•  
  •  
 

Abstract

Secara nasional , hanya 39% rumah tangga yang menggunakan jamban yang sehat, di daerah perkotaan (60%) lebih tinggi daripada di perdesaan (23%). Penggunaan jamban merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di daerah perdesaan seperti Desa Sukamurni di Kabupaten Bekasi. Hanya 19,8% rumah tangga yang mempunyai jamban sendiri di Desa Sukamurni. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui determinan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban di Desa Sukamurni. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel adalah ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita sebanyak 196 responden yang dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2008. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 46,4% keluarga yang menggunakan jamban, sedangkan yang tidak menggunakan jamban (53,6 %) umumnya menggunakan sungai (55,2%) dan empang (38,1%) sebagai sarana buang air besar. Semua variabel yang diteliti berhubungan bermakna, meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap, kepemilikan jamban, sarana air bersih, pembinaan petugas puskesmas dan dukungan aparat desa, kader Posyandu & LSM terhadap penggunaan jamban. Pendidikan dan pengetahuan merupakan variabel konfounder, dan kepemilikan jamban merupakan faktor dominan sebagai determinan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban dengan nilai OR = 27,03 (5,224 – 139,912).

National figure showed that only 39% household are using healthy latrine, in which 60% was in the city, much higher than 23% in rural area. Low latrine utilization is one of important health problem in rural area such as in Sukamurni Village, Bekasi District. There is only 19.8% of household have own latrine in Sukamurni Village. The purpose of the study is to explore the family behavior determinant on latrine utilization at Sukamurni Village, using cross sectional design. The sample is women who have child or children under five. Sample is then comprises of 196 respondents. Data are collected from April to May 2008, using direct interview with a structured questionnaire. Result showed that only 46.4% households are occupying latrine, and the rest are using river (55.2%) and pond (38.1%) to defecate. As bivariate analysis of Chi Square test showed that all variables are statistically have significant relationship with family’s behavior on latrine utilization. Those variables are: education, knowledge, attitude, latrine ownership, availability on clean water, IEC from health provider, and support from village leader, posyandu cadres, and related NGO. Advance analysis with Logistic Multiple Regression found that variables of education and knowledge are confounder. Meanwhile, latrine ownership is the dominant factor of family behavior determinant on latrine utilization, with OR= 27.036.

References

  1. Wikipedia. Tujuan pembangunan millenium. Wikipedia Indonesia; 2008 [edisi 2008, diakses tanggal 6 Maret 2008]. Diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/.
  2. Badan Pusat Statistik. Survei kesehatan demografi Indonesia (SDKI) 1997. Jakarta: BPS; 1998.
  3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia 2004. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI; 2006.
  4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rencana strategis Departemen Kesehatan 2005-2009. Jakarta: Depkes RI; 2006.
  5. Dinas Kesehatan Republik Indonesia. Master plan pembangunan kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2004-2007. Edisi Revisi. Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi; 2004.
  6. Ariawan I. Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 1998.
  7. Kasnodihardjo. Gambaran perilaku penduduk mengenai kesehatan lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat. Cermin Dunia Kedokteran. 1997; 119.
  8. Suherman F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakmauan menggunakan jamban keluarga pada lingkungan perumahan penduduk di Kecamatan Walantaka Kabupaten Serang [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2001.
  9. Widaryoto. Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan jamban pada kepala keluarga yang memiliki jamban di Kecamatan Kepahiang Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

Share

COinS