•  
  •  
 

Abstract

A series of technology transfer programs took place after Indonesia became fully independent, from 1951 until the fall of the New Order (1998). This article unpacks the ways the authoritarian New Order government utilize nationalist discourses, reproduced in the postcolonial context. These programs were framed as an antithesis to the negative psycho-social aspects of Dutch colonialism as a mean of postcolonial national integration, and as a strategy to make Indonesia’s position more equal to the more developed countries. At the same time, the technology transfer programs relied heavily on the high capacity of the authoritarian state. This study asserts that New Order demonstrates a case of a high capacity authoritarian state that utilized the success of the technology transfer programs, along with nationalist discourses, to legitimize its power. This article expands on the arguments of the previous studies that focus on the strong capacity of the state in promoting the technology transfer. The previous studies tend to neglect the post-colonial context (including the reproduction of the discourses of nationalism) in technology transfer program.

Bahasa Abstract

Serangkaian program alih teknologi telah dilakukan setelah Indonesia merdeka penuh, sejak tahun 1951 hingga Orde Baru jatuh (1998). Artikel ini menelusuri bagaimana rezim otoriter Orde Baru menggunakan diskursus nasionalisme, yang direproduksi pada konteks post-kolonial, untuk membingkai program-program tersebut. Dalam konteks ini, rangkaian program alih teknologi dibingkai sebagai antitesis terhadap psiko-sosial negatif kolonialisme Belanda, sebagian dari upaya untuk mengintegrasikan masyarakat Indonesia dan strategi untuk menempatkan Indonesia setara dengan bangsa-bangsa lain, yang telah lebih dahulu mengalami kemajuan. Di saat yang sama, program alih teknologi tersebut sebenarnya bertumpu pada kapasitas negara otoriter yang kuat. Dengan demikian, artikel ini mengetengahkan argumen soal Indonesia sebagai sebagai negara otoriterian dengan kapasitas kuat, yang menggunakan kesuksesan program transfer teknologi, bersamaan dengan diskursus nasionalisme, untuk melegitimasi kekuasannya. Artikel ini berkontribusi dalam mengembangkan studi-studi sebelumnya yang fokus pada kapasitas negara yang kuat. Studi-studi ini cenderung mengabaikan dimensi post-kolonial (termasuk reproduksi diskurus nasionalisme) dalam analisis soal transfer teknologi.

References

Abdullah, Taufik. (2009). Indonesia: Towards Democracy, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

Abraham, Itty. (2013). Sulfikar Amir (2013), The Technological State in Indonesia: The Co-constitution of High Technology and Authoritarian Politics. London and New York: Routledge. xviii, 190 pp. Hardcover. Science, Technology & Society 18:2 (2013): 259–265. DOI: 10.1177/0971721813489463.

Amir, Sulfikar. (2013). The Technological State in Indonesia: The co-constitution of high technology and authoritarian politics. Oxon: Routledge.

Amir, Sulfikar. (2007). Nationalist rhetoric and technological development: The Indonesian aircraft industry in the New Order regime. Technology in Society 29, 283–293. doi:10.1016/j.techsoc.2007.04.010

Amir, Sulfikar. (2004). The Regime and the Airplane: High Technology and Nationalism in Indonesia. Bulletin of Science, Technology & Society, Vol. 24, No. 2, April, 107-114. DOI: 10.1177/0270467604263547.

Amirrachman, Alpha (2013). The Technological State in Indonesia: The Co-constitution of High Technology and Authoritarian Politics. By Sulfikar Amir. Abingdon, Oxon: Routledge Contemporary Southeast Asia Series, 2013. Hardcover: 190pp. Book Review. Contemporary Southeast Asia Vol. 35. No. J. pp. 132-34. DOI: 10.1355/cs35-1g.

Arismunandar, Satrio. (2001). Bisnis Telekomunikasi di Indonesia: Prospek dan Tantangan. www.academia.edu. Diakses 1 Mei 2015.

Boeke J.H. (1980). “Dualism in Colonial Societies”. Dalam Hans-Dieter Evers (Editors). Sociology of South-East Asia: Readings on Social Change and Development. Kuala Lumpur: Oxford University Press: 26-37.

Barker, Joshua. (2005). Engineers and Political Dreams: Indonesia in the Satellite Age Author(s). Current Anthropology, Vol. 46, No. 5, pp. 703-727.

Berwick, Elissa and Fotini Christia. (2018). State Capacity Redux: Integrating Classical and Experimental Contributions to an Enduring Debate. Annual Review of Political Science 21:4.1–4.21. Https://doi.org/10.1146/annurev-polisci-072215-012907.

Besley, Timothy & Torsten Persson. (2014). The Causes and Consequences of Development Clusters: State Capacity, Peace, and Income. The Annual Review of Economics 6:22.1–22.23. Doi: 10.1146/annurev-economics-080213-041128.

Chaniago, Andrinof A. (1990). Pengalihan Teknologi, Peranan Amerika Serikat dan Kasus IPTN. Prisma No. 8 Tahun XIX. Jakarta: LP3ES: 59-71.

Charland M. (1986). Technological nationalism. Can J Pol Soc Theory 10:196–220.

Creswell, John W. dan Cheryl N. Poth. (2018). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches (Fourth Edition). Thousand Oaks, California: Sage Publications Ltd.

Delanty, Gerard. (2003). The Persistence of Nationalism: Modernity and Discourses of the Nation. Gerard Delanty and Engin F. Isin (Editors). Handbook of Historical Sociology. London: Sage Publications.

Mantra, Dodi. (2007). Hubungan IMF-RI: Studi tentang Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Tekanan IMF terhadap Pemerintah Indonesia Periode 1997-2004. Depok: Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Eriksson, S. (2003) Indonesia’s Aircraft Industry: Technology and Management Impediments. Int. J. Technology Transfer and Commercialisation Vol. 2, No. 2, pp.207-226.

Furnivall, J.S. (1967 [2010]). Netherlands India: A Study of Plural Economy. New York: Cambridge University Press.

Furnivall, J.S. (1948). Colonial Policy And Practice: A Comparative Study of Burma and Netherlands India. London: Cambridge University Press.

Habibie, Bacharudin Jusuf. (2010). Habibie dan Ainun. Jakarta: THC Mandiri.

Habibie, B.J. (1995). Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pembangunan Bangsa: Menuju Dimensi Baru Pembangunan Indonesia. Jakarta: Cidesindo.

Hadara, Ali. (2006). “Dinamika Pelayaran Tradisiosnal Orang Buton Kepuluan Tukang Besi”. Makalah Konferensi Nasional Sejarah VIII, Jakarta. 14-17 November.

Hadi, Syamsul. (2005). Strategi Pembangunan Mahathir dan Soeharto: Politik industrialisasi dan Modal Jepang di Malaysia dan Indonesia. Tim penerjemah: Dominikus Dolet, Jerry S. Manuel, S.B. Khrisna. Jakarta: Japan Foundation

Hamzah, Awaluddin. (2013). Transformasi Moda Produksi Masyarakat Pesisir: Studi Kasus Nelayan Bajo di Desa Latawe Kabupaten Muna. Jurnal Agriplus Vol. 22 Nomor 1: 65-71.

Hughes, David. (1984). The Indonesian Cargo Sailing Vessels and the Problem of Technology Choise for Sea Transport in a Developing Country: A Study of Consequences of Perahu Motorization Policy in the Context of the Economic Regulation of Inter Island Shipping. PhD Thesis Department of Maritime Studies University of Wales.

Ibrahim, Marwah Daud. (2004). Planning and Development of Indonesia’s Domestic Communications Satellite System Palapa. Online Journal of Space Communication Issue 8: Regional Development: Indonesia. Fall.

Junaid. (2018). Inovasi Motorisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan Nelayan Di Kecamatan Kalukuang Masalima Kabupaten Pangkep. Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kadarusman, Sjarief Widjaja (Editor). (2019). Sejarah dan Politik Maritim Indonesia. Jakarta: Amafrad Press.

Kenanga, Dhian Theresia. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usaha Perikanan Tangkap dengan Kapal Motor (Studi Kasus di Kota Bitung Sulawesi Utara Tahun 2012). Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya.

Kompas. (1993) Ketua Bappenas Ginandjar Kartasasmita: Pengembangan Teknologi Tinggi Paralel dengan ‘Broad-Based Tech. 7 Juni: 1.

Ramadhan. (1994). Gobel: Pelopor Industri Elektronika Indonesia dengan Falsafah Usaha Pohon Pisang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Majalah Tempo. (2014). 18-24 Agustus.

Makka, Andi Makmur. (Editor). 2010. Jejak Pemikiran B.J. Habibie: Peradaban Teknologi untuk Kemandirian Bangsa. Bandung: Mizan.

Matala, Saara & Aaro Sahari. (2017): Small Nation, Big Ships Winter Navigation and Technological Nationalism in a Peripheral Country 1878–1978. History and Technology. DOI: 10.1080/07341512.2017.1343909.

Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. (2014). Qualitative Data Analysis: a Methods Sourcebook. Third Edition. Sage Publication.

Mohsin, Anto. (2015). Sulfikar Amir, The Technological State in Indonesia: The Co-constitution of High Technology and Authoritarian Politics New York: Routledge, 2012. 208 pp. $145. East Asian Science, Technology and Society: An International Journal 9:95–99. DOI 10.1215/18752160-2835900.

Moon, Suzanne (2009). Justice, Geography, and Steel: Technology and National Identity in Indonesian Industrialization. The History of Science Society OSIRIS 24: 253–277.

Munawir, Andi Arief. (2013). Motorisasi Perahu Pinisi di Tanah Beru Kabupaten Bulukumba (1975-1985). Makassar: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

Mràzek, Rudolf. (2006 [2002]). Engineers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni. Terjemahan Hermojo. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Neuman, W. Lawrence. (2014). Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches. Fifth Edition. Boston: Pearson Education Inc.

Nur, Resky Hidayah dan Najamuddin. (2020). Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Desa Galesong Baru Pasca Modernisasi, 1980-2015. Pattingalloan: Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan Vol 7. No.2 Agustus: 133-145.

Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1983/1984. (1984). Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Pour, Julious dkk. (2014). Presiden-presiden Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sadeli, Hasan. (2021). Poros Maritim Dunia Sebagai Keberlanjutan Gagasan. Media Indonesia. 07 Oktober.

Sarundajang. (2000). Arus Balik Kekuasaan dari Pusat ke Daerah. Jakarta: Sinar Harapan.

Shirashi, Takashi. (1997 [1990]). Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Penerjemah Hilmad Farid. Jakarta: Pustaka Utama.

Sitorus, Henry. (1997). Teknologi Tangkap Ikan dan Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Nelayan di Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Depok: Tesis Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia.

Suryadi (2009). Teknologi, Modernitas, dan Zaman “Pantjaroba”: Representasi Radio dalam Dua Roman Indonesia di Akhir Zaman Kolonial. Humaniora No. 2 (21): 223-243.

Suryana, Asep. (2022). Di Bawah Laras Negara: Religio-Politik Pesantren Era Orde Baru. Jakarta: Rajagrafindo.

Tahara, Tasrifin. (2016). Pelayaran Tradisional Orang Buton dan Kebijakan Poros Maritim Indonesia. Jurnal Masyarakat & Budaya Volume 18 No. 3.

Tahara, Tasrifin; dan Rismawidawati. (2018). Dinamika Pelayaran dan Pelayaran Perahu Lambo Dalam Kebudayaan Maritim Orang Buton. Pangadereng Vol. 2 No.2: 271-283.

Taylor, Mark Zachary. (2016). The Politics of Innovation: Why Some Countries Are Better Than Others at Science and Technology. Oxford: Oxford University Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47413/uu-no-5-tahun-1974, 25 Juli 2022.

Included in

Sociology Commons

Share

COinS