•  
  •  
 

Abstract

Kasepuhan Citorek is centered in Citorek Village, Banten, West Java. The majority of the population are farmers. All harvested produces are only consumed as needed, so the excess rice is stored in a barn called leuit. Rice in leuits can last for more than ten years. This raises the question as to why the rice in leuits can last for so many years. This study aims to find out and explain the customary rules for using crops, the way to store and collect rice to and from leuits, and various aspects related to leuits, i.e. the accompanying traditions, forms, directions, materials, and procedures for making a leuit. This descriptive research used the qualitative approach. Results show that the high durability of rice stored in leuits is due to not only the leuit structure and shape, but also the prevailing rules for planting, harvesting, storing, and taking rice to and from a leuit. Moreover, there are also traditions such as rejecting reinforcements, taboos, and special prayers. In this way, the "correct" treatment and quality of rice are ensured from the start so that the rice stored in a leuit can last for years.

Bahasa Abstract

Kasepuhan Citorek berpusat di Desa Citorek, Banten. Mayoritas penduduknya sebagai petani. Hasil panen hanya dikonsumsi sesuai kebutuhan, alhasil padi yang berlebih tersimpan di leuit. Padi dalam leuit bertahan sepuluh tahun lebih. Pertanyaannya, mengapa padi di leuit mampu tahan bertahun-tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aturan penggunaan hasil panen, cara penyimpanan dan pengambilan padi ke dan dari leuit, tradisi yang menyertai, bentuk leuit, arah hadap, bahan bangunan, serta tata cara pembuatan leuit. Pendekatan penelitian ini kualitatif, jenis penelitiannya deskriptif, Hasil penelitian menunjukkan, kekuatan padi dalam leuit bukan dikarenakan bangunan leuitnya saja, melainkan adanya aturan tata cara sejak dari mulai menanam padi hingga panen dan setelah panen, menyimpan dan mengambil padi ke dan dari leuit, bentuk bangunan leuit, adanya tradisi seperti tolak bala, pantangan, dan doa yang menyertainya. Dengan demikian bahwa perlakuan padi yang “benar” berikut kualitasnya sudah digiring sejak awal hingga manakala padi harus disimpan di leuit bisa tahan bertahun-tahun.

References

DAFTAR PUSTAKA

Danasasmita, A. dan S. (1981). Sanghyang Siksakandang Karesian.

Diem, A. F. (2012). Wisdom of The Locality, Sebuah Kajian: Kearifan Lokal dalam Arsitektur Tradisional Palembang. Jurnal Berkala Teknik, 2(4), 300–301.

Johan Iskandar, B. S. I. (2017). Kearifan Ekologi Orang Baduy dalam Konservasi Padi dengan Sistem Leuit. Biodjati, 2(1), 38–51.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi.

Kuswodiwanggo, S. (2019). Leuit Bukan Sekedar Lumbung.

Laurens, J. M. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia.

Mainah, M. (n.d.). Ngarengkong, Tradisi Angkut Padi, Warisan Budaya Tanah Leluhur Kasepuhan Citorek-Lebak Banten. Https://Www.Kompasiana.Com/Mutmainnahqiandra5218/6309bd64c76ba04968671322/Ngarengkong-Tradisi-Angkut-Padi-Warisan-Budaya-Tanah-Leluhur-Kasepuhan-Citorek-Lebak-Banten.

Matin. (2021). Imah Gede pada Masyarakat Adat Kasepuhan Citorek Kabupaten Lebak.

Merlina, N. (2003). Fungsi Leuit bagi Masyarakat Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak.

Mulyadi. (2013). Sejarah Singkat Desa Citorek Tengah. Puseurcitorek.Blogspot.Com.

Nopianti, R. (2016). Leuit Si JImat: Wujud Solidaritas Status Masyarakat di Kasepuhan Sirnaresmi. Patanjala, 8(2), 219–234.

Penyusun, T. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ria INtani T., Heru Erwantoro, Nina Merlina, Hary Ganjar Budiman, G. A. A. (2021). Potensi Budaya Kabupaten Lebak.

Rochaeti, K. dan E. (2015). Sastra Ritual Wawacan Batara Kala Wawacan Sulanjana.

Rosidi, A. (2000). Ensiklopedi Sunda, Alam, Manusia dan Budaya Termasuk Budaya Cerbon dan Betawi.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif.

Yuzar Purnama, H. Iwan Ruswandi, Nina Merlina, Hikmat, Wildan Nirmala, A. S. S. (2012). Fungsi Leuit pada Masyarakat Kasepuhan Cicarucub.

COinS