Abstract

Pada tahun 2010-2012, di Kabupaten Gunungkidul, terjadi kenaikan dua kali lipat kasus pernikahan di bawah umur. Kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Patuk, yaitu sebanyak 18 kasus. Kehamilan di usia muda berkorelasi dengan angka kematian ibu. Peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan penyuluhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pernikahan usia muda. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretest-posttest terhadap kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di SMPN 1 Patuk. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII. Jumlah sampel sebanyak 25 responden, baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Hasil pretest menunjukkan nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 70,40 dan kelompok kontrol adalah 71,20. Hasil posttest menunjukkan nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 90,88 dan kelompok kontrol adalah 78,40. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dengan posttest. Peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen sebesar 20,48, sedangkan kelompok kontrol sebesar 7,20. Hasil uji independen sampel uji t menghasilkan nilai p 0,000 (< 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pernikahan usia muda pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Patuk tahun 2013. In 2010-2012, the amount of underage marriage had doubled in Gunung Kidul. Moreover, the highest case was in Patuk which had 18 cases. However, there was correlation between early pregnancy and maternal mortality. Improving the knowledge of reproductive health can be done by counseling. The research was aimed to find out about the effect of counseling on the improvement of the knowledge of young age marriage. The research was categorized into quasi experimental research which has pre-posttest with control group design. The research was conducted at SMPN 1 Patuk. The subject of the research was VIII grade students. There were 25 respondents both the experiment group and control group as well. The instrument used was questioner. The result of pretest was the average score of experiment group was 70.40 while control group’s average score is 71.20. The result of the posttest was the average score of experiment group was 90.88 while the control group’s average score was 78.40. So, it could be concluded that there were a significant difference between pretest and posttest. The knowledge of experiment group increased by 20.48 whiles the control group’s knowledge increased by 7.20. The result of independent sample t-test was the score of p-value is 0.000 (< 0.05). This research concludes that there is effect of counseling on the improvement of the knowledge about young age marriage of VIII grade students of SMPN 1 Patuk in 2013.

References

1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Grand design pengendalian kuantitas penduduk 2010-2035. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 2011. 2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Bahaya, program KB “jalan di tempat”. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiona l; 2013 [diakses tanggal 1 Februari 2013]. Diunduh dari http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=703. 3. Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Statistik kesejahteraan rakyat 2011. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 2012. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RepubIik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Kajian pernikahan dini pada beberapa provinsi di Indonesia. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 2012. 6. Fadlyana E, Larasaty S. Pernikahan usia dini dan permasalahannya. Jurnal Sari Pediatri. 2009; 11(2): 136-40. 7. Badan Pusat Statistik, ORC Macro. Indonesian young adult reproductive health survey 2002-2003. Calverton, Mayrland, USA: Badan Pusat Statistik and ORC Macro; 2004. 8. Badan Pusat Statistik. Angka fertilitas total menurut provinsi 1971 – 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2010 [diakses tanggal 31 Desember 2013]. Diunduh dari dari : http://www.bps.go.id/eng/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=7 9. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional DIY. 45 orang penyuluh keluarga berencana dan kader mengikuti pelatihan pembuatan peta keluarga di balai pelatihan dan pengembangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional DIY. Yogyakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional DIY; 2013 [diakses tanggal 31 Desember 2013]. Diunduh dari: http:/ /yogya. bkkbn.go. id/ View Berita. aspx? BeritaID=1650. 10. Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daftar laporan nikah, talak, cerai dan rujuk tahun 2010-2012. Yogyakarta: Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 2012. 11. Kantor Urusan Agama Kecamatan Patuk. Daftar pernikahan, rujuk, talak dan cerai menurut umurnya tahun 2011-2012. Gunungkidul: Kantor Urusan Agama Kecamatan Patuk; 2012. 12. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 13. Emilia O. Promosi kesehatan dalam lingkup kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia; 2008. 14. Rahmadiliyani N, Hasanbasri M, Mediastuti F. Kepuasan siswa SLTA terhadap penyuluhan kesehatan. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. 2010; 26 (4): 203-10. 15. Ricketts SA, Guernsen BP. School-based health centers and the decline in black teen fertility during the 1990s in Denver, Colorado. American Journal of Public Health. 2006; 96: 1588–92. 16. Amarasuriya H, Goonesekere S. Emerging concerns and case studies on child marriage in Sri Lanka. Sri Lanka: United Nations Children’s Fund; 2013. 17. Berhane F, Berhane Y, and Fantalun M. Adolescents, health service utilization pattern and preferences: Consultation for reproductive health problems and mental stress are less likely. The Ethiopian Journal of Health Development. 2005; 19(1): 29-36. 18. World Health Organization. Adolescent-friendly health services in the South-East Asia Region. Report of a Regional Consultation 9-14 February 2004, Bali, Indonesia. New Delhi: World Health Organization Regional Office for South-East Asia; 2004. 19. L’Engle KL, Brown JD, and Kenneavy K. The mass media are an important context for adolescents’ sexual behavior. Journal of Adolescent Health. 2006; 36(3): 186-92. 20. Mubarak WI, Chayatin M, Rozikin A, Supradi. Promosi kesehatan sebuah pengantar belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007. 21. World Health Organization. The sexual and reproductive health of younger adolescents. 2011 [diakses tanggal 3 Februari 2013]. Diunduh dari: http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501552_eng.pdf 22. Narendra MB, Sularyi TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IGN. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002. 23. Darmiastuty M. Efektivitas metode ceramah tanya jawab dan simulasi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan dini penyalahgunaan narkoba pada remaja di SLTP 1 Borobudur Kabupaten Magelang [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003. 24. Mahfoedz I, Suryani E. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya; 2007. 25. Naga SD, Wismaningsing N, Marat S, Zahra RP, Waruwu FE, Satiadarma MP. Belajar dan lupa: tantangan bagi pembelajaran. Jurnal Provitae. 2005; 1(2): 1-6.

Share

COinS