•  
  •  
 

Abstract

Background. PT X is a textile industry in Indonesia with a variety of machinery and equipment generating high-intensity noise in several areas. This study aimed to analyze the relationship between noise intensity higher than 85 dBA with hearing loss complain on workers of spinning, weaving, and dyeing department at PT X. Methods. The method used in this study was quantitative analysis with a cross-sectional study design. The number of samples in this study was 84 workers chosen by proportionate stratified random sampling method. The independent variable in this study was noise level while the dependent variable was hearing loss complaints, with confounding variables included characteristic and worker behavior. Results. The study result shows that 37 workers (44%) experienced hearing loss complaints. Based on the chi-square test, there was a significant relationship between noise > 85 dBA (p value = 0.039, OR = 2.8), age (p value = 0.012, OR = 3.457) and hearing protection device (HPD) utilization (p value = 0.046, OR = 2.761) with hearing loss complaints. Meanwhile, variables of the working period, ear disease history, hypertension history, diabetes history, smoking history, and noise exposure do not show a significant relationship. The multivariate result shows that workers exposed to noise above TLV possess 4.512 times higher risk than the workers exposed to noise under TLV after being controlled by age variable. Conclusions. Noise-exposed workers are at risk of experiencing complaints of hearing loss. Workers who are over 40 years old and do not use HPD while working have a greater risk of experiencing hearing loss complaints.

References

  1. Primadona,A. (2012) Analisis faktor risiko yang berhubungan dengan penurunan pendengaran pada pekerja di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. Universitas Indonesia.
  2. Feder, K., Michaud, D., McNamee, J., Fitzpatrick, E., Davies, H. dan Leroux, T. (2017) ‘Prevalence of hazardous occupational noise exposure, hearing loss, and hearing protection usage among a representative sample of working Canadians’, Journal of Occupational and Environmental Medicine, 59(1), p.92.
  3. Sumardiyono, H., Ari, P. dan Setyono, P. (2018) ‘Pengaruh bising dan masa kerja terhadap nilai ambang pendengaran pekerja industri tekstil’, Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, 2(2), pp.122-131.
  4. Elfiza, R. dan Marliyawati, D. (2017_ ‘Hubungan antara lamanya paparan bising dengan gangguan fisiologis dan pendengaran pada pekerja industri tekstil’, Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2), pp.1196-1207.
  5. Fanny, N. (2015) ‘Analisis pengaruh kebisingan terhadap tingkat konsentrasi kerja pada tenaga kerja di bagian proses PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta’, Jurnal INFOKES Universitas Duta Bangsa Surakarta, 5(1).
  6. Abraham, Z., Massawe, E., Ntunaguzi, D., Kahinga, A. dan Mawala, S. (2019) ‘Prevalence of Noise-Induced Hearing Loss among Textile Industry Workers in Dar es Salaam, Tanzania’, Annals of Global Health, 85(1), pp.1-6.
  7. Azzahri, L.M. dan Indriani, R.I. (2019) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Pendengaran pada Pekerja di Bagian Produksi di PT. Hervenia Kampar Lestari’. Prepotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), pp.9-22.
  8. World Health Organization (2015) Hearing loss due to recreational exposure to loud sounds: A review. World Health Organization.
  9. Dewi, D.R. (2017) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan gangguan non auditoriy yang dirasakan oleh teknisi perawatan lokomotif di Dipo Lokomotif Jatinegara. Universitas Indonesia.
  10. Rahayu, P. (2015) Faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada pekerja yang terpapar bising di unit spinning 1 PT. Sinar Pantja Djaja Semarang. Universitas Negeri Malang, Malang.
  11. Raya, M.R., Asnifatimah, A. dan Ginanjar, R. (2019) ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan gangguan pendengaran pada supir bus PO Pusaka di Terminal Baranangsiang Kota Bogor tahun 2018’, Promotor, 2(2), pp.137-142.
  12. Hartono, S.P. (2016) Analisis dara pada bidang kesehatan, Cet. 1, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
  13. Limardjo, A., Kadir, A., Djamin, R. dan Perkasa, F. (2009) ‘Analisis gangguan pendengaran pada penderita diabetes melitus Tipe-2 berdasarkan pemeriksaan audiometri nada murni dan audiometri tutur’, YARSI Medical Journal, 17(3), pp.192-203.
  14. Rafiza, F.A. (2019) Hubungan tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di Dok Kapal Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2019. Universitas Indonesia.
  15. Sulistiyorini, D. (2013) Gambaran pajanan bising dan pengaruhnya terhadap keluhan gangguan pendengaran pada pekerja di bagian assembling 4W PT Suzuki Indomobil Motor Plant Cakung 1 Tahun 2013. Universitas Indonesia.
  16. Fredianta, D., Huda, L.N. dan Ginting, E. (2013) ‘Analisis tingkat kebisingan untuk mereduksi dosis paparan bising di PT. Xyz’, Jurnal Teknik Industri USU, 2(1).
  17. PERMENAKER (2018) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Nilai Ambang Batas Kebisingan.
  18. Jeriwala, H.J., Sayed, H.S., Pandya, M.J. dan Gajera, Y.M. (2017) ‘Noise Pollution & Human Health: A Review’.
  19. Basner, M., Babisch, W., Davis, A., Brink, M., Clark, C., Janssen, S. dan Stansfeld, S. (2014) ‘Auditory and non-auditory effects of noise on health’, The Lancet, pp. 1325-1332.
  20. ACGIH (2012) TLVs and BEIs Based on the Documentation of the Threshold Limit Values for Chemical Substances and Physical Agents, and Biological Exposure Indices, ACGIH, Cincinnati.
  21. Alhazmi, F., Kay, T., Mackenzie, I., Kemp, G.J. and Sluming, V. (2016) ‘An investigation of the impact of tinnitus perception on the quality of life’, Journal of Phonetics and Audiology, 2(1), pp.1-

Bahasa Abstract

Latar Belakang. PT X merupakan salah satu industri tekstil di Indonesia yang memiliki berbagai mesin dan peralatan yang dapat menimbulkan kebisingan dengan intensitas tinggi di beberapa area kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebisingan yang lebih dari 85 dBA dengan keluhan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen spinning, weaving, dan dyeing PT X. Metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 pekerja di departemen spinning, weaving, dan dyeing yang dipilih menggunakan teknik sampling proportionate stratified random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kebisingan dan variabel dependen adalah keluhan gangguan pendengaran, dengan variabel konfounding meliputi karakteristik dan perilaku pekerja. Hasil. Hasil penelitian menunjukan sebnyak 37 pekerja (44%) mengalami keluhan gangguan pendengaran tinggi. Berdasarkan uji chi square, terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan > 85 dBA (p value=0,039, OR=2,8), usia (p value=0,012, OR=3,457) dan penggunaan alat pelindung telinga (APT) (p value=0,046, OR=2,761) dengan keluhan gangguan pendengaran. Sedangkan variabel masa kerja, riwayat penyakit telinga, riwayat hipertensi, riwayat diabetes, merokok, dan hobi terpajan bising tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Hasil analisis multivariat menunjukan pekerja yang terpajan kebisingan diatas NAB memiliki risiko 4,512 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang terpajan kebisingan dibawah NAB setelah dikontrol oleh variabel usia. Kesimpulan. Pekerja yang terpajan kebisingan berisiko untuk mengalami keluhan gangguan pendengeran. Pekerja yang berusia lebih dari 40 tahun dan tidak menggunakan APT saat berkeja memiliki risiko lebih besar untuk mengalami keluhan gangguan pendengaran.

Share

COinS