•  
  •  
 

Abstract

This article is a preliminary study that explores past events of the Dutch East Indies colonial government, specifically describing criminal cases of hate speech or haatzaai depicted in newspaper news between 1879 and 1942. The Dutch East Indies colonial government controlled freedom of thought, expression, and politics of the native population by using the legal instruments Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie, especially articles 154, 155, 156, and 157. These four articles are known as haatzaai artikelen. This regulation was published and enforced in the Dutch East Indies in 1918. This article uses twenty-eight newspaper news articles published in ten cities on the islands of Java and Sumatra as the primary sources. This is research that uses historical methods by gathering primary and secondary sources in the National Archives of the Republic of Indonesia (Jakarta), the National Library of the Republic of Indonesia (Jakarta), and the Constitutional Institution voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) (Jakarta). This article concludes that based on the news articles found, haatzaai artikelen, as a repressive legal product, is not only used by the colonial government to control people’s behavior but also used by fellow members of the community of East Indies to quarrel with each other in many cases of hatred, incitement, and defamation.

Bahasa Abstract

Artikel ini merupakan laporan penelitian awal yang mengeksplorasi berbagai kejadian pada masa kasus pidana ujaran kebencian digambarkan dalam berita surat kabar dari 1879 sampai dengan 1942. Pemerintah kolonial Hindia Belanda mengendalikan kebebasan berpikir, berekspresi, dan berpolitik penduduk pribumi Hindia Belanda dengan menggunakan instrumen hukum Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie, khususnya artikel 154, 155, 156, dan 157, atau dikenal dengan sebutan haatzaai artikelen. Peraturan itu diberlakukan di Hindia Belanda pada 1918. Penelitian ini menggunakan sumber data primer berupa 28 artikel berita surat kabar yang terbit di sepuluh kota di Pulau Jawa dan Sumatra. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan penelusuran data dan sumber sekunder di Arsip Nasional Republik Indonesia (Jakarta), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Jakarta), dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) (Jakarta). Artikel ini menyimpulkan bahwa dalam berita yang ditemukan, haatzaai artikelen sebagai produk hukum represif tidak saja digunakan oleh pemerintah kolonial untuk mengendalikan perilaku pribumi tetapi juga digunakan oleh sesama anggota masyarakat untuk saling berselisih dalam kasus ujaran kebencian, hasutan, dan pencemaran nama baik.

References

Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, 1855–1913. Jakarta: Hasta Mitra-KITLV

Baumgartner, Joseph. 1981. Newspaper as Historical Sources. Philippine Quarterly of Culture and Society 9, no. 3 [September]: 256–258.

Franzosi, Roberto. 1987. The Press as a Source of Socio-Historical Data: Issues in the Methodology of Data Collection from Newspaper. Historical Methods 20, no. 1 [Winter]: 5–16.

Harsono, Andreas. 2013. Indonesia Dancing in the Dark. Dalam Freedom of the Press in Asia, penyunting oleh Louise Williams dan Roland Rich, 74–92. Canberra: ANU Press.

Hill, David T. 1991. The Press in ‘New Order’ Indonesia: Entering the 1990s. Working Paper No. 1. Asia Research Center, Murdoch University.

Hirtle, Peter B. 2002. The Impact of Digitization on Special Collections in Libraries. Libraries & Culture 37, no. 1 [Winter]: 42–52. http://www.jstor.org/stable/25548976 [diakses Desember 2019].

Huda, Larissa. Kasus Penodaan Agama, Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Tempo.Co, 9 Mei 2017, https://nasional.tempo.co/read/873597/kasus-penodaan-agama-ahok-divonis-2-tahun-penjara

Jones, Russell et al. 2007. Loan-words in Indonesian and Malay. Dalam Doing Justice in a Plural Society: A Postcolonial Perspective on Dutch Law and Other Legal Traditions in the Indonesian Archipelago, 1600–Present, dirujuk oleh Salverda, 2009, 163.

Kakiailatu, Toeti. 2007. Media in Indonesia: Forum for Political Change and Criticial Assessment. Asia Pacific Viewpoint 48, no.1 [April]: 60–71. doi: 10.1111/j.1467-8373.2007.00330.x

Lev, Daniel S. 1985. Colonial Law and the Genesis of the Indonesian State. Indonesia 40 [October]: 57–74. doi: 10.2307/3350875

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2006. Putusan Nomor 013-022/PUU-IV/2006 https://www. kejaksaan.go.id/upldoc/produkhkm/Putusan%20MK%20Nomor%20013-022%20Tentang%20JR%20 Pasal%20134,%20Pasal%20136%20bis,%20dan%20Pasal%20137%20%20KUHP.pdf

Maier, Hendrik M. J. 1991. Forms of Censorship in the Dutch Indies: The Marginalization of Chinese-Malay Literature. Indonesia [The Role of the Indonesian Chinese in Shaping Modern Indonesian Life]: 67–68. doi 10.2307/3351255

Massier, A. W. H. 2008. The Voice of Law in Transition: Indonesian Jurists and their Languages, 1915–2000. Dalam Doing Justice in a Plural Society: A Postcolonial Perspective on Dutch Law and Other Legal Traditions in the Indonesian Archipelago, 1600—Present, dirujuk oleh Salverda 2009, 154.

Murani, Asnawi. 2005. Aspek Hukum dan Tanggung Jawab Pers. Jurnal Ilmu Komunikasi 1, no.2 [Juni]: 29–40. doi: 10.24002/jik.v2i1.251

Nicholson, Bob. 2013. The Digital Turn. Media History 19, no.1: 59–73. doi: 10.1080/13688804.2012.752963

Otto, Michiel Jan. 2002. De Andere wereld van recht en bestuur, in Kennis en Compagnie. De Verenigde Oost-Indische Compagnie en de moderne Wetenschap, ed. By Leonard Blusse and Ilonka Ooms. Dalam Doing Justice in a Plural Society: A Postcolonial Perspective on Dutch Law and Other Legal Traditions

in the Indonesian Archipelago, 1600–Present, dirujuk oleh Salverda 2009, 154. Salverda, Reinier. 2009. Doing Justice in a Plural Society: A Postcolonial Perspective on Dutch Law and Other Legal Traditions in the Indonesian Archipelago, 1600–Present. Dutch Crossing 33, no.2 [October]:

152–170. Doi: 10.1179/155909009X461939 Satrio, Rudy.1996. Haatzaai Artikelen dan Fungsi Kritik dari Pers. Jurnal Hukum & Pembangunan 26, no.3: 183–190.

Smith, Edward C. 1983. Sejarah Pembredelan Pers di Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers.

Soekarno. 1930. Indonesia Menggugat. Pidato Pembelaan Bung Karno di Depan Pengadilan Kolonial

Bandung. Yayasan Pendidikan Soekarno-Inti Idayu Press. Surjomihardjo, Abdurrachman. 1980. Beberapa Segi Perkemangan Sejarah Pers di Indonesia. Jakarta:

Departemen Penerangan RI. Tanpa Nama. 1921. Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indië. Weltevreden: Volkslectuur Balai- Poestaka.

Tanpa Nama. Sidang Al Maidah: Dua Tahun Penjara untuk Ahok, Langsung Ditahan, BBC News Indonesia, 9 Mei 2017, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39853373

Vickers, Adrian. 2013. A History of Modern Indonesia 2nd Edition. New York: Cambridge University Press. Widayati, Lidia Suryani. 2017. Tindakan Pidana Penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden: Perlukah Diatur Kembali dalam KUHP? Negara Hukum 8, No.2 [November]: 215–234. Wiratraman, Herlambang Perdana. 2014. Press Freedom, Law and Politics in Indonesia: A Socio-Legal Study. Disertasi, Leiden University. https://openaccess.leidenuniv.nl/handle/1887/30106 [diakses Desember 2019]

Share

COinS