Abstract

Upaya menurunkan prevalensi kurang gizi pemerintah membuat program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Cakupan Kadarzi Kota Depok tahun 2011 rendah (12,7%) dan prevalensi gizi kurang, pendek, kurus berturut-turut 7,89%, 7%, 4,75%. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan terhadap status gizi balita 6 - 59 bulan berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Penelitian menggunakan data sekunder hasil survei Kadarzi 2011. Survei dilakukan di sebelas kecamatan Kota Depok menggunakan desain cross sectional. Sampel sebanyak 1.176 keluarga yang memiliki balita termuda umur 6 _ 59 bulan. Variabel yang diteliti adalah status gizi balita, perilaku Kadarzi, status Kadarzi, karakteristik balita, dan karakteristik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita gagal tumbuh 31%. Terdapat dua variabel yang memberikan pengaruh status gizi balita secara bersama-sama yaitu penimbangan balita (nilai p = 0,003) dan pendidikan ibu (nilai p = 0,034). Uji regresi logistik ganda menunjukkan penimbangan balita sebagai faktor dominan terhadap status gizi balita. Balita yang ditimbang tidak teratur berisiko 1,5 kali mengalami gagal tumbuh dibandingkan yang ditimbang teratur. Indeks CIAF berguna untuk mengetahui prevalensi gizi kurang secara keseluruhan dan penanggulangannya. Diperlukan penyuluhan dan promosi yang lebih aktif kepada masyarakat mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan balita melalui posyandu dan melakukan pembinaan kader posyandu dalam pemantauan status pertumbuhan anak sebagai deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan. Effort to reduce malnutrition governments make Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

Kadarzi in Depok 2011 still low (12,7%) and the prevalence of underweight, stunting, wasting are respectively 7,89%, 7%, 4,75%. This study aimed to determine the dominant factor for nutritional status of children based on Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Research using secondary data survey Kadarzi 2011. The survey was conducted using a cross sectional study in 11 districts. Samples of 1,176 families who have children youngest aged 6 - 59 months. The variables studied were the nutritional status, Kadarzi behaviors, Kadarzi status, children characteristics, and family characteristics. Results showed prevalence of growth faltering (31%). There are two variables that influence nutritional status, child’s weighing (p value = 0,003) and mother’s education (p value = 0,034). Multiple logistic regression analysis show child’s weighing as a dominant factor to the nutritional status of children. Children who are weighed not regularly are more risky 1,5 to get growth faltering then children who are weighed regularly. CIAF is useful to determine prevalence of undernutrition clearly and its solution. Counseling and promotion about child’s growth monitoring are required as early detection of growth faltering.

References

1. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield LE, Onis M, Ezzati M, et al. Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health consequences. The Lancet Series. 2008; 371(9608): 243-60.

2. Aries M, Martianto D. Estimasi kerugian ekonomi akibat status gizi buruk dan biaya penanggulangannya pada balita di berbagai provinsi di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 2006; 1(2): 26-33.

3. World Health Organization. World health statistics. Geneva: WHO Press; 2010.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan riset kesehatan dasar nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

5. Kusumawijaya TB. Hubungan perilaku Kadarzi dengan status gizi balita di Kota Depok tahun 2009 [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2010.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan riset kesehatan dasar Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

7. Hariyadi D, Ekayanti I. Analisis pengaruh perilaku keluarga sadar gizi terhadap stunting di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. 2010; 34(1): 71-80.

8. Zahraini Y. Hubungan status Kadarzi dan status gizi balita (12-59) bulan di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Analisis data sekunder Riskesdas tahun 2007) [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2009.

9. Misbakhudin. Hubungan pengetahuan dan sikap suami dengan perilaku keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2007.

10. Syafly H. Hubungan perilaku keluarga sadar gizi (Kadarzi) dengan status gizi balita di Kota Jambi [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2011.

11. Bose K, Mandal GC. Proposed new anthropometric indices of childhood undernutrition. Malaysian Journal of Nutrition. 2010; 16(1): 131-6.

12. Shailen N, Irving M, Gordon D, Subramanian SV, Smith GD. Policy and practice: poverty, child undernutrition and morbidity: new evidence from India. Bulletin of the World Health Organization. 2005; 83: 210-6.

13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007 tentang pedoman operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

14. Masithah T, Soekirman, Martianto D. Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak batita di Desa Mulya Harja. Media Gizi dan Keluarga. 2005; 29(2): 29-39.

15. Semba RD, De Pee S, Hess SY, Sun K, Sari M, Bloem MW. Child malnutrition and mortality among families not utilizing adequately iodized salt in Indonesia. American Journal of Clinical Nutrition [serial on internet]. 2006; 87(2): 438-44 [cited 2013 May 13]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18258636.

16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Apa dan mengapa tentang vitamin A. Panduan praktis untuk praktisi kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat 2010-2014. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2010.

18. Nandy S, Miranda JJ. Overlooking undernutrition? using composite index of anthropometric failure to assess how underweight misses and misleads the assessment of undernutrition in young children. Social Science and Medicine. 2008; 66: 1963-6.

19. Dang SN, Yan H. Optimistics factors affeacting nutritional status among children during early childhood in rural areas of Western China. Zhonghua Yu Fang Yi Xue Za Zhi [serial on internet]. 2007; 41: 108- 14 [cited 2013 May 3]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/17767873.

20. Harrtgen K dan Misselhorn M. A multilevel approach to explain child mortality and undernutrition in South Asia and Sub-Saharan Africa; 2006 [cited 2013 April 26]. Available from: www.opus.zbw-kiel.de/- volltexte/2006/4743/pdf/Misselhorn.pdf.

21. Besral. Efek Program Keluarga Harapan terhadap status gizi anak usia di bawah tiga tahun pada rumah tangga miskin di Jawa Barat [disertasi]. Depok: Universitas Indonesia; 2011.

22. Hidayat TS, Jahari AB. Perilaku pemanfaatan posyandu hubungannya dengan status gizi dan morbiditas balita. Buletin Penelitian Kesehatan. 2012; 40(1): 1-10.

23. United Nations Children’s Fund. The state of the world’s children. New York: Oxford University Press; 1998.

24. Dinas Kesehatan Kota Depok. Profil kesehatan Kota Depok tahun 2011. Depok: Dinas Kesehatan Kota Depok; 2011.

25. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman umum pengelolaan Posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

Included in

Nutrition Commons

Share

COinS