Abstract

Kabupaten Lahat adalah salah satu wilayah endemis malaria di Sumatera Selatan dengan prevalensi 16,4% dan Annual Malaria Incidence 22,08. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria. Faktor risiko lingkungan genangan air (breeding place) berhubungan dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,000. Analisis multivariat menemukan determinan utama kejadian malaria adalah breeding place di sekitar rumah responden dengan odds ratio (OR) = 5,034 dan 95% CI = 2,65 _ 9,56. Responden yang tinggal di sekitar breeding place berisiko 5,03 kali lebih besar untuk menderita malaria dibandingkan dengan responden yang di sekitar rumah tidak terdapat breeding place setelah dikontrol variabel jarak rumah ke breeding place, ventilasi rumah, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari. Lahat district is one of the malaria endemic area in South Sumatra Province with a prevalence of 16.4% and Annual Malaria Incidence of 22.08. The case control reports were carried out of 240 respondents. This study aimed to understand the relationship among of environmental risk factors with the incidence of malaria. After primary data collection followed by processing and data analysis in a multimedia laboratory. There was association between breeding place and malaria cases (p value= 0.000). The results of multivariate analysis of variables revealed the determinant risk was breeding place, with OR = 5.034 and CI 95%= 2.65 _ 9.56. Respondents who live around the breeding place has 5.034 times chance of affected malaria compared with respondents around the house there are no breeding place after the controlled distance to the breeding place house, use of mosquito nets, use of anti-mosquito, and habits out of the house at night variables.

References

1. Mashoedi. Faktor perilaku yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di daerah endemis malaria. Jurnal Sains Medika. 2012; 3(2): 168-76. 2. Arsin AA. Malaria di Indonesia: tinjauan aspek epidemiologi. Jakarta: Masagera Press; 2012. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat. Profil kesehatan Kabupaten Lahat. Lahat: Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat; 2010. 4. Friaraiyatini SK, Yudhastuti R. Pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap kejadian malaria di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2006; 2 (2): 121-8 5. Rothman KJ. Modern epidemiology. 3rd ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins; 2008. 6. Kritsiriwuthinan K, Ngrenngarmlert W. Asymptomatic malaria infections among foreign migrant workers in Thailand. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine. 2011; 4 (7): 560-3. 7. Emily K, Grover-Kopec EA. Web-based climate information resources for malaria control in Africa. Malaria Journal. 2006; 5: 38. 8. Ikrayama B, Suwandi S. Studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura. Semarang [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2005. 9. Greenwood BM, Bojang K, Whitty CJM, Targett GAT. Malaria. Lancet. 2005; 365 (9469): 1487-98. 10. Hasan H. Analisis faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. 11. Kuswanto K. Analisis faktor-faktor risiko kejadian malaria di Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2005. 12. Kazwaini M, Santi M. Tempat perindukan vektor, spesies nyamuk Anopheles, dan pengaruh jarak tempat perindukan vektor nyamuk Anopheles terhadap kejadian Malaria pada balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2006; 2 (2): 173-82. 13. Hakre S. The epidemiology of malaria in Belize 1989-1999 [Disertation]. Bethesda: Uninformed Services University of Health Science; 2003. 14. Ernst KC, Linblode KA, Koech D, Sumba PO, Kuwuor DO, John CC, et al. Environmental, socio-demographic and behavioural determinants of malaria risk in the western Kenyan highlands: a case-control study. Tropical Medicine and International Health. 2009; 14 (10): 1258-65. 15. Al-Taiar A, Jaffar S, Assabri A, Al Habori M, Azazy A, Al-Gabri A, et al. Who develops severe malaria? impact of access to healthcare, socio-economic and environmental factors on children in Yemen: a case-control study. Tropical Medicine and International Health. 2008; 13 (6): 762-70. 16. Yahya Y, Astuti EP. Tingkat kematian Anopheles Vagus yang terpapar insektisida Permethrin 2% (W/W) di dalam serat benang kelambu. Aspirator. 2013; 5 (1 Jun). 17. Sarumpaet SM, Richard T. Faktor risiko kejadian malaria di kawasan ekosistem Leuser Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Info Kesehatan Masyarakat. 2007; 11 (1): 55–63. 18. Suwito. Studi kondisi lingkungan rumah dan perilaku masyarakat sebagai faktor risiko kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Bangka Selatan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2005. 19.Raharjo M. Studi karakteristik wilayah sebagai determinan penyebaran Malaria di Lereng Barat dan Timur Pegunungan Muria Jawa Tengah [Thesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada: 2003 20. Lia SF. Epidemiology of polyparasitism in Coastal Kenya: determinants, interactions and health effects of Plasmodium species and Schistosoma Haematobium infections [Phd dissertation]. Ann Arbor MI; University of Michigan; 2009. 21. Elyazar IR, Hay SI, Baird JK. Malaria distribution, prevalence, drug resistance, and control in Indonesia. Advances in Parasitology. 2011; 74: 41.

Share

COinS