Abstract

Upaya pengobatan sendiri merupakan perilaku individu dalam mengenali jenis penyakit yang diderita dan memilih sendiri jenis pengobatan. Kriteria yang menentukan pemilihan sumber pengobatan adalah persepsi sakit/pengetahuan akan penyakit, keyakinan akan sumber pengobatan, dan efisiensi waktu yang dipengaruhi oleh keterjangkauan biaya dan jarak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan upaya pengobatan sendiri pada balita di Aceh dalam era cakupan semesta jaminan kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2011 dengan pendekatan potong lintang sebanyak 43.866 responden atau 455.750 rumah tangga di 23 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Terdapat 5.147 responden balita yang mewakili populasi balita Aceh, sebanyak 2.052 balita (39,87%) dilaporkan menderita sakit selama sebulan sebelum survei, 62,52% ternyata dirawat dengan upaya pengobatan sendiri. Meskipun telah berlaku cakupan semesta jaminan kesehatan di Aceh, masih banyak balita yang diobati sendiri oleh keluarganya. Hasil analisis uji kai kuadrat dan regresi logistik menunjukkan bahwa faktor domisili, usia balita, dan diare memengaruhi upaya pengobatan sendiri pada balita. Self medication is the choice of medications by individuals to cure selfrecognized symptoms or indications. Self medication are determined by the perception/knowledge of the illness, beliefs, and efficiency as it is affected by affordability and distance to health care facility. This study aimed to describe the use of self-medication among toddler in Aceh during the era of universal health coverage, and to determine the factors that control its. This was a secondary data analysis of the results of KOR-MODUL Susenas 2011 with a cross-sectional approach as many as 43,866 respondents or 455,750 households in 23 districts/cities in Aceh province. There are 514 respondents representing toddler population of Aceh, and 2,052 toddler or 39.87% are sick during the last month prior to the survey and 62.52% were selfmedication. Nevertheless, some families still practice self-medication in the era of universal health coverage; in short, chi-square and logistic regression imply that living area, age of toddler, and diarrhea are determining the use of self-medication.

References

1. Jain S, MalviR, Purviya, Jeetendra K. Concept of self medication. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives. 2011; 2 (3): 831-6. 2. Young JC. Medical choice in a Mexican Village, New Brunswick. NJ: Ritgers University Press; 1981. 3. Young JC. A Model of illness treatment decisions in a Tarascan Town. American Ethnologist. 1980; 7: 106-131. 4. Jaina P, Sachanb A, Singla RK, Agrawa P. Statistical studyon self medication pattern in Haryana, India. Indo Global Journal of Pharmaceutical Sciences. 2012; 2 (1): 21-35. 5. Supardi S, Suyanty AL. Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di Indonesia (analisis data Susenas 2007). Buletin Penelitian Kesehatan. 2010; 38 (2): 80-9. 6. Ramadhan I, Thabrany H. The impact of universal health coverage associated with socio economical and medical factors on neonatal mortality in Aceh-Indonesia, 2012. The 4th International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies 2013. Lhokseumawe, North Aceh, Indonesia. 8-10 June 2013. Lhokseumawe: ICAIOS; 2013. 7. Mardiana, Santoso SS. Peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan malaria di Desa Buaran dan Desa Geneng, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Maret 2004; 14(1): 15-21. 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; 2 (2): 19. 9. Supardi S, Notosiswoyo M. Pengobatan sendiri sakit kepala, demam, batuk dan pilek pada masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian. Agustus 2005; 2(3): 134-44.

Share

COinS