Abstract
Urban areas have developed rapidly in terms of demography and culture. This is because urban areas attract people who are searching for higher income and a better life than those in rural areas. Demographical and cultural development in urban areas often affects local culture. One example can be found in Pekanbaru City, Riau Province, Indonesia. The Riau Malays, the city’s native ethnic group, no longer dominates the city’s demographical landscape. In fact, the Minangkabaus as a migrant ethnic group actually dominate Pekanbaru City. However, there is still a limited body of documentation of and research on the language and culture in Pekanbaru City. Therefore, this study was conducted to investigate the toponyms of various areas in Pekanbaru City. This research is also intended to reveal the meaning of less popular local toponyms to provide valuable information for the general public. This research used the qualitative method with the toponymic approach. Data consist of all sub-district names in Pekanbaru City. Analysis was conducted to classify those names based on their basic toponymy, focusing on their lexico-semantic aspects. The meaning of those toponyms was obtained from interviews with selected respondents. In addition, this study also connects toponymy with various sociolinguistic aspects, especially ethnicity, language use, and code-mixing. Results show that most local toponyms in Pekanbaru City refer to certain geographical conditions, trees, hopes, and rivers. Furthermore, most local toponyms contain roots which originated from Indonesian, Riau Malay, and Javanese languages. In terms of ethnicity, Pekanbaru City is dominated by the Minangkabaus, Riau Malays, and Javanese. The dominant languages in Pekanbaru City are Indonesian, Minang, and Riau Malay. Code-mixing in local toponyms mostly occur between Indonesian and Javanese. However, not all sub-district names have identifiable toponymic meaning, so further research is needed to complement the existing results.
Bahasa Abstract
Daerah urban memiliki perkembangan masyarakat dan budaya yang sangat pesat. Hal ini disebabkan daerah urban menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengadu nasib dan mencari kehidupan yang lebih baik dibandingkan di desa. Perkembangan masyarakat dan budaya di daerah urban tidak jarang turut mengikis budaya lokal setempat. Salah satu contohnya dapat terlihat di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Masyarakat Melayu yang menjadi suku asli di daerah ini tidak lagi mendominasi secara demografi. Malahan, masyarakat Minangkabau sebagai masyarakat pendatang justru mendominasi di Kota Pekanbaru. Terlebih lagi, dokumentasi dan kajian bahasa maupun budaya di Kota Pekanbaru juga masih minim. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini melakukan penelusuran toponim wilayah di Kota Pekanbaru. Hal ini bertujuan untuk dapat menambah jumlah dokumentasi dan penelitian tentang bahasa maupun budaya di Kota Pekanbaru. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menelusuri dominasi penamaan wilayah di Kota Pekanbaru. Penelitian ini bermanfaat untuk mengungkapkan makna toponim wilayah yang belum tentu diketahui masyarakat umum. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan toponimi. Data penelitian adalah semua nama kelurahan di Kota Pekanbaru. Analisis penelitian membuat klasifikasi berdasarkan toponimi dasar dengan fokus leksiko-semantis. Makna toponim didapatkan dari hasil wawancara kepada pemangku kepentingan. Selain itu, penelitian ini juga menghubungkan toponimi dengan pendekatan sosiolinguistik, khususnya etnisitas, penggunaan bahasa, dan campur kode. Hasilnya, toponim wilayah di Kota Pekanbaru memiliki dominasi makna keadaan geografis, nama pohon, harapan, dan nama sungai. Dominasi toponim wilayah yang teridentifikasi berasal dari bahasa Indonesia, Melayu, dan Jawa. Etnisitas di Kota Pekanbaru didominasi oleh suku Minangkabau, Melayu, dan Jawa. Penggunaan bahasa di Kota Pekanbaru didominasi bahasa Indonesia, Minang, dan Melayu. Campur kode dalam toponim wilayah paling banyak terjadi antara bahasa Indonesia dan Jawa. Meskipun demikian, tidak semua nama kelurahan teridentifikasi makna toponimnya sehingga penelitian lanjutan diperlukan untuk melengkapi hasil yang ada.
References
Abimanyu, Tommy Langgeng. 2018. Identifikasi Toponimi Desa di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dalam Perspektif Keruangan. Jantra 13, no. 1: 11–23.
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Amalia, Dora, Satwiko Budiono, Santy Yulianti, Itmam Jalbi, Mardi Nugroho, Harry Ferdiansyah, dan Fajar Erikha. 2021. Buku Petunjuk Teknis Penelitian Toponimi. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Badan Informasi Geospasial. 2021. Gazeter Republik Indonesia. Jakarta: Badan Informasi Geospasial.
Badan Pusat Statistik. 2018. Potensi Desa. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Basik, Sergei. 2020. Urban Place Names: Introduction. Urban Science 4, no. 4: 80. https://doi.org/10.3390/ urbansci4040080.
Budiono, Satwiko dan Winci Firdaus. 2022. Penanda Identitas dalam Penamaan Wilayah Administrasi di Kabupaten Sanggau. Linguistik Indonesia 40, no. 2: 227–243. https://doi.org/10.26499/li.v40i2.341.
Camalia, Mahabbatul. 2015. Toponimi Kabupaten Lamongan (Kajian Antropologi Linguistik). PAROLE: Journal of Linguistics and Education 5, no. 1: 74–83. https://doi.org/10.14710/parole.v5i1.8625.
Darheni, Nani. 2018. Regional Toponymy in Cirebon Regency: An Ethnolinguistic Study. Dalam Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 570–572. Atlantis Press. https://doi.org/10.2991/ amca-18.2018.158.
Hinton, Leanne. 2001. Language Revitalization: An Overview. Dalam The Green Book of Language Revitalization in Practice, 1–18. BRILL. https://doi.org/10.1163/9789004261723_002.
Huebner, Thom. 2006. Bangkok’s Linguistic Landscapes: Environmental Print, Codemixing, and Language Change. Dalam Linguistic Landscape: A New Approach to Multilingualism. Clevedon, Buffalo, and Toronto: Multilingual Matters Ltd.
Humaidi, Akhmad, Yulita Safutri, dan Alimuddin A. Djawad. 2021. Bentuk Satuan Kebahasaan dan Makna Toponimi Nama Desa di Wilayah Kabupaten Tabalong. Jurnal Basataka 4, no. 1: 30–40.
Izar, Julisah, Ade Kusmana, dan Anggi Triandana. 2021. Toponimi dan Aspek Penamaan Desa-Desa di Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia (Diglosia) 5, no. 1: 89–99.
Jayanti, Arum. 2021. Toponimi Nama-Nama Kampung di Kotagede. Batra 7, no. 1: 35–45.
Maharani, Tisa dan Ari Nugrahani. 2019. Toponimi Kewilayahan di Kabupaten Tulungagung (Kajian Etnosemantik dan Budaya). Belajar Bahasa 4, no. 2: 223. https://doi.org/10.32528/bb.v4i2.2563.
Mesthrie, Rajend, ed. 2011. The Cambridge Handbook of Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
M.S, Suwardi, Wan Ghalib Isjoni, dan Zulkarnain. 2006. Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru. Pekanbaru: Pemerintah Kota Pekanbaru.
Muhidin, Rahmat. 2021. Pemberian Nama Desa atau Kampung di Kabupaten Musi Rawas: Suatu Kajian Toponimi Daratan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS), 563–76. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Oktaviana, Eva. 2020. Toponimi Penamaan Desa di Kecamatan Kebomas Gresik Jawa Timur (Kajian Linguistik Antropologi). Jurnal Sapala 7, no. 1: 1–5.
Pemerintah Kota Pekanbaru. 2019. Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi.
Pertiwi, Prima Pandu, Suyanto Suryanto, dan Sri Puji Astuti. 2020. Toponimi Nama-Nama Desa Di Kabupaten Ponorogo (Kajian Antropolinguistik). Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 15, no. 3 (Agustus): 330–340.
Poenaru, Oana Maria. 2013. The Relationship between Toponymy and Linguistics. Anadiss 8, no. 15: 154– 66.
Sahril, Sahril, Syahifuddin Zuhri Harahap, dan Agus Bambang Hermanto. 2019. Lanskap Linguistik Kota Medan: Kajian Onomastika, Semiotika, dan Spasial. Medan Makna: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan 17, no. 2: 195–208. https://doi.org/10.26499/mm.v17i2.2141.
Septiani, Yani, Itaristanti Itaristanti, dan Indrya Mulyaningsih. 2020. Toponimi Desa-Desa di Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 7, no. 1 (Januari): 58–75. https://doi.org/10.33603/deiksis.v7i1.2219.
Tent, Jan. 2015. Approaches to Research in Toponymy. Names 63, no. 2: 65–74. https://doi.org/10.1179/00 27773814Z.000000000103.
United Nations Group of Experts on Geographical Names. 2002. Glossary of Terms for the Standardization of Geographical Names. Diedit oleh Naftali Kadmon and Working Group on Toponymic Terminology Convenor. New York: United Nations Publication. http://www.ustboniface.mb.ca/cusb/psy121/Guide/ frameglo.html.
Recommended Citation
Budiono, Satwiko, Yenni F. Wijayatiningsih, and Imelda Yance. 2023. TOPONIM WILAYAH KOTA PEKANBARU: ETNISITAS, PENGGUNAAN BAHASA, DAN CAMPUR KODE. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya 13, no. 2 (August). 10.17510/paradigma.v13i2.1151.