•  
  •  
 

DOI

10.21143/jhp.vol52.no3.3372

Abstract

This article aims to use maqashid sharia to analyze the conformity of the rules regarding legitimate children in Article 42 of the Marriage Law (UUP) with sharia principles. At the level of application of the law, it will also be seen whether the regulation is in accordance with the basic principles of maqashid. The results of this study indicate that the provisions of Article 42 UUP which equate the status of children born 'as a result of' and 'in' a legal marriage, are not in accordance with sharia principles. The Office of Religious Affairs (KUA) in determining marriage guardians for children born 'in' marriage also does not fully comply with the provisions of this article. On the basis of this fact, it is necessary to amend the formulation of Article 42 UUP so that it is in accordance with sharia principles. Furthermore, the formulation of the Article is amended by only emphasizing that a legitimate child is a child born 'as a result of' a legal marriage. Or if the old formula is to be maintained, there must be an additional article or explanation regarding the differences in the rights of children born 'as a result of' with children born 'in' a legal marriage

Bahasa Abstract

Artikel ini bertujuan menggunakan maqashid syariah untuk menganalisis kesesuaian aturan mengenai anak sah dalam Pasal 42 Undang-undang Perkawinan (UUP) dengan prinsip syariah. Pada tataran penerapan hukum juga akan dilihat apakah aturan tersebut telah sesuai dengan prinsip dasar maqashid. Hasil penelitian ini menunjukkan ketentuan Pasal 42 UUP yang menyamakan status anak yang lahir ‘sebagai akibat dari’ dan ‘dalam’ perkawinan yang sah, tidak sesuai dengan prinsip syariah. Kantor Urusan Agama (KUA) dalam menentukan wali nikah bagi anak yang lahir ‘dalam’ perkawinan juga tidak sepenuhnya mengikuti ketentuan pasal ini. Atas dasar fakta ini, maka diperlukan perubahan terhadap rumusan Pasal 42 UUP agar sesuai dengan prinsip syariah. Selanjutnya rumusan Pasal tersebut diubah dengan hanya menegaskan anak sah adalah anak yang lahir ‘sebagai akibat dari’ perkawinan yang sah. Atau jika rumusan lama ingin tetap dipertahankan, harus ada pasal tambahan atau penjelasan mengenai perbedaan hak anak yang lahir ‘sebagai akibat dari’ dengan anak yang lahir ‘dalam’ perkawinan yang sah.

References

Buku

Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996)

Auda, Jaser, Al-Maqashid Untuk Pemula, alih bahasa Ali ‘Abdelmon’im (Yogyakarta: SUKA Press, 2013)

………, Maqasid Al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach (London: The International Inst. of Islamic Thought, 2008)

Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqâsid al- Syarî’ah dalam Pandangan al-Syâtibî, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996)

Biggar, Nigel dkk (ed.), Cities of Gods, Faith, Politics, and Pluralism in Judaism, Christianity and Islam (New York: Greenwood, 1986).

Buthi, Muhammad Said Ramadhan Al-, Al-Dhawabit Al-Mashlahat fi As-Syari'ah Al-Islamiyah (Beirut: Muasasah Al-Risalah, 1997)

Effendy, Bahtiar, Teologi Baru Politik Islam, Pertautan Agama, Negara dan Demokrasi (Yogyakarta: Galang Press, 2001)

Ghazâlî, Abû Hâmid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-, al- Mustasfâ min ‘Ilm al-Usûl (Baghdâd: Musannâ, 1970)

Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia (Bandung: Mandar Maju, 2002)

Juwainî, ‘Abd al-Mâlik ibn Yusuf Abu al-Ma’âlî al-, al-Burhân fi Usûl al-fiqh (Kairo: Dâr al-Ansâr, 1400 H)

Mahfud MD, Moh, Politik Hukum Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2001).

Mawardi, Ahmad Imam, Fiqh Minoritas; Fiqh Al-Aqalliyat dan Evolusi Maqashid Al-Syari’ah dari Konsep ke Pendekatan (Yogyakarta: LKiS, 2010).

Nasution, Khoiruddin, Hukum Perdata dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Muslim (Yogyakarta: ACAdeMIA, Yogyakarta, 2009)

Paret, Rudi, Istihsân and Istislâh Shorter Encyclopaedea of Islam, (Leiden: EJ. Brill, 1961)

Rahman, Fazlur, Islam, Alih Bahasa: Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1994)

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)

Rohmanu, Abid, Paradigma Teoantroposentris dalam Konstelasi Tafsir Hukum Islam (Yogyakarta: Ircisod, 2019).

Saeed, Abdullah, Islamic Thought: An Introduction (London, New York: Routledge, Taylor & Francis Group, 2006).

Salâm, ‘Iz al-Dîn ‘Abd al-, Qawâ’id al- Ahkâm fi Masâlih al-Anam (Kairo: al-Istiqâmât, tt.).

Sanjaya, Umar Haris dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: Gama Media, 2017)

Tâlib, Sufî Hasan Abû, Tatbîq al- Syarî’ah al-Islâmiyyah fi Bilâd al-‘Arabiyyah (Kairo: Dâr al-Nahdah al-‘Arabiyyah, 1995).

Yusdani dan Muntoha, Keluarga Mashlahah (Yogyakarta: Pusat Studi Islam UII, 2013)

Jurnal

Kamali, Mohammad Hashim, “Maqasid Al-Shari’ah and Ijtihad as Instruments of Civilisational Renewal: A Methodological Perspective”, Jurnal Islam and Civilisational Renewal (ICR) Vol. 2, No. 2, 1 Januari 2011

Mutaqin, Zaenal dan Imam Ariono, “Tinjauan Hukum Islam Wali Nikah Anak Perempuan Yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan (Studi Kasus Di Kecamatan Sukoharjo)”, Syariati : Jurnal Studi Al-Qur`an dah Hukum, Vol 7 No 1, 2021.

Nurhadi, “Maqashid Syari’ah Hukum Perkawinan Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)”, Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 2, Juli – Desember, 2017

Rusfi, H. Mohammad, “Maqasid Al-Syariah Dalam Persepektif Al-Syatibi”, artikel dalam https://media.neliti.com/media/publications/373300-mqasid-al-syariah-dalam-persepektif-al-s-2a66e2d5.pdf

Tohari, Ilham dan Moh. Anas Kholish, “Ijtihad Berbasis Maqashid Syari’ah Sebagai Pijakan Konseptual Dalam Pembaruan Hukum Keluarga Islam Indonesia” Jurnal Hukum & Pembangunan 50 No. 2, 2020

Share

COinS