Abstract

Di Kabupaten Rejang Lebong, sejak tahun 1995 telah dilaksanakan kegiatan pemberantasan TB Paru dengan strategi DOTS, tetapi penderita baru tetap di temukan dan memperlihatkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB paru BTA (+) di Kabupaten Rejang Lebong. Desain penelitian yang digunakan adalah disain kasus kontrol. Kelompok kasus adalah penderita TB Paru BTA (+) berumur >15 tahun yang berobat pada Oktober 2005 sampai Mei 2006. Kontrol adalah tetangga kasus yang tidak mempunyai tanda-tanda gejala klinis TB paru dengan golongan umur >15 tahun. Jumlah sampel sebanyak 50 kasus dan 50 kontrol dengan teknik stratified Random Sampling. Analisis data menggunakan metode regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor risiko kejadian TB Paru jika tidak pernah di imunisasi BCG (OR=2,855, P=0,048), ada sumber kontak (OR=2,263, P=0,046), luas ventilasi rumah kurang dari 10% luas lantai (OR=4,907, P=0,004), tidak ada cahaya matahari masuk ke rumah (OR=5,008, P=0,006), interaksi antara perilaku merokok dengan penghuni rumah padat serta keeratan kontak (OR=14,576, P=0,017). Faktor yang paling dominan adalah interaksi perilaku merokok dan penghuni rumah yang padat. Probabilitas seseorang mengalami TB paru dengan faktor risiko adalah 98%.

Since 1995, eradication program of Pulmonary Tuberculosis with strategy of DOTS have been executed in Rejang Lebong District, but new patient remain to occur and showing tendency of increasing from year to year. The objective of this study is to know risk factor related to occurence of Pulmonary Tuberculosis BTA (+) in Rejang Lebong District. This research use case control study with comparison 1:1. Case is patient of Pulmonary Tuberculosis BTA (+) residing in working areas of Puskesmas Curup, Perumnas and Puskesmas Kampung Delima age >15 year, who seek medical treatment within October 2005 to May 2006, with exclusion criteria of not being relapsing TB patient. Control is neighbor of case who don’t have symptom of clinical Pulmonary Tuberculosis of the same age with cases. Research was conducted in May-July 2006 with 50 cases and 50 controls. Data analysis used in this study is multivariate logistic regression. The study has found that risk factor related to occurrence of Pulmonary Tuberculosis is not BCG immunized (OR=2.855, p=0.048), source of infection (OR=2.263, p=0.046), ventilation less than 10% of wide floor (OR=4.907, p=0.004), no sunlight into the house (OR=5.008, p=0.006), interaction between smoking behavior with house density, and closeness of contact (OR=14.576, P=0.017). The most dominant factor is interaction between smoking behavior with house density.

References

  1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2002.
  2. Santi S. Tuberculosis. 2000. Diakses 3 April 2006. http://www.infeksi.com
  3. Kodim, N. Survei Angka Kesakitan TBC Paru-paru di DKI Jakarta tahun 2001. Majalah Kesehatan Masyarakat. Vol. II No. 6 – Januari 2003.
  4. Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu. Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu 2004-2005. Bengkulu; 2005
  5. Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Profil Kesehatan Rejang Lebong 2004-2005; Rejang Lebong; 2005.
  6. WHO. Tuberculosis. Genewa. WHO; 2003
  7. Hidayati, T. Tuberculosis. FKUI. Jakarta. 2000
  8. Hosmer, D.W., Lemeshow, S. Applied Logistics Regression. Jon Wiley & Sons, Wiley Interscience Publication, New York. 1989.
  9. Utama, A. Informasi Singkat tentang Tuberkulosis. Diakses 14 Maret 2006. http://.Kompas.com/kompas-cetak/humaniora.
  10. Departemen Kesehatan RI. Tuberkulosis. 1999. Diakses 02 Oktober 2005. http://www.depkes.go.id
  11. 11. Sularso, K. Studi kasus kontrol faktor risiko dari TB Paru di Kotamadya Surakarta. (Thesis). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 1991.
  12. Soesanto, S.S; Agustina Lubis, Kusnindar Atmosukarto. Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penularan Penyakit ISPA dan TB Paru. Media Litbang Kesehatan. Volume X Nomor 2 tahun 2000; 27-31.
  13. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
  14. Aditama, T.Y. Rokok dan Tuberculosis. 2005 Diakses 14 Maret 2006. http://www.kompas.com/kompas-cetak/humaniora.
  15. Apriani, W. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. (Thesis). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2001.
  16. Gunadi, S., Difference in Severity of Tuberculosis in Children With or withot a BCG Scar, Paediatrica Indonesiana, No. 25: 87-92. 1985 .
  17. Putrali, J, Penelitian Efektifitas Vaksinasi BCG pada Anak di 8 Rumah Sakit di Jakarta. Medika. No. 10: 79-82. 1982.
  18. Rosmayudi, O. Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis pada Bayi dan Anak. FKU Pajajaran Bandung. 1999.
  19. Suroso, S. Waspadai Pengakit TB Paru. FKU Padjajaran Bandung. 2000.

Included in

Epidemiology Commons

Share

COinS