•  
  •  
 

Abstract

This article discusses the origin of the Ketoprak Dor art in Paya Tumpi Kampong, Kebayakan District, Central Aceh. This form of art is interesting because it demonstrates that change or development of an art does not only arise from the artist’s own creative processes, but it may also occur due to external factors. Thus, a qualitative research approach with descriptive analysis method was used to investigate this cultural phenomenon. This research proves that Ketoprak Dor originated from Deli, North Sumatra. There were two events that prompted its emergence. First, in 1950s, a Ketoprak Dor group from Deli performed in Bies District, Central Aceh. Second, in the same decade, a group of people from Medan migrated to Bies and brought a set of Ketoprak Dor musical instruments and wanted to sell it there. However, the Bies residents could not purchase it, but the Paya Tumpi residents accepted the deal. Thus, they formed a Ketoprak Dor art group named “Langeng Madio Utomo”, which was later changed to “Sanggar Ketoprak Rahayu Cipto Rukun” in the following decade. Even though they had been on hiatus for three decades from 1990s, in the past few years the group has been active again. It can be concluded that external factors can bring about changes in an art’s purposes, form, style, and meaning.

Bahasa Abstract

Artikel ini menyajikan bagaimana asal mula keberadaan kesenian Ketoprak Dor di Aceh Tengah. Topik ini menarik kerena perubahan atau perkembangan suatu kesenian tidak hanya terjadi dari dalam proses kreatif senimannya semata, melainkan mungkin saja oleh faktor-faktor sekitar yang memengaruhinya. Maka, pendekatan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif menjadi pilihan untuk menyelisik fenomena tersebut. Hasilnya, kesenian Ketoprak Dor yang ada di Aceh Tengah, tepatnya di gampong (kampung) Paya Tumpi - Kebayakan, berasal dari Deli, Sumatera Utara. Terdapat dua peristiwa yang mendorong kemunculannya: 1) pada kisaran dekade ‘50-an, kelompok Ketoprak Dor yang ada di Deli berpentas ke Aceh Tengah, tepatnya di Kecamatan Bies. 2) masih dalam dekade yang sama, terdapat orang Medan yang pindah ke Bies sekaligus membawa alat musik Ketoprak Dor lalu ingin menjualnya setiba di sana. Karena warga Bies tidak mampu menebus, maka warga Paya Tumpi menyanggupinya hingga terbentuklah grup kesenian Ketoprak Dor bernama Langeng Madio Utomo yang kemudian berganti nama menjadi Sanggar Ketoprak Rahayu Cipto Rukun pada dekade berikutnya. Meski sempat vakum tiga dasawarsa lamanya (dimulai pada tahun 1990-an), tetapi dalam beberapa tahun ke belakang grup tersebut kembali tampak geliatnya. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor eksternal dapat merubah motif (sebab), bentuk atau gaya, hingga makna pergelarannya.

References

Diani, Yesika dan Kuncoro Bayu Prasetyo. 2022. Krisis Regenerasi pada Kelompok Kesenian Kethoprak Pati (Kasus pada 3 Kelompok Seni Kethoprak di Kabupaten Pati Jawa Tengah). SOLIDARITY 11, no. 1: 39–53. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity/article/view/58796 (diakses pada 12 Desember 2022).

Endraswara, Suwardi. 2021. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Faturrahan, Mochammad Widi, Dhea Keniza Putri, Rika Nur Safitri Rika, Surya Ardana Putra, Intan Kusuma Wardani, Erfina Vernandika Valensia, Nehemia Yanuar Ardiarsa, Qutrido Antoko Mohti, Mochammad Muchlas Bachtiar, Ferdyan Mey Saputra, Septiyan Wahyu Prayogi, Akaz Dwi Prayitno, Raynata Alfis Firmansyah, Rifanda Natasya Wiri Dana, dan Jatmiko. 2023. Pelestarian Kesenian Ketoprak Melalui Pemberdayaan Pemuda Karang Taruna. Archive: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat2, no. 2: 114–128. https://doi.org/https://doi.org/10.55506/arch.v2i2.45.

Hendriyana, Husen. 2021. Metodologi Penelitian Penciptaan Karya. Editor Putri Christian. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Kartodirdjo, Sartono, Kus Sudyarsana, H., Mintardja, S., Soemanto, B., Widayat, Kristanto, J., Wibowo, F., Sastroatmojo, S., Nadjib, E. A., Thowok, D. N., Janarto, H. G., Nusantara, B., Admadipurwa, P., Murti, H. K., Wirodono, S., Suwondo, T., Budhiarto, J., Iswantoro, N., dan Lephen Purwaraharja. 1997. Ketoprak Orde Baru: Dinamika Teater Rakyat Jawa di Era Industralisasi Budaya. Editor Lephen Purwaraharja dan B. Nusantara. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, Mizanul Amal dan Rinanda Purba. 2020. Motion Graphic Sejarah Ketoprak Dor di Kota Medan. Jurnal Mahasiswa Fakultas Seni dan Desain 1, no. 1: 206–217. https://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/FSD/article/view/717 (diakses pada 19 Desember 2022).

Moleong, Lexi J. 2021. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murgiyanto, Sal. 2016. Pertunjukan Budaya dan Akal Sehat. Editor Dede Pramayoza. Jakarta: Fakultas Seni Pertunjukan IKJ dan Komunitas Senrepita.

Naiborhu, Torang dan Nina Karina. 2018. Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa di Sumatera Utara: Pengembangan dan Keberlanjutannya. Panggung: Jurnal Seni Budaya 28, no. 4: 482–497.

Simamora, Prietsawenny Riris T., Elok Perwirawati, dan Daniel Parulian Sihombing. 2019. Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dalam Memperkenalkan Festival Ketoprak Dor sebagai Kearifan Lokal Kota Medan. SOCIAL OPINION: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi 4, no. 2: 125–136. https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/socialopinion/article/view/344 (diakses pada 5 Januari 2023).

Soedarsono, R. M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Jakarta: MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).

_____. 2010. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Stokes, Jane. 2007. How to do Media and Kultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Penerjemah: Santi Indra Astuti. Yogyakarta: Bentang.

Sumardjo, Jakob. 2022. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: Media.

Suroso, Panji. 2018. Tinjauan Bentuk dan Fungsi Musik pada Seni Pertunjukan Ketoprak Dor. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya 2, no. 2: 66–78.

Susandro. 2022. Alur Dramatik Kesenian Tradisional Sidalupa di Aceh Barat. Melayu Arts and Performance Journal 5, no.1: 1–15. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26887/mapj.v5i1.2457 (diakses pada 5 Januari 2023).

Susandro. 2023. Ketoprak Dor: Jejak Para Kuli Kontrak di Deli Serdang hingga Aceh Tengah. Creativity and Research Theatre Journal5, no. 1: 50–62. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26887/cartj.v5i1.3718.

_____ dan Hatmi NegriaTaruan. 2021. Pertunjukan Sidalupa Buraq Lam Tapa di Bubon - Aceh Barat dalam Perspektif Performance Studies. Gorga: Jurnal Seni Rupa 10, no. 2: 312–322. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/27441 (diakses pada 11 Januari 2023).

_____, Rika Wirandi, dan Hatmi NegriaTaruan. 2021. Dramaturgi Kesenian Tradisional Dalupa Produksi Sanggar Seni Datok Rimba di Woyla Aceh Barat. Gorga: Jurnal Seni Rupa 10, no. 1: 15–23. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/22730.

Suyadi. 2016. Ketoprak Dor sebagai Warisan Budaya Jawa Perantauan di Sumatera Utara. Medan Makna 14, no. 1: 41–70.

_____. 2019. Hibriditas Budaya dalam Ketoprak Dor. Jurnal Masyarakat & Budaya 21, no. 2: 191–202.

Tawarys, Ibrahim. 2023. Identitas Masyarakat Gayo: Dari Aspek Historis, Alam, dan Budaya. Tangerang: Mahara Publishing.

Widhianningrum, Purweni dan Nik Amah. 2014. Akuntansi Ketoprak: Sebuah Pendekatan Etnografi Masyarakat Seni Ketoprak di Pati. ASSETS: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan 3, no. 2: 75–103. https://doi.org/http://doi.org/10.25273/jap.v3i2.1218.

Wulandari, Lestari dan Nurjannah. 2020. Pergeseran Ketoprak Dor sebagai Salah Satu Upaya dalam Mempertahankan Indentitas Jawa Deli di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Antropologi Sumatera 18, no. 2: 94–106.

Share

COinS