•  
  •  
 

Abstract

Power is often discussed in political discourse or in political sociology. In this context, power is understood as the attribution, capacity, or capital to achieve certain goals of the owners. Foucault does not reject this argument, but this perspective would not be able to expose the invisible subjugation. The more critical view of power appears in cultural studies. Gramsci’s concept of hegemony is often used to dismantle the cultural establishment in the process of domination that was veiled. The more sophisticated findings, power has surpassed even the hegemonic ways, which is factually or coined by Foucault as governmentality. This paper discusses the core concepts in the Foucault’s theory of power. In addition, I also presented a debate between relation of dominance and relation of power that often overlap understood in political studies or political sociology

Bahasa Abstract

Kekuasaan kerap diperbincangkan dalam wacana politik atau sosiologi politik. Dalam konteks ini, kekuasaan dipahami sebagai kualitas, kapasitas atau modal untuk mencapai tujuan tertentu dari pemiliknya. Foucault tidak menolak cara pandang semacam ini, tapi hal itu tidak cukup untuk memahami praktik penundukan yang tak kasat mata. Pandangan yang lebih kritis tentang kekuasaan muncul dalam kajian budaya. Konsep Gramsci tentang hegemoni sering digunakan untuk membongkar kemapanan budaya dalam proses dominasi yang terselubung. Dalam penjelasan yang lebih canggih, kekuasaan bekerja melampaui cara-cara hegemonik, yang mana hal ini dikonsepsikan Foucault sebagai governmentality. Tulisan ini membahas konsep inti dalam pemikiran Foucault tentang kekuasaan. Dalam tulisan ini diuraikan pula perdebatan tentang relasi dominasi dan relasi kekuasaan yang sering dipahami secara tumpang-tindih dalam kajian politik atau sosiologi politik.

Share

COinS