Abstract

Infeki saluran pernapasan akut (ISPA) menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit di Puskesmas Bangetayu dengan persentase terbanyak di Kelurahan Penggaron Lor. Keterampilan untuk mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit serta faktor determinan yang memengaruhi manusia sangat diperlukan untuk menetapkan intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ISPA di lokasi praktik komunitas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan jumlah responden 100 orang dan sampel dikumpulkan dengan menggunakan stratified random sampling. Sepuluh variabel yang diteliti adalah faktor risiko sanitasi lingkungan, sedangkan enam faktor risiko terkait dengan perilaku dan pelayanan kesehatan. Data dianalisis secara bivariat dengan uji kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah ventilasi, lubang asap dapur, ruang tidur, dan kepadatan hunian. Faktor yang paling dominan adalah kebiasaan anggota keluarga yang merokok di Kelurahan Penggaron Lor. Lokasi ini dapat digunakan sebagai lahan praktik komunitas bagi mahasiswa kedokteran yang sedang kepaniteraan di program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat karena memiliki permasalahan kesehatan yang kompleks. Acute respiratory infection (ARI) ranks first of 10 major diseases in Primary Health Care Bangetayu with the highest percentage in Penggaron Lor Subdistrict. Skill to learn distribution and frequency of diseases as well as determinant factors that affect human health is needed in determine the most effective intervention to increase public health level. This study aimed to determine dominant factors related to ARI incidence in location of practice for community of medical students of Islam Sultan Agung University, Semarang. This study used cross-sectional design with 100 respondents and the samples were collected by stratified random sampling. Ten variables examined were environmental sanitation risk factors, while six related to behavior and health care. Data analysis used a chi-square test (bivariate) and multiple regression logistic (multivariate). Environmental sanitation factors were significantly related to ARI including the presence of ventilation, smoke hole kitchen, bedroom, residential density and the most dominant factor was the habit of smoker family members in Penggaron Lor Subdistrict. This location can be used as a practice area for the community of medical students who take Public Health Studies due to complex health problems.

References

1. Hadisaputro S, Nizar M, Suwandono. Epidemiologi manajerial teori dan aplikasi. Semarang: Universitas Diponegoro; 2011.

2. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2012.

3. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pemberantasan dan penatalaksanaan ISPA. Direktoral Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2006.

5. Sulistyowati R. Hubungan antara rumah tangga sehat dengan kejadian pneumonia pada balita di Kabupaten Trenggalek [tesis]. Surakarta: Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret; 2010

6. Harianja E. Analisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran pernafasan atas akut pada anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan [skripsi]. Medan: Universitas Sumatra Utara; 2010.

7. Trihono. Manajemen primary health care berbasis paradigma sehat. Jakarta: Sagung Seto; 2005.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman teknis penilaian rumah sehat. Jakarta: Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tanggal. Jakarta: Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

10. Dahlan MS. Pintu Gerbang mamahami statistik, metodologi dan epidemiologi. Jakarta: Sagung Seto; 2014.

11. Wayangkau EC, Wambrauw A, Simanjuntak TPT, The correlation of phsical of a house to the acute respiratory tract infection (ARTI) cases on toddler at Nendali Village, East Sentani District. International Journal of Study in Medical and Health Sciences. 2015; 5(4):1-7

12. Nur Achmad Yusuf & Lilis Sulistyorini. Hubungan sanitasi rumah secara fisik dengan kejadian ISPA pada balita. Jurnal kesehatan Lingkungan. 2005; 1(2): 110-9.

13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah nomor 1077/Menkes/Per/V/2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.

14. Irianto K. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Alfabeta: Bandung; 2014

15. Sunarsih E, Imelda G, Purba. Risk factor analysis of acute respiratory infection on children under five years old in Tanjung Pering Village Ogan Ilir. International Journal of Sciences (IJSBAR). 2015; 22(1).

16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Persyaratan Kesehatan Perumahan nomor 829/Menkes/SK/VII/1999. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1999.

17. Fahdiyani R, Raksanagara AS, Sukandar H. Influence of household environment and maternal behaviors to upper respiratory infection among toddlers. Kesmas: National Public Health Journal. 2016; 10 (3): 120-6.

18. Salma M, Ismanto KY, Kallo KD. Hubungan kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ispa pada anak umur 1-5 tahun di Primary Health Care Sario Kota Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp). 2015; 3(2) : 1-7.

19. Ernawat, Farich. Hubungan faktor lingkungan rumah dengan faktor anak dengan kejadian ISPA pada anak balita di Desa Way Huwi primary health care Karanganyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 [Laporan Penelitian]. Available from: http.//ejournal.libang.depkes.go.id/index.php/MPK/download/2636/606.2012.

20. Mujiono, Anggraini. Studi tentang sanitasi rumah penderita ISPA di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 2011; 2(2).

21. Fatimah S. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap status gizi pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya [skripsi]. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran; 2008.

22. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2008 (online). 2009 [cited 2014 Oct 10]. Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/materi_rakernas/panel5204/Balitb angkes.pdf

23. Luby SP, Agboatwalla M, Feikin DR, Painter J, Billhimer W, Altaf A, et al. Effect of handwashing on child health: a randomised controlled trial. Lancet Infectious Diseases. 2005; 366: 225-33.

Share

COinS