1987.

Barth, Frederick. 1988. Kelompok Etnik Dan Batasannya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Berkson, Mark. 2019. Death in Ancient Chinese Thought: What Confucians and Daoists Can Teach Us About Living and Dying Well. In: Knepper, T.D., Bregman, L., Gottschalk, M. (eds) Death and Dying. Comparative Philosophy of Religion, vol 2. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-19300-3_2

Bose, Arpita. 2019. The Chinese in Calcutta: A Study on Settlement and Demographical Patterns. Indian Historical Review 46, no. 1: 132–49. https://doi.org/10.1177/0376983619856540

Cabgianto, Ardian. 2015. Pandangan Filosofi Tionghoa Memandang Mati Bagaikan Hidup. Bandung.

Colombijn, Freek. 2006. Paco-Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota Di Indonesia Pada Abad Ke-20 Dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Ombak.

Comber, Leon F. 1959. Chinese Secret Societies in Malaya. A Survey of the Triad Society from 1800-1900. Journal of Asian Studies (1960) 19, no. 3: 364–365.. https://doi.org/10.2307/2943523.

Cormack, J.G. 1928. Chinese Birthday, Wedding, Funeral, and Other Customs. Peking: The Commercial Press, Peking Branch Works.

Efendi, Bayu Alhadad and Erniwati. 2022. Pola Nama Etnis Tionghoa Padang Pada Masa Orde Baru. Jurnal Kronologi 4, no. 3: 13–28. https://doi.org/10.24036/jk.v4i3.477 .

Erniwati, Syafrina, Yelda, Adri Febrianto, and Retnaningtyas Susanti. 2024. Death Kongsi and the Survival of Chinese Death Processions in Padang City. Diakronika 24, no. 1: 51–61.

Erniwati. 2007. Asap Hio Di Ranah Minang. Yokyakarta: Ombak.

———. 2016. 140 Tahun Heng Beng Tong: Sejarah Perkumpulan Tionghoa 1876-2016. Jakarta: Komunitas Bambu.

———. 2019. Identitas Etnis Tionghoa Padang Masa Pemerintahan Belanda. Patanjala 11, no. 2 (June): 185–201. https://doi.org/10.30959/patanjala.v11i2.482 .

Fraser, Chris. 2013. Xunzi versus Zhuangzi: Two Approaches to Death in Classical Chinese Though. Frontiers of Philosophy in China8, no. 3: 410–27. https://doi.org/10.3868/s030-002-013-0034-4.

Gao, Mobo. 2017. Early Chinese Migrants to Australia: A Critique of the Sojourner Narrative on Nineteenth-Century Chinese Migration to British Colonies” Asian Studies Review 41, no. 3 (July): 389–404. https://doi.org/10.1080/10357823.2017.1336747.

Gondomono. 1996. Membanting Tulang Menyembah Arwah: Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina. Depok.

Hasana, Fauziatul dan Erniwati. 2023. Dari Pemakaman ke Kremasi : Perubahan Prosesi Kematian Tionghoa Padang 2001-2022. Kronologi 5, no. 2: 299–315.

Heng Beng Tong. 1894. Reglement Peratoeran Dari Kongsi Heng Beng Tong.

Hill, Ann Maxwell. 1992. Chinese Funerals and Chinese Ethnicity in Chiang Mai, Thailand.” Ethnology 31, no. 4: 315. https://doi.org/10.2307/3773423

Himpunan Bersatu Teguh. 1987. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Bersatu Teguh Padang.

———. 2012. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Bersatu Teguh Padang.

———. 2017. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Bersatu Teguh Padang.

Hok Tek Tong. 1894. Reglement van de Chineesene Vereeniging.

Kiong, Tong Chee. 1993. The Inheritance of the Dead: Mortuary Rituals among the Chinese in Singapore. Southeast Asian Journal of Social Science 21, no. 2: 130–158. https://www.jstor.org/stable/24491689.

Kipnis, Andrew B. 2019. Funerals and Religious Modernity in China. Review of Religion and Chinese Society 6, no. 2: 253–272. https://doi.org/10.1163/22143955-00602006

Koentjaraningrat. 1985. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. 2nd ed. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Kwan, Kenny Man Hin. n.d. Cultural Identity within the Chinese Community in Toronto Examined through the Chinese Orchestra – A Study on the Toronto Chinese Orchestra. Toronto.

Lan, Thung Ju, Widjajanti, M. Santoso. 2000. Membaca Kembali Kecinaan Etnis Cina Di Indonesia: Sebuah Kajian Kepustakaan. Depok: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Madona, Epi. 2017. Ritual Kremasi Etnis Tionghoa di Rumah Duka Rumbai Pekanbaru. Jurnal FISIP 4, no. 2. https://sg.docworkspace.com/d/sIKG_obGSAcu-66cG

Man, Pui Kwan, and Eric Fong. 2021. Momentum of Chinese Migration Scholarship in East and Southeast Asia. Asian Population Studies 17, no. 2: 117–120. https://doi.org/10.1080/17441730.2020.1858570 .

Masruroh, Yulia, Bagus Haryono, dan Argyo Demartoto. 2018. Pemaknaan Bong Pay Pada Warga Keturunan Tionghoa Di Kelurahan Sudiroprajan Surakarta. Jurnal Analisa Sosiologi 4, no. 1. https://doi.org/10.20961/jas.v4i1.17406

Mourik, Justus Van. 1897. Indrukken van Een “Totok” Indische Typen En Schetsen. Amsterdam: Van Holkema & Warendorf.

Padang, Pemda Tingkat II Kota Madya. 1995. 326 Tahun Padang Kota Tercinta 7 Agustus 1669-7 Agustus 1995. Padang.

Pratiwi, Novika Restu, Erniwati, and Zul Asri. 2019. Retribusi Pemakaman Etnis Tionghoa Kota Padang 1989-2016. Galanggang Sejarah 1, no. 1. https://doi.org/10.5281/zenodo.2678063

Sankar, Lokasundari Vijaya, David Hock, Jin Neo and Teun De Rycker. 2016. Chinese Culture and Customs in Peranakan Funerals in Malaysia and Singapore. SEARCH The Journal of the South East Asia Research Centre for Communication and Humanities 8, no. 1: 17–36.

Seksi Perundang-Undangan Pemerintah Kota Padang. 1979.

Statuten de Vereniging Hok Teek Tong Te Padang Sumatra Weskust. 1894.

Statuten Van De Vereniging: Hok Tek Tong Padang Sumatera Weskust. 1921.

Sugiastuti, Natasya Yunita. 2003. Tradisi Hukum Cina: Negara Dan Masyarakat: Studi Mengenai Peristiwa-Peristiwa Hukum Di Pulau Jawa Zaman Kolonial (1870-1942). Jakarta: Universitas Indonesia.

Sumatera Bode. 1941.

Toh, Audrey Lin Lin and Hong Liu. 2021. Language Ideologies, Chinese Identities and Imagined Futures. Journal of Chinese Overseas17, no. 1: 1–30. https://doi.org/10.1163/17932548-12341432 .

Tong, Heng Beng. 1894. Reglement van de Chineesene Vereeniging.

———. 1924. Huishoudelijk Reglement. Padang.

Vleming, J.L. 1992. The Chinese Business Community in Netherlands India. In Chinese Economic Activity in Netherlands India: Selected Translation from the Dutch. Singapore: Institute of Southeast Asia Studies. https://doi.org/10.1355/9789814379410-012.

Share

COinS