•  
  •  
 

DOI

http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol50.no1.2487

Abstract

The latest version of the draft bill regarding Law on the Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition has added new arrangements about the abuse of a superior bargaining position. The new law proposal which is intended to amend existing Indonesian competition law (Law Number 5 Year 1999) stipulates that any business actor is prohibited from abuse its superior bargaining position within a partnership agreement with other less dominant entities. Under Law Number 20 Year 2008 on Micro, Small and Medium Enterprises, a partnership agreement means any agreement made between micro, small and medium enterprises and large enterprises like state or privately owned national businesses, joint ventures and foreign businesses that conduct economic activities in Indonesia. Such a condition makes many antitrust experts or economists question the relevancy of regulating abuse of superior bargaining position under competition law. However, several jurisdictions –Japan, Korea, Taiwan, France, and Germany- have regulated the abuse of superior bargaining position under their national competition laws.

Bahasa Abstract

Versi terbaru dari rancangan undang-undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat telah menambahkan pengaturan baru tentang penyalahgunaan posisi tawar yang unggul. Usulan undang-undang baru yang dimaksudkan untuk mengubah undang-undang persaingan Indonesia yang ada (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999) menetapkan bahwa setiap pelaku bisnis dilarang menyalahgunakan posisi tawar superiornya dalam suatu perjanjian kemitraan dengan entitas yang kurang dominan lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, perjanjian kemitraan berarti perjanjian apa pun yang dibuat antara usaha mikro, kecil dan menengah dan perusahaan besar seperti perusahaan nasional atau swasta nasional, usaha patungan dan bisnis asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Kondisi seperti itu membuat banyak pakar antitrust atau ekonom mempertanyakan relevansi pengaturan penyalahgunaan posisi tawar superior di bawah undang-undang persaingan. Namun, beberapa yurisdiksi - Jepang, Korea, Taiwan, Prancis, dan Jerman - telah mengatur penyalahgunaan posisi tawar superior berdasarkan undang-undang persaingan nasional mereka.

References

Bamforth, Nicholas. “Unconscionability as a Vitiating Factor.” Llyods Maritime and Commercial Law Quarterly. 1995.

Capper, Capper. “The Unconscionable Bargain in the Common Law: A Rationalization.” Law Quarterly Review 114. 1998

Germany’s Act against Restraints of Competition.

Hansen, Knud et.all. Undang-undang No. 5 Tahun 1999: Undang-undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta: Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) and PT Katalis Mitra Plaosan, 2002.

Indonesia, Law Number 20 Year 2008 on Micro, Small and Medium Enterprises (MSME Law). Art. 1.13.

Japanese Anti-Monopoly Act (AMA).

Korean Monopoly Regulation and Fair Trade Act (MRFTA).

Masako, Wakui and Cheng, Thomas K. “Regulating Abuse of Superior Bargaining Position under the Japanese Competition Law: An Anomaly or A Necessity?” Journal of Antitrust Enforcement, 2015, 0, 1-32.

McKendrick, Ewan. Contract Law. Text, Cases, and Materials. Oxford: Oxford University Press, 2012.

O’Donoghue, Robert and A. Jorge Padilla. The Law and Economics of Article 82 EC. Oxford (UK): Hart Publishing, 2006.

Purwanasuma, Hilman. “Penyalahgunaan Keadaan,” Komisi Yudisial. Korean Fair Trade Commission (KFTC) Guidelines on Abuse of Superior Bargaining Position, 2007.

Ross, Stephen. Principle of Antitrust Law. New York (US): The Foundation Press, Inc, 1993.

Task Force for Abuse of Superior Bargaining Position, “Report on Abuse of Superior Bargaining Position,” ICN Special Program for Kyoto Annual Conference, April 14-16, 2008.

Van Rompuy, Ben. Economic Efficiency: The Sole Concern of Modern Antitrust Policy? Non-Efficiency Considerations under Article 101 TFEU. Netherlands: Kluwer Law International, 2012.

Share

COinS