Abstract
Culture is a fundamental element in shaping national identity and unity amidst diversity. Therefore, many countries incorporate cultural protection into their constitutions to ensure the sustainability of cultural heritage. The constitution not only serves as a legal foundation but also as a social engineering instrument to facilitate cultural development amid contemporary challenges. This study focuses on the Asia-Pacific region due to its high cultural diversity and the complex interaction between local traditions and globalization. Using a normative juridical method and a comparative approach, the study analyzes 54 constitutions from countries in the region. The findings indicate that the majority of these countries include constitutional provisions related to culture, following three main trends: (1) representation of cultural practitioners in parliament, (2) preservation of cultural and historical sites, and (3) guaranteed access to cultural education and research. Compared to Indonesia, some countries have more detailed regulations regarding the protection of historical sites and support for cultural research and education. This study recommends strengthening cultural protection in Indonesia’s constitution by adopting best practices from other countries, ensuring more effective preservation of national identity and cultural advancement in the face of globalization.
Bahasa Abstract
Kebudayaan merupakan elemen mendasar dalam pembentukan identitas nasional dan persatuan di tengah keberagaman. Oleh karena itu, banyak negara memasukkan perlindungan budaya dalam konstitusi mereka sebagai upaya menjaga keberlanjutan warisan budaya. Konstitusi tidak hanya berfungsi sebagai landasan hukum, tetapi juga sebagai instrumen rekayasa sosial untuk memastikan pengembangan budaya di tengah tantangan zaman. Studi ini memilih kawasan Asia Pasifik karena tingkat keberagaman budaya yang tinggi serta interaksi antara tradisi lokal dan globalisasi yang kompleks. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dan pendekatan perbandingan terhadap 54 konstitusi negara di kawasan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas negara memiliki ketentuan konstitusional terkait budaya, dengan tiga tren utama: (1) representasi pegiat budaya dalam parlemen, (2) pelestarian situs budaya dan sejarah, serta (3) jaminan akses terhadap pendidikan dan penelitian budaya. Dibandingkan dengan Indonesia, beberapa negara memiliki pengaturan yang lebih rinci terkait pelindungan situs Sejarah dan dukungan terhadap riset dan pendidikan budaya. Studi ini merekomendasikan penguatan perlindungan budaya dalam konstitusi Indonesia dengan mengadopsi praktik terbaik dari negara lain, sehingga dapat lebih efektif dalam menjaga identitas nasional dan memajukan kebudayaan di tengah globalisasi.
References
Buku
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Kebudayaan dan Kebudayaan Konstitusi. Malang: Intrans Publishing, 2017.
Rahardjo, Satjipto. Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Hukum. Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.
Tjahyadi, Indra, Andayani, Sri, dan Wafa, Hosnol. Pengantar Teori Dan Metode Penelitian Budaya. Lamongan: Pagan Press, 2020.
Jurnal
Soeprapto, Sri, dan Jirzanah. “Pengembangan Kebudayaan Sebagai Identitas Bangsa.” Jurnal Filsafat, Februari 1996.
Internet
Constitute Project. “Constitutions.” Diakses pada 26 Oktober 2024. www.constituteproject.org/constitutions.
Dyota, I Wayan. “Politik Representasi: Esensi Seni dan Perwakilan.” Diakses pada 3 November 2024. https://wayandyota.medium.com/representasi-esensi-seni-dan-perwakilan-9ac021a59e10.
International Federation of Arts Councils and Culture Agencies. “Law and Culture: Meaningful Legal Pluralism in the Pacific and Beyond.” Diakses pada 3 November 2024. https://ifacca.org/whats-on/sector-events/law-and-culture-meaningful-legal-pluralism-pacific/.
Koalisi Seni. “Pemajuan Kebudayaan.” Diakses pada 3 November 2024. https://pemajuankebudayaan.id/.
Ministry of the Environment Government of Japan. “Characteristics of the Asia-Pacific Region.” Diakses pada 3 November 2024. https://www.env.go.jp/en/earth/ecoasia/workshop/bluebook/chapter1-1.html.
Redburn Development Partners. “The Importance of Historical Site Preservation.” Diakses pada 3 November 2024. https://issuu.com/redburndevelopmentpartners/docs/the_importance_of_historical_site_preservation/s/21580251.
Science Direct. “Cultural Research.” Diakses pada 3 November 2024. https://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/cultural-research.
Taqiyya, Saufa Ata. “Landasan Hukum Perkembangan Kebudayaan Masyarakat Indonesia.” Diakses pada 3 November 2024. https://www.hukumonline.com/klinik/a/landasan-hukum-perkembangan-kebudayaan-masyarakat-indonesia-lt62346e71a6d2e/.
UNESCO. “Asia and the Pacific.” Diakses pada 3 November 2024. https://www.unesco.org/en/links/asia-pacific.
Warga Negara. “Kebudayaan Indonesia Menurut Konstitusi: Eksposisi Pasal 32 UUD 1945.” Diakses pada 3 November 2024. https://www.warganegara.org/blog/kebudayaan-indonesia-menurut-konstitusi-eksposisi-pasal-32-uud-1945/.
Recommended Citation
Collins, Josua Satria
(2025)
"Kajian Komparatif tentang Pengaturan Pelindungan Budaya dalam Konstitusi Negara-Negara Asia Pasifik,"
Jurnal Konstitusi & Demokrasi: Vol. 4:
No.
2, Article 2.
DOI: JKD.v4i2.1407
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/jurnalkonsdem/vol4/iss2/2