•  
  •  
 

Abstract

This article discusses Korean drama (K-Drama) consumption as cinematherapy during the early period of the COVID-19 pandemic in Indonesia. In cinematherapy, videos and films are considered capable of providing therapeutic and healing effects to provide a stimulus for the audience. The cinematherapy concept was introduced by Linda Berg-Cross, Pamela Jennings, and Rhoda Baruch in 1990. The problem is, in the popularity of K-Wave, can K-Drama become cinematherapy for Indonesian audiences, especially during times of crisis such as the COVID-19 pandemic? The study uses the qualitative method with online in-depth interviews and literature study. The results showed that K-Drama has the potency to be a cinematherapy for female informants because it releases stress, tension, and anxiety due to the pandemic. However, K-Drama is just entertainment for male informants since they do not watch it very often compared to female informants. Another interesting finding is that female informants favored the thriller because it provides a sensation of tension and adrenaline rush to relieve anxiety from the burdens of life during the pandemic. K-Drama is a pleasant activity to kill time during quarantine and social restrictions. The practical implication of this study is how K-Drama can be a cinematherapy for audiences to reduce tension during the early days of the COVID-19 pandemic. K-Drama can be an educational, training, and mental health tool for further research.

Bahasa Abstract

Artikel ini membahas tentang konsumsi drama Korea (K-Drama) sebagai cinematherapy di masa awal pandemi COVID-19 di Indonesia. Dalam cinematherapy, video dan film dianggap mampu memberikan efek terapeutik dan penyembuhan untuk memberikan stimulus bagi penontonnya. Konsep cinematherapy diperkenalkan oleh Linda Berg-Cross, Pamela Jennings, dan Rhoda Baruch pada tahun 1990. Masalahnya, dengan popularitas K- Wave, bisakah K-Drama menjadi cinematherapy bagi penonton Indonesia, terutama pada masa krisis seperti saat ini? Pandemi covid19? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam secara online dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa K-Drama berpotensi menjadi cinematherapy bagi informan perempuan karena dapat melepaskan stres, ketegangan, dan kecemasan akibat pandemi. Namun, K-Drama hanyalah hiburan bagi informan pria karena mereka tidak terlalu sering menontonnya dibandingkan dengan informan wanita. Temuan menarik lainnya, informan perempuan lebih menyukai thriller karena memberikan sensasi ketegangan dan adrenalin untuk menghilangkan kecemasan dari beban hidup selama pandemi. K-Drama adalah kegiatan yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu selama karantina dan pembatasan sosial. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah bagaimana K-Drama dapat menjadi cinematherapy bagi penontonnya untuk mengurangi ketegangan di masa-masa awal pandemi COVID-19. K-Drama dapat menjadi sarana pendidikan, pelatihan, dan kesehatan mental untuk penelitian lebih lanjut.

Share

COinS