Abstract

Flu burung (avian influenza) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku peternak berkaitan dengan flu burung. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner disertai pengamatan lapangan. Besar sampel sebanyak 7.200 yang tersebar di 18 kelurahan, dengan 1.536 responden peternak. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar jenis unggas yang dipelihara oleh masyarakat adalah ayam. Sebagian besar responden mengandangkan unggasnya. Sebesar 65,63% mencuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas. Unggas yang mati dimusnahkan dengan cara dibakar 41,08% dan dikubur 50,06%. Tidak menjual unggas peliharaan, baik yang mati maupun yang sakit 86,39%, dan tidak mengonsumsi unggas mati 86,06%, membersihkan kandang secara berkala 43,42%, namun yang melakukan desinfektan kandang hanya 16,66%. Sewaktu ada unggas peliharaannya mati yang mengenakan alat pelindung diri 26,82%, sedangkan yang melapor kepada yang berwenang ketika ada unggas mati hanya 5,17%, dan ketika unggas peliharaanya sakit 18,20%, mengobati unggas yang sakit 21,48%, dan memisahkannya dengan unggas sehat 38,54%. Kegiatan vaksinasi proporsinya relatif kecil. Perilaku sebagian besar peternak masih kurang menunjang upaya pencegahan flu burung. Avian Influenza is a comunibable desease among poultry that coused by influenza type A virus subtipe H5N1. This study aimed to emphasize the discussion of environmental sanitation of the cage and behavioral aspects of poultry keepers. Data were collected through interviews using questionnaire and field observations. Sample as many as 7,200 people across 18 villages, and was gathered 1,536 of poultry keepers. The results illustrated that most of birds that are kept by the people in the study area was chicken and most of the respondents keep poultry into the cage. Washed hands with soap after handling poultry was 65.63%. Burned poultry that found death by 41.08%, and 50.06% by buried it. Not selling and consumed dead or sick by 86.39%, and 86.06%. Periodically clean the cage by 43.42%, and 16.66% disinfectant the cage. Wearing protective instrument when handling dead birds were found 26.82%. Report to the Board of RT/RW when found dead poultry was 15.17%, and 18.20% when the birds was sick. Treat the sick poultry was 21.48%, and separate the sick birds was 38.54 %. Small percentage on vaccinate the poultry. As the conclusion, the behavior of the owner poultry keeper still lacking to support the efforts on the prevention of aviant influenza.

References

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman kebijakan dan pengendalian flu burung. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2008. 2. Pudjiatmoko. Penanganan flu burung. Infovet. Jakarta: Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI). 2004. 3. Darmansyah I. Pedoman penanggulangan flu burung: pedoman surveilans epidemiologi avian influenza integrasi di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Departemen Pertanian & WHO; 2008. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Waspada flu burung. Jakarta: Sekretariat Jenderal Pusat Komunikasi Publik; 2005. 5. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 6. Lemeshow S, Klar HJ Jr, Lwanga SK. Adequacy of sample size in health studies. Chicesster: John Wiley & Sons; 1990. 7. Azwar A. Pengantar pendidikan kesehatan. Jakarta: PT. Sastra Hudaya; 2007. 8. Soerachman R, Musadad A, Irianti S, Kasnodihardjo, Sudomo M, Suhardjo. Deskripsi lingkungan dan perilaku masyarakat yang berhubungan dengan penularan flu burung di Tangerang [laporan penelitian]. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2005. 9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman tata laksana klinis flu burung (H5N1) di rumah sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik; 2010. 10. Natsir M, Abdullah AZ, Thoha RM. Faktor risiko kejadian flu burung pada peternakan unggas rakyat komersial di Kabupaten Sidenreng, Rappang. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2010; 6(3): 124-8. 11. Achmadi UF. Pedoman penerapan pola pembinaan kesehatan lingkungan melalui posyandu. Jakarta: Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia; 1990. 12. Nerlich B, Brown B, Crawford P. Health, hygiene and biosecurity: tribal knowledge claims in the UK Poultry Industry. Health, Risk & Society. 2009; 6 (11): 561-77. 13. Desmayati Z, Wibawan IWT. Biosekuriti dan manajemen penanganan penyakit ayam lokal [laporan penelitian]. Bogor: Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian Peternakan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor; 2008. 14. Pratiwi LN, ed. Pemberdayaan masyarakat dan perilaku kesehatan (teori dan praktek). Surabaya: Airlangga Univ Press; 2013. 15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kajian pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) masyarakat dalam pencegahan penyakit flu burung di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara [laporan penelitian]. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat PPBB (Subdit Zoonosis) dan CDC Atlanta; 2008. 16. Stocker UMD. Safety guidelines for protection in Hird. International SOS; 2006. 17. Miftahudin AA, Kartinah. Hubungan pengetahuan tentang flu burung dengan sikap masyarakat yang memelihara unggas di wilayah Mojo Agung. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. 2008: 4(1).

Share

COinS