Abstract
This paper aims to evaluate the compatibility of the belas mechanism, which separates prospective brides still considered children (merariq kodeq), in West Lombok Regency with the provisions of Child Protection Law No. 35/2014. While prior research in various countries has primarily focused on interventions and child marriage prevention programs, this study takes a different approach by examining the intricate relationship between children (those under 18 years of age) and the broader social system. To comprehensively explore this relationship, our team adopts Bronfenbrenner's socio-ecological model, which encompasses various stages of a child's life. This model considers individual biology, interactions with diverse actors, environmental factors, and cultural and structural influences. Our study's findings reveal that the current implementation of the belas mechanism does not adequately align with the principles of child protection. This inadequacy is particularly evident in terms of the psychological well-being and vulnerability of girls who become victims of child marriage, especially in unique situations involving girls who experience unwanted pregnancies. To conduct our research, we employed qualitative methodologies, including participant observation and in-depth interviews. These methods allowed us to engage with primary subjects, five girls aged 14–18 years, as well as key stakeholders such as representatives from children's forums, village child protection commissions, religious leaders, parents, teachers, and others.
Bahasa Abstract
Tulisan ini melihat sejauh mana mekanisme belas (memisahkan calon mempelai laki-laki dan perempuan) yang dipraktikkan di Kabupaten Lombok Barat, dalam mencegah perkawinan anak (merariq kodeq), memenuhi prinsip-prinsip perlindungan anak berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014. Berbeda dengan studi terdahulu yang hanya fokus pada intervensi untuk mencegah perkawinan anak, studi ini melihat keterhubungan antara anak (mereka yang berusia di bawah 18 tahun) dengan sistem sosial yang lebih luas. Tim penulis menggunakan model sosio-ekologis dari Brofenbrenner yang mempertimbangkan berbagai aspek dalam kehidupan anak, termasuk kondisi biologis anak, interaksi antara anak dengan berbagai aktor, lingkungan, serta faktor budaya dan struktural. Kami menemukan bahwa implementasi mekanisme belas belum menerapkan prinsip-prinsip perlindungan anak. Hal ini terkait dengan tidak diperhatikannya kondisi psikologis dan kerentanan anak perempuan yang menikah muda, serta situasi khusus yang mereka alami, misalnya kehamilan tidak diinginkan. Data dikumpulkan secara kualitatif melalui partisipan observasi dan wawancara mendalam kepada anak perempuan usia 14 – 18 tahun, perwakilan forum anak, komisi perlindungan anak desa, tokoh agama, orang tua, guru, dan lainnya.
References
Benedicta, G. D., Pakasi, D. T., Zahro, F. A., Natih, N. N. S., Kartikawati, R., Peranto, S., Yuharoza, A., Rahmadhani, P., Kakal, T., van der Kwaak, A. 2021. Kemajuan Pencegahan Perkawinan Anak, Dilema tentang Kehamilan Remaja dan Sunat Perempuan: Hasil Penelitian Program Yes I Do (2016-2020) di Lombok Barat dan Sukabumi, Indonesia. Amsterdam: KIT Royal Tropical Institute.
Bennett, S., Hart, S. N., & Svevo-Cianci, K. A. 2009. “The need for a General Comment for Article 19 of the UN Convention on the Rights of the Child: Toward enlightenment and progress for child protection.” Child abuse & neglect, 33(11):783–790. (https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2009.09.00).
Bronfenbrenner, Urie. 1994. “Ecological models of human development.” International Encyclopedia of Education, 2(3):37-43.
Bronfenbrenner, Urie and Pamela A. Morris. 1998. “The Ecology of Developmental Processes.” Pp. 993-1028 in W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of Child Psychology: Theoretical Models of Human Development. Vol.2. New York: John Wiley & Sons Inc.
“Cegah Perkawinan Anak, Pemprov NTB dan Plan Indonesia Teken MoU.” 2022. Plan International. Retrieved November 1, 2022 (https://plan-international.or.id/en/cegah-perkawinan-anak-pemprov-ntb-dan-plan-indonesia-teken-mou/).
Chae, Sophia & Thoai Ngô. 2017. “The global state of evidence on interventions to prevent child marriage,” GIRL Center Research Brief no. 1. New York: Population Council.
“Data Perkawinan Anak Tahun 2019-2020.” 2020. DP3AP2KB. Retrieved November, 1 2022 (https://dp3ap2kb.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2021/03/DATA-PERKAWINAN-ANAK-TAHUN-2019-2020.pdf).
Fergusson, D. M., & Horwood, L. J. 2003. “Resilience to childhood adversity: Results of a 21-year study”. Pp. 130 - 155 in S. S. Luthar (Ed.), Resilience and vulnerability: Adaptation in the context of childhood adversities. Cambridge: Cambridge University Press. (https://doi.org/10.1017/CBO9780511615788.008https://doi.org/10.3402/ejpt.v5.25338)
Hidayana, I.M. et.al. 2018. Rekonstruksi Tafsir Sosial Politik Atas Perkawinan Anak. Unpublished research report. Depok: Universitas Indonesia.
Kalamar, Amanda M., Susan Lee-Rife, and Michelle J. Hindin. 2016 “Interventions to prevent child marriage among young people in low-and middle-income countries: a systematic review of the published and gray literature.” Journal of Adolescent Health, 59(3): S16-S21.
Kartikawati, Reni. 2016. Viktimisasi Struktural Terhadap Perkawinan Adat ‘Merariq’ Pada Anak Perempuan (Studi Kasus Perkawinan Usia Anak di Desa Surabaya Utara, Kecamatan SakraTimur, Kabupaten Lombok Timur, NTB). Thesis: Master of Criminology, Specialization of Child Protection. Depok: Universitas Indonesia.
------. 2022. “Perkawinan Anak dalam Adat Merariq: Mekanisme Selarian (Kawin Lari) pada Pengalaman Anak Perempuan sebagai Korban (Studi Kasus Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Barat, NTB).” Pp.154-182 in Hidayana (Ed.), Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Analogi. Depok: UI Publishing.
Komnas Perempuan. 2021. Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadap Perempuan 2020: Perempuan dalam himpitan pandemi: Lonjakan kekerasan Seksual, kekerasan Siber, perkawinan anak, dan keterbatasan penanganan di tengah COVID-19. Jakarta: Komnas Perempuan.
Kusumaningrum, S., Robby, M.B., Nugroho, B.E., Ramadhian, K. A., & Adyaputri, N. 2021. Modul 10: Sistem Perlindungan Anak. Kursus Perlindungan Anak Dasar. Depok: PUSKAPA & Departemen Kriminologi, Universitas Indonesia.
M. Rais, Raden. 2018. Pakem Merariq berdasarkan Hukum Adat Sasak. Mataram: Majelis Sasak Paer Bat.
“Pencegahan Perkawinan Anak: Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda.” 2020. UNICEF. Retrieved Juni, 13 2021 (https://www.unicef.org/indonesia/media/2851/file/Child-Marriage-Report-2020.pdf).
“Pencegahan Perkawinan Anak: Percepatan yang tidak bisa Ditunda.” 2020. UNICEF & Puskapa. Retrieved November 1, 2022 (https://www.unicef.org/indonesia/media/2851/file/Child-Marriage-Report-2020.pdf).
West Lombok Regent Regulation No. 30 of 2018 on Prevention of Child Marriage. (Peraturan Bupati Lombok Barat (Perbup) No. 30 Tahun 2018 tentang Pencegahan Perkawinan Anak).
East Lombok Regent Regulation No. 41 of 2020 on Prevention of Child Marriage. (Peraturan Bupati Lombok Timur No. 41 Tahun 2020 tentang Pencegahan Perkawinan Usia Anak).
Peraturan Daerah (Perda) Lombok Barat No. 9 Tahun 2019 tentang Pendewasaan Usia Pernikahan.
NTB Province Regional Regulation No. 5 of 2021 on Prevention of Child Marriage. (Peraturan Daerah (Perda) Provinsi NTB No. 5 Tahun 2021 tentang Pencegahan Perkawinan Anak.)
“Peringkat ke-2 di ASEAN, Begini Situasi Perkawinan Anak di Indonesia.” 2021. Kompas. Retrieved November 1, 2022 (https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/20/190300123/peringkat-ke-2-di-asean-begini-situasi-perkawinan-anak-di-indonesia?page=all).
“Pernikahan Usia Dini di Lombok dan Kebijakan Pemerintah Setempat.” 2021. Radar Lombok. Retrieved November, 1 2022 (https://radarlombok.co.id/pernikahan-usia-dini-di-lombok-dan-kebijakan-pemerintah-setempat.html).
“Proporsi Perempuan Umur 20-24 tahun yang Berstatus Kawin atau Berstatus Hidup Bersama sebelum Umur 15 tahun (Persen).” 2021. BPS. Retrieved November, 1 2022 (https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1358/sdgs_5/1).
Rosyidah, Ida & Fajriyah, Iklilah Muzayyanah Dini. 2013. “Menebar Upaya, Mengakhiri Kelanggengan: Problematika Perkawinan Anak di Nusa Tenggara Barat.” HARMONI, Jurnal Multikultural & Multireligius, 12(2): 56-71.
“Signifikansinya Perkara Dispensasi Kawin terus Meningkat di Masa Pandemi COVID-19.” 2022. BADILAG Mahkamah Agung. Retrieved November 1, 2022 (https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-daerah/signifikannya-perkara-dispensasi-kawin-terus-meningkat-di-masa-pandemi-covid-19).
“Stop Perkawinan Usia Anak.” 2020. Kemenpppa. Retrieved November, 1 2022 (https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2569/stop-perkawinan-anak-kita-mulai-sekarang).
“Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak.” 2020. Bappenas. Retrieved November 1, 2022 (https://www.unicef.org/indonesia/media/2856/file/National-Strategy-Child-Marriage-2020.pdf).
Sudirman dan Bahri. 2014. Studi Sejarah dan Budaya Lombok. Mataram: Pusat Studi dan Kajian Budaya Provinsi NTB. Pusakanda.
Circular Letter of the Governor of NTB Number SE/150/1138/KUM of 2014 on the Age of Marriage. (Surat Edaran (SE) Gubernur NTB Nomor SE/150/1138/KUM tahun 2014 tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)).
“The Situation of Child Marriage, Teenage Pregnancy, and FGM/C in Sukabumi, Rembang and West Lombok Regencies: 2018 Midline Study.” 2018. Pakasi, et. al. Retrieved November, 1 2022 (https://www.kit.nl/publication/the-situation-of-child-marriage-teenage-pregnancy-and-fgm-c-in-sukabumi-rembang-and-west-lombok-regencies/).
Law No. 35 of 2014 on Amendments to Law No. 23 of 2002 on Child Protection. (Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak).
Recommended Citation
Kartikawati, Reni; Sri Natih, Ni Nyoman; and Ratri, Sari Damar
(2023)
"Belas for the Prevention of Child Marriage among Sasak Community, West Lombok,"
Masyarakat: Jurnal Sosiologi: Vol. 28:
No.
1, Article 6.
DOI: 10.7454/MJS.v28i1.13561
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/mjs/vol28/iss1/6
Included in
Development Studies Commons, Gender, Race, Sexuality, and Ethnicity in Communication Commons, Social and Cultural Anthropology Commons, Sociology Commons