Abstract
Tanah di wilayah Kecamatan Gedangsari mengandung batuan kapur. Masyarakat di daerah ini banyak yang mengkonsumsi air minum dari sumur gali yang mengandung kadar kalsium tinggi, dan banyak yang menderita urolithiasis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusi kalsium atau Ca(OH)2 pada air sumur dan menjelaskan hubungannya dengan kejadian urolithiasis. Penelitian dilakukan di Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul selama Juli sampai November 2013. Penelitian dilakukan secara potong lintang dengan konfirmasi uji titrasi di laboratorium. Sejumlah 94 sampel sumur dipilih secara acak dari populasi 3.849 sumur. Kriteria pemilihan sampel adalah sumur gali yang telah digunakan untuk minum oleh penduduk berusia lebih dari 30 tahun, dengan kedalaman kurang dari 15 meter. Pemeriksaan laboratorium kadar kalsium dilakukan dengan titrasi. Dugaan urolithiasis didiagnosis melalui pemeriksaan klinis oleh dokter. Data dianalisis dengan uji kai kuadrat. Hasil analisis menunjukkan hubungan antara kesadahan air dengan urolithiasis (RP= 2.27) namun tidak bermakna secara statistik. Konsumsi air putih, usia, dan lama tinggal tidak berhubungan dengan kejadian urolithiasis di Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. The land in Gedangsari Subdistrict area composes of limestone. Many local people consume drinking water from wells that contain high levels of calcium. Many people suffer from urolithiasis. This study aimed to describe calcium or Ca(OH)2 distribution in the well water and explain its relation with urolithiasis incidence. This study was conducted in Gedangsari Subdistrict, Gunung Kidul District from July to November 2013. The study was cross sectional confirmed with titration test in laboratory. Samples were 94 wells of 3,849 well population as selected randomly. Criteria of sample selection included wells used for drinking by the population aged older than 30 years already, with less than 15 meter of depth. Laboratory test of Ca (OH)2 level was conducted by titration. Suspect urolithiasis was clinically diagnosed by doctor and data analysis used chi-square test. Results showed relation between water hardness and urolithiasis (RP = 2.27), although statistically not significant. In conclusion, there was no relation between mineral water consumption, age, and length of stay with urolithiasis incidence in Gedangsari Subdistrict, Gunungkidul District.
References
1. Sengupta P. Potential health impact of hard water. International Journal of Preventive Medicine [serial on internet online]. 2013 [cited 2015 Feb 6]; 4 (8): 866-75. Available at from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/PMC3775162/#!po=6.25000.
2. Siener R, Hesse A. Fluid intake and epidemiology of urolithiasis. European Journal of Clinical Nutrition. 2003; 57 Suppl 2: S47 - 51.
3. Fink HA, Akorner JW, Garimella PS. Diet, fluid, or supplements for secondary prevention of nephrolithiasis: a systematic review and metaanalysis of randomized trials. European Urology. 2009; 56 (1): 72-80.
4. Said NI. Teknologi pengelolaan air minum: teori dan pengalaman praktis. Jakarta: BPPT; 2008.
5. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit EGC; 2012.
6. Nurullita U, Astuti R, Arifin M. Pengaruh lama kontak karbon aktif sebagai media filter terhadap persentase penurunan kesadahan CaCO3 air sumur artetis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2010; 6 (1): 48-56.
7. Badan Standardisasi Nasional. Air dan Air Limbah – Bagian 12: cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimeter. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional; 2004.
8. Giannossi ML, Summa V. An observation on the composition and recurrence of urinary calculi: environmental influence. In: Censi P, Digrah TH, Erel Y, editors. Medical Geochemistry Geological Materials and Health. Az Dordrecht: Springer Netherland; 2013. p. 67 - 90.
9. Effendi H. Telaah kualitas air: bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius; 2003.
10. Astuti Y, Suprihanto. Pelunakan soda kapur dengan rekarbonasi untuk menurunkan kesadahan dan nilai LSI air bribin Gunungkidul. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung; 2009.
11. Murtianto H. Bentuk lahan sebagai dasar penyusunan hidromorfologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia; 2011.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2002.
13. Izhar M, Haripurnomo K, Darmoatmodjo S. Hubungan antara kesadahan air minum, kadar kalsium dan sedimen kalsium oksalat urin pada anak usia sekolah dasar. Berita Kedokteran Masyarakat. 2007; 23 (4): 200 - 9.
14. Mifbakhuddin, Wardani RS, Rozaq A. Pengaruh ketebalan diameter zeolit digunakan sebagai media filter terhadap penurunan kesadahan air sumur artetis di Kelurahan Sendangguwo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2009; 4 (2): 2000- 9.
15. Ristiana N, Astuti D, Kurniawan T. Keefektifan ketebalan kombinasi zeolit dengan arang aktif dalam menurunkan kadar kesadahan air sumur di Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan. 2009; 2 (1): 91 - 102.
16. Krisna D. Faktor risiko kejadian suspect penyakit batu ginjal dan saluran kemih di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2011.
17. Sulistiyani, Budiyono, Budi A. Analisis faktor risiko kejadian batu ginjal dan saluran kemih di Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta. Jurnal Profesi Medika. 2007; 7 (1): 1 - 11.
18. Amran Y, Febrianti, Irawanti L. Pengaruh tambahan asupan kalium dari diet terhadap penurunan hipertensi sistolik tingkat sedang pada lanjut usia . Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2010; 5 (3): 125- 30.
19. Anwar F. Pria lebih mudah kena batu ginjal ketimbang wanita, ini alasannya. Detik Health [online]. 2014 [cited 2015 March 25]. Available from: http://health.detik.com/read/2014/12/11/ 191552/2775043/763/pria-lebih-mudah-kena-batu-ginjal-ketimbangwanita-ini-alasannya?l991101755.
20. Rully S. Batu staghorn pada wanita: faktor risiko dan tata laksananya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia. 2010; 1 (1): 52 - 8.
21. Wahap S, Setiani O, Joko T. Hubungan kandungan mineral calcium, magnesium, mangan dalam sumber air dengan kejadian batu saluran kemih pada penduduk yang tinggal di Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2012; 11 (2): 166-71.
22. Bahdarsyam. Spektrum bakteriologik pada berbagai jenis batu saluran kemih bagian atas. Medan: Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2003.
23. Arampatzis S, Lindner G, Irmak F, Funk G, Zimmermann H, Exadaktylos A. Geriatric urolithiasis in the emergency department: risk factors for hospitalisation and emergency management patterns of acute urolithiasis. BMC Nephrology [serial on internet]. 2012 [cited 2015 jun 6]; 13 (117): 1-6. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471- 2369/13/117
Recommended Citation
Sulistyawati S , Astuti FD , Trisasri R ,
et al.
Well Water Consumed and Urolithiasis in Gedangsari Subdistrict, Yogyakarta.
Kesmas.
2016;
11(1):
26-31
DOI: 10.21109/kesmas.v11i1.1165
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/kesmas/vol11/iss1/5
Included in
Biostatistics Commons, Environmental Public Health Commons, Epidemiology Commons, Health Policy Commons, Health Services Research Commons, Nutrition Commons, Occupational Health and Industrial Hygiene Commons, Public Health Education and Promotion Commons, Women's Health Commons