Abstract
The religion of Javanese society views that the universe as the wholeness which is balanced and harmonious, inseparable one from another, and always interconnected. The universe consists the macrocosm and microcosm. The macrocosm and the microcosm, are not always stable, but instable. The instability in the macrocosm, is the result of incident made on the surface of microcosm, or on the contrary. The regularity in the microcosm and macrocosm is coordinated, and if each cosm tries to achive unity and harmony, therefore life will be quiet and harmonious. The Javanese society always makes effort to guard harmony in the universe, if it is in chaos, they usually conduct rituals. The ritual of ruwatan is an effort in Javanese society to make the universe balance. Because of the incident affected by sukerta, therefore man has to be rid of the accident (to be eaten by Batara Kala). In the ruwatan ritual is usually performed presenting Murwakala or Sudamala scemes.
Bahasa Abstract
Religi masyarakat Jawa memandang bahwa jagad raya merupakan satu kesatuan yang serasi dan harmonis, tidak lepas satu dengan yang lain dan selalu berhubungan. Jagad raya terdiri dari jagad gede (makrokosmos – alam di luar manusia) dan jagad cilik (mikrokosmos – alam manusia). Antara jagad gede dan jagad cilik tidak selalu dalam keadaan stabil, namun mengalami juga kelabilan. Kelabilan yang terjadi di dalam jagad gede, sebagai akibat dari ulah yang ditimbulkan oleh jagad cilik, atau sebaliknya. Keteraturan di dalam jagad gede dan jagad cilik adalah terkoordinasi dan apabila masing-masing berusaha keras ke arah kesatuan dan keseimbangan, maka hidup akan lebih tentram dan harmonis. Masyarakat Jawa selalu berusaha menjaga keharmonisan jagad raya. Apabila terjadi disharmoni dalam jagad raya, mereka biasanya menyelenggarakan upacara-upacara. Upacara ruwatan merupakan salah satu bentuk usaha masyarakat Jawa untuk menyeimbangkan jagad raya dari kelabilan. Manusia oleh karena suatu sebab terkena sukerta (noda), maka ia harus diruwat (dibebaskan) dari mala petaka (mangsa Batara Kala). Dalam upacara ruwatan biasanya dipergelarkan wayang kulit, yang menyajikan lakon khusus Murwakala atau Sudamala.
Recommended Citation
Darmoko, D. (2002). Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa. Makara Human Behavior Studies in Asia, 6(1), 30-36. https://doi.org/10.7454/mssh.v6i1.29