Abstract

Kebiasaan merokok merupakan kausa kematian tinggi yang menjadi masalah kesehatan dunia. Data tahun 2004, jumlah perokok memperlihatkan tren meningkat dari 32% menjadi 35%. Jakarta menempati posisi tertinggi jumlah perokok. Penyakit ISPA non specific menempati level tertinggi dan terbanyak pada tahun 2006 dan diduga merupakan dampak kebiasaan merokok. Salah satu upaya pemerintah menurunkan kebiasaan merokok adalah peringatan tertulis pada label sigaret. Studi yang dilakukan pusat studi kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta dan Cirebon pada tahun 2007 mengindikasikan bahwa 76,3% peringatan kesehatan terpilih dalam bentuk gambar dan tulisan merupakan peringatan kesehatan yang efektif. Perbedaan persepsi masyarakat pada gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan umur, sex, ekonomi, sosial dan status merokok. Studi ini merupakan analisis data peringatan bahaya merokok dengan menggunakan desain cross sectional di kota jakarta dan Cirebon tahun 2007. Penelitian terhadap 138 responden yang tinggal di Jakarta dan Cirebon melakukan analisis dengan uji statistik Mann Whitney and Kruskal Wallis. Hasil studi memperlihatkan bahwa ada persepsi berbeda pada gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan jenis kelamin, sosial ekonomi, dan status merokok. Untuk jenis kelamin gambar paling efektif (p = 0,000), paling mendukung (p = 0,002) paling bermasalah (p = 0,000), gambar paling efektif p = 0,001. Berdasarkan status sosial ekonomi yang paling mendukung p = 0,022 dan yang paling efektif p = 0,000. Berdasarkan status merokok, yang paling atraktif p = 0,000, paling jelas p=0,00ktif p=0,000. Sehubungan dengan hasil studi tersebut disarankan untuk promosi kesehatan tentang gambar peringatan bahaya merokok untuk melihat berbagai perbedaan tersebut.

Smoking habit is a leading cause of mortality and becomes a world health problem. Susenas data 2004 showed that number of smoker increased from 32% to 35%. Jakarta is on the highest level and has largest number of smoker according to a smoking survey in 2000. Non specific ARI is accordingly on the highest level in 2006 and caused by smoking. One government effort to decrease smoking habit is by provide warning sign on dangers of smoking. Study conducted by Center for Health Research, University of Indonesia in Jakarta and Cirebon cities in 2007 indicated that 76.3% respondents prefer warning sign in the form of combination of picture and words as an effective health warning. This study analyze perception on warning sign of dengers of smoking using a cross-sectional design among 138 respondents in Jakarta and Cirebon cities. Analysis was conducted using univariate and bivariate analyses with Mann Whitney and Kruskal Wallis test. Study result indicated that there is perception difference on warning sign according to age for most effective picture (p = 0.030), sex for most effective picture ( p = 0.000), most supportive picture (p = 0.00), most terrifying picture (p = 0.000), most effective picture (p = 0.001). Based on social-economic status for most supportive picture (p = 0.022) and most effective picture (p = 0.000). Based on smoker status for most attractive picture (p = 0.000), clearest picture (p=0.000), most supportive picture (p = 0.000), most terrifying picture (p=0.000) and most effective picture (p=0.000). According to study result, it was suggested for health promotion program related to dangers of smoking warning sign to consider differences based on age, sex, social economic status and smoker’s status as to effectively convey the message.

References

  1. Achadi, Anhari. Rokok dan masalahnya. 2004; No.19.
  2. Mahood, Garfield (WHO). Canada’s tobacco package label or warning system : “telling the truth” about tobacco product risks. Non Smokers’ Rights Association and the Smoking and Health Action Foundation Toronto. Ottawa: Montreal; 2005.
  3. Nascimento BE, Oliveira L, Vieira AS, Joffily M, Gleiser S, Pereira MG, et al. Avoidance of smoking: the impact or warning labels in Brazil. Tob Control. 2008; 17(6): 405-9.
  4. Aditama, Tjandra Yoga. Rokok dan masalahnya. LM3. Edisi Khusus Ulang Tahun. 2006; No. 23.
  5. Notoatmodjo, Soekidjo. Teori dan aplikasi promosi kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
  6. Mahyudin, Amrin dkk. Rokok dan masalahnya, DKI Jakarta bebas rokok. LM3. 2005; No. 21.
  7. Sutherland, Max dan Alice K. Sylverter. Advertising and the mind of the consumer. Bagaimana mendapatkan untung berlipat lewat iklan yang tepat. Terjemahan Setia Bangun. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2005.
  8. Markel, Howard. Tracing the cigarette’s path from sexy to deadly. [edisi Maret 2007, diakses 18 Juli 2007]. http://www.nytimes.com/2007/03 /20/health/20essay.html?ex=1332129600&en= 737ec5e492664c09&ei=5124&partner=permalink&exprod=permalink.
  9. American Journal Public Health. Influence of counter advertising media campaign to intitiation of smoking; the florida truth compaign. [edisi Febuari 2001, diakses 18 Juli 2007].
  10. Hastono, Sutanto Priyo. Basic data analysis for health research. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2006.
  11. Rakhmat Jalaluddin. Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2005.
  12. Mahmud, Dimyati. Psikologi suatu pengantar. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE; 1999.
  13. Maslow, Abraham. Motivasi dan kepribadian 1: teori motivasi dengan pendekatan hierarki kebutuhan manusia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo; 1994.

Share

COinS