•  
  •  
 

Abstract

Qatar's role as a regional mediator allowed it to emerge even further into global politics and it’s a step toward creating its own evolving independent political persona. As a mediator, Qatar has left its choices open to develop diplomatic relations with non-state actors and countries that have controversies in the Middle East. This research uses a case study approach to explore information about several foreign policies carried out by Qatar against countries and non-state actors in the Middle East. The results of this study show that Qatar, with its rationality, weighs the benefits for the personal interests of the state. To achieve its goals, Qatar will choose consistent and stable preferences, compare the benefits and costs of all available options, and choose the most optimal choice that is maximizing results. From all the mediations that have been carried out, Qatar mostly has used its country's ability to eliminate conflicts in the region. Therefore, the case study of Qatar then illustrates that a country can directly or indirectly use the capacity of the state to engage with non-state actors who are deemed to have benefits for Qatar itself.

Bahasa Abstract

Peran Qatar sebagai mediator regional memungkinkan untuk tampil lebih jauh lagi ke dalam politik global dan merupakan langkah untuk menciptakan persona politik independennya yang terus berkembang. Sebagai mediator, Qatar membiarkan pilihannya terbuka untuk mengembangkan hubungan diplomatik dengan aktor non-negara dan negara-negara yang memiliki kontroversi di Timur Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, untuk mendalami informasi mengenai beberapa kebijakan luar negeri yang dilakukan Qatar terhadap negara-negara maupun aktor non-negara di Timur Tengah. Hasil penelitian ini adalah terlihatnya bahwa Qatar dengan rasionalitasnya, menimbang manfaat untuk kepentingan pribadi dari negara. Untuk mencapai tujuannya, Qatar akan memilih preferensi yang konsisten dan stabil, membandingkan antara manfaat dan biaya dari keseluruhan opsi yang tersedia, dan memilih opsi yang paling optimal yaitu memaksimalkan hasil. Dari segala mediasi yang dilakukan, kebanyakan Qatar menggunakan kemampuan negaranya dalam menghilangkan konflik di wilayah tersebut. Oleh karena itu, Studi kasus Qatar kemudian mengilustrasikan bahwa suatu negara dapat secara langsung atau tidak langsung menggunakan kapasitas kemampuan negara untuk terlibat dengan aktor non-negara yang dianggap memiliki manfaat untuk Qatar itu sendiri.

References

REFERENCE

Abrahms, M. (2008). What Terrorist Really Want: Terrorist Motives and Counterterrorism Strategy. 32:4, 78-105

Akpınar, P. (2015). Mediation as a foreign policy tool in the Arab Spring: Turkey, Qatar and Iran. Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 17(3), 252-268.

Akhmetov, T. (2012). Explaining Qatar’s Foreign Policy’. Open Democracy, 27.

Barakat, S. (2014). Qatari mediation: between ambition and achievement. Washington: Brookings Institution.

Galeeva, D. (2022). Qatar: The Practice of Rented Power. Routledge.

Crewell, J. W. (2016). Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (Edisi Empat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hechter, M., & Kanazawa, S. (1997). Sociological rational choice theory. Annual review of sociology, 191-214.

Hill, C. (2003). The changing politics of foreign policy. Palgrave Macmillan.

Ogu, M. I. (2013). Rational choice theory: Assumptions, strengths and greatest weaknesses in application outside the western milieu context. Arabian Journal of Business and Management Review (Nigerian Chapter) Vol, 1(3), 90-99.

Quackenbush, S. (2004). The rationality of rational choice theory. International interactions, 30(2), 87-107.

Roberts, D. B. (2011). Behind Qatar's Intervention In Libya: Why Was Doha Such A Strong Supporter of The Rebels?. Foreign Affairs.

Zweiri, M., & Qawasmi, F. A. (2021). Contemporary Qatar Through the State and Society: An Introduction. In Contemporary Qatar (pp. 1-7). Springer, Singapore.

Share

COinS