Abstract

Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten dengan peningkatan kasus HIV/AIDS cukup tajam dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan faktor yang memengaruhinya. Penelitian explanatory ini dilakukan melalui pendekatan studi potong lintang dengan sampel berjumlah 300 kepala keluarga yang dipilih menggunakan sampel acak proporsional pada tiga kelurahan dengan kasus HIV tertinggi selama Agustus - September 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat, dan multivariat menggunakan regresi logistik. Sebagian besar responden adalah laki-laki dengan tingkat pendidikan terbanyak sekolah menengah atas ke bawah. Separuh responden masih memberikan stigma terhadap ODHA. Responden dengan keluarga yang memberikan stigma memiliki kemungkinan memberikan stigma terhadap ODHA empat kali lebih besar dibandingkan responden yang keluarganya tidak memberikan stigma. Demikian juga responden yang berpersepsi negatif terhadap ODHA memiliki kemungkinan memberikan stigma dua kali lebih besar dibandingkan yang berpersepsi positif. Faktor sikap tetangga dan tokoh masyarakat terhadap ODHA juga berhubungan signifikan dengan stigma responden terhadap ODHA. Kesimpulannya adalah sikap keluarga dan persepsi responden terhadap ODHAmerupakan faktor yang berpengaruh pada munculnya stigma terhadap ODHA sehingga disarankan adanya pemberian informasi tentang HIV/AIDS yang lengkap kepada keluarga dan masyarakat untuk menurunkan atau menghilangkan stigma. Grobogan District is a district with a sharp increasing of HIV/AIDS case compared to other districts over Central Java. This study aimed to identify public stigma to people living with HIV/AIDS (PLWHA) and influencing factors. This explanatory study was conducted using cross sectional design worth 300 family head samples selected by using proportional random sampling on three subdistricts with highest HIV case within August - September 2014. Data collecting was conducted through face-to-face interview using structured questionnaire. Meanwhile, data analysis was conducted in univariate, bivariate using chi square and multivariate using logistic regression. Most respondents were men whose education level was mostly high school to the bottom level. Half of respondents were still stigmatizing PLWHA. Respondents whose families stigmatized had possibility of stigmatizing four times bigger than respondents whose families did not. Similarly, respondents holding negative perceptions toward PLWHA had possibility of stigmatizing twice bigger than those holding positive perceptions. Attitude of neighbors and public figures toward PLWHA also significantly related to respondent’s stigma to PLWHA. To sum up, family attitude and respondent’s perception to PLWHA were influencing factors of emerging stigma toward PLWHA. Therefore, it suggested that providing families and public any complete information about HIV/AIDS may decrease or remove the stigma.

References

1. Maman S, Abler L, Parker L, Lane T, Chirowodza A, Ntogwisangu J, et al. A comparison of HIV stigma and discrimination in five international sites: The influence of care and treatment resources in high prevalence settings. Journal of Social Science & Medicine. 2009; 68 (12): 2271-8.

2. Duffy L. Suffering, shame, and silence: the stigma of HIV/AIDS. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care. 2005; 16 (1): 13-20.

3. Carr RL, Gramling LF. Stigma: a health barrier for women with HIV/AIDS. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care. 2004;15 (5): 30-9.

4. Foster G, Williamson J. A review of current literature of the impact of HIV/AIDS on children in Sub-Saharan Africa. AIDS. 2000; 14: 275-84.

5. Butt L, Morin J, Numbery G, Peyon I, Goo A. Stigma and HIV/AIDS in highlands Papua. Pusat Studi Kependudukan–Universitas Cenderawasih and University of Victoria. Canada: UNCEN UoV; 2010.

6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Laporan perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai triwulan II tahun 2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.

7. Komisi Penanggulan AIDS Provinsi Jawa Tengah. Laporan kondisi HIV dan AIDS di Jawa Tengah sejak 1993 s/d Juni 2014. Semarang: Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Tengah; 2014.

8. Balfour L, Corace K, Tasca GA, Plummer WB, MacPherson PA, Cameron DW. High HIV knowledge relates to low stigma in Pharmacists and University Health Science Students in Guyana, South America. International Journal of Infectious Diseases. 2010; 14 (10): e881-7.

9. Li L, Wu Z, Wu S, Zhaoc Y, Jia M, Yan Z. HIV-related stigma in health care settings: a survey of service providers in China. AIDS Patient Care STDS. 2007; 21 (10): 753-62.

10. Bayer R. Stigma and the ethics of public health: not can we but should we. Social Science & Medicine. 2008; 67 (3): 463-72.

11. Law GU, Rostill-Brookes H, Goodman D. Public stigma in health and non-healthcare students: attributions, emotions and willingness to help with adolescent self-harm. International Journal of Nursing Studies. 2009; 46 (1): 108-19.

12. Anderson M, Elam G, Gerver S, Solarin I, Fenton K, Easterbrook P. HIV/AIDS-related stigma and discrimination: Accounts of HIV-positive Caribbean people in the United Kingdom. Social Science & Medicine. 2008; 67 (5): 790-8.

13. Darmoris. Diskriminasi petugas kesehatan terhadap orang dengan HIVAIDS (ODHA) di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2011.

14. Herek GM, Capitanio JP, Widaman KF. HIV related stigma and knowledge in the United States: prevalence and trends, 1991-1999. American Journal of Public Health. 2002; 92 (3): 371-7.

15. Guma JA. Health workers stigmatise HIV and AIDS patients. South Sudan Medical Journal. 2011; 4: 92-3.

16. Campbell C, Nair Y, Maimane S, Sibiya Z. Understanding and challenging HIV/AIDS stigma. HIVAN Publication. Available from: http://www.lse.ac.uk/collections/socialPsicology/pdf/Challenging_HIV AIDS_Stigma.pdf.

17. Lestari TRP. Kebijakan pengendalian HIV/AIDS di Denpasar. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013; 8 (1): 45-48.

18. Sohn A, Park S. HIV/AIDS knowledge, stigmatizing attitudes, and related behaviors and factors that affect stigmatizing attitudes against HIV/AIDS among Korean adolescents. Osong Public Health and Research Perspectives. 2012; 3 (1): 24-30.

19. Djoerban Z. Membidik AIDS: ikhtiar memahami HIV dan ODHA. Yogyakarta: Galang Press; 1999.

20. Voisin DR, Bird JD, Shiu CS, Krieger C. It’s crazy being a black, gay youth. Getting information about HIV prevention: a pilot study. Journal of Adolescent. 2013; 36: 111-9.

21. Hermawati P. Hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan interaksi sosial pada ODH [tesis]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2011.

22. Cock KMD, Mbori-Ngaca D, Marum E. Shadow on the continent: Public health and HIV/AIDS in Africa in the 21. The Lancet. 2002; 360: 67–72.

23. Demartoto A. ODHA, masalah sosial dan pemecahannya. Jurnal Penduduk dan Pembangunan. 2006; 6 (2): 105-15.

24. Suhendi A. Peranan tokoh masyarakat lokal dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Media Informasi. 2013; 18 (02) :105 – 16.

25. Burhan R. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh perempuan terinfeksi HIV/AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013; 8 (1): 33-8.

Share

COinS