Abstract
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Banda Aceh. Banda Aceh merupakan daerah endemik DBD dengan meningkatnya angka kejadian dan case fatality rate setiap tahun. Insiden tertinggi DBD berada di Kecamatan Baiturrahman dengan angka kejadian 120 per 100.000 penduduk dan tertinggi kedua adalah Kecamatan Jaya Baru dengan angka kejadian 84 per 100.000 penduduk. Keberadaan larva Aedes sp di masyarakat merupakan salah satu indikator populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jentik nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada masing-masing wadah ovitrap (tempurung kelapa, gelas plastik, dan potongan bambu) serta tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes sp sebelum dan setelah pemasangan wadah ovitrap. Jenis penelitian adalah explanatory study dengan desain eksperimental quasi. Teknik pengambilan sampel adalah proportional sampling. Populasi unit penelitian adalah 30 rumah. Ovitrap diletakkan merata pada 30 titik lokasi dari 10 kelurahan secara acak. Data jumlah jentik nyamuk Aedes yang terperangkap diambil empat kali secara berulang dengan selang waktu satu minggu. Analisis dengan rerata jumlah jentik di dalam ovitrap dan indeks ovitrap. Hasil jumlah jentik Aedes aegypti yang terperangkap sebanyak 1.265. Ovitrap yang paling efektif, yaitu potongan bambu rerata = 123, nilai p = 0,006, HI = 10,01% (16,66 – 26,67%), CI = 36,8% (336,06 – 39,74%), BI = 29,97% (73,33 103,3%). Otoritas kesehatan harus mempromosikan ovitrap bambu kepada masyarakat sebagai upaya pengendalian Aedes sp. Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a public health problem in Banda Aceh. Banda Aceh is a DHF endemic city by increasing incidence rate (IR) and case fatality rate every year. The highest DHF incidence was in Baiturrahman District (IR = 120 per 100,000 people) and Jaya Baru District (IR = 84 per 100,000 people). Aedes sp larvae existence among people is one of Aedes aegypti population indicators in such region. This study aimed to find out numbers of Aedes sp trapped in each ovitrap (coconut shell, plastic cup, and piece of bamboo) and Aedes sp density level before and after ovitrap installation. This study was explanatory study using quasi-experimental design. The sampling technique was proportional sampling. Population of study was 30 houses. Ovitraps were randomly located in 30 places of 10 subdistricts. Data of trapped Aedes sp larvae numbers was collected four times repeatedly within one week time-lapse. Analysis was conducted using the mean number of larvae in ovitraps and ovitrap index. The number of Aedes sp larvae trapped was 1,265. The most effective ovitrap is piece of bamboo, mean = 123, p value = 0.006, HI = 10.01% (16.66 26.67%), CI = 36.8% (336.06 - 39.74%), BI = 29.97% (73.33 - 103.3%). Health authorities should promote bamboo ovitrap, especially to public as an effort to control Aedes sp.
References
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
2. Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Laporan surveilans pengendalian penyakit demam berdarah dengue, Kota Banda Aceh. Banda Aceh: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh; 2011.
3. Hariyono. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian demam berdarah dengue di Kota Kediri [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2008.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Surveilans Epidemiologis Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
5. World Health Organization. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue. Alih bahasa: Palupi Widyastuti. Editor Bahasa Indonesia: Salmiyatun. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
6. Polson KA, Curtis C, Seng CM, Olson JG, Chanta N, Rawlins SC. The use of ovitrap baited with hay infusion as a surveillance tool for Ae aegypti mosquitoes in Cambodia. Dengue Bulletin. 2002; 26: 178-84.
7. Wahyuningsih NE, Mursid R, Hidayat T. Keefektifan penggunaan dua jenis ovitrap untuk pengambilan contoh telur Aedes sp di lapangan. Jurnal Entomologi Indonesia. 2009; 6 (2): 95-102.
8. Santos SRA, Melo-Santos MAV, Regis L, Albuquerque CMR. Field evaluation of ovitrap with grass infusion and bacillus thuringiensis var israelensis to determine oviposition rate of Ae aegypti. Dengue Bulletin. 2003; 27: 156-62.
9. Budiyanto A. Studi indeks larva Nyamuk Ae aegypti dan hubungannya dengan PSP masyarakat tentang penyakit DBD di Kota Palembang Sumatera Selatan. 2005 [diakses tanggal 2 November 2013]. Diunduh dalam: http//:www.balitbang.depkes.id.
10. Sjarkawi JA. Uji efektifitas penggunaan air rendaman daun kering (Artocarpus heterophyllus, Nephelium lappaceum) dan kuning telur (Vitellus) terhadap jumlah telur Aedes sp yang terperangkap. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2011; 1 (1): 39-48.
11. Rozilawati H, Zairi J, Adanan CR. Seasonal abundance of Aedes albopictus in selected urban and suburban areas in Penang, Malaysia Tropical Biomedicine. 2007; 24 (1): 83-94.
12. Novelani BA. Studi habitat dan perilaku menggigit nyamuk Aedes serta kaitannya dengan kasus demam berdarah di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur [tesis]. Bogor: Institutut Pertanian Bogor; 2007.
13. Hermawan. Nyamuk demam berdarah dan warna bak mandi. 2007 [diakses tanggal 5 Agustus 20140. Diunduh dalam: http://alumni4968 .blogspot.com/2009/01/nyamuk-demam-berdarah-dan-warnabak.html.
14. Safar R. Parasitologi kedokteran protozoologi, helmintologi, entomologi. Bandung: Yrama Widya; 2009.
15. Hoel DF, Obenauer PJ, Clark M, Smith R, Hughes TH, Larson RT, et al. Efficacy of ovitrap colors and patterns for attracting Aedes albopictus at suburban field sites in North-Central Florida source. Journal of the American Mosquito Control Association. 2001; 27 (3): 245-51.
16. Sayono. Pengaruh modifikasi ovitrap terhadap jumlah nyamuk yang terperangkap [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008.
17. Sunaryo, Pramestuti N. Surveilans Ae aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014; 8 (8): 423-9.
18. Santoso J, Hestiningsih R, Wardani RS, Sayono. Pengaruh warna kasa penutup autocidal ovitrap terhadap jumlah jentik nyamuk Ae aegypti yang terperangkap. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2007; 4 (2): 85 – 90.
19. Baak-Baak CM, Rodríguez-Ramírez AD, García-Rejón JE, Ríos-Delgado S, Torres-Estrada JL. Development and laboratory evaluation of chemically-based baited ovitrap for the monitoring of Ae aegypti. Journal of Vector Ecology. 2014; 38: 175–81.
20. Surendran SN, Kajatheepan A, Karunakaran FA, Sanjeefkumar Jude PJ. Seasonality and insecticide susceptibility of dengue vectors an ovitrap based survey in a residential area of northern Sri Lanka. The Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health. 2007; 38 (2): 276-82.
21. Perich MJ, Kardec A, Braga IA, Portal IF, Burge R, Zeichner BC, Brogdon WA, Wirtz RA. Field evaluation of a lethal ovitrap against dengue vectors in Brazil. Medical and Veterinary Entomology. 2003; 17(2): 205-10.
Recommended Citation
Aditama W , Zulfikar Z .
Efektivitas Ovitrap Bambu terhadap Jumlah Jentik Aedes sp yang Terperangkap.
Kesmas.
2015;
9(4):
369-374
DOI: 10.21109/kesmas.v9i4.751
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/kesmas/vol9/iss4/12
Included in
Biostatistics Commons, Environmental Public Health Commons, Epidemiology Commons, Health Policy Commons, Health Services Research Commons, Nutrition Commons, Occupational Health and Industrial Hygiene Commons, Public Health Education and Promotion Commons, Women's Health Commons