•  
  •  
 

JURNAL KOMUNIKASI INDONESIA

Abstract

Tulisan ini membahas representasi maskulinitas dalam film-film sayap kiri Indonesia, yang dibuat sebelum dan sesudah reformasi 1998. Film sayap kiri adalah film yang menceritakan tentang politik pada tahun 1965 dan berfokus fokus pada kontroversi Partai Komunis Indonesia (PKI). Beberapa film sayap kiri memposisikan PKI dan simpatisannya sebagai dalang di balik kudeta tahun 1965, tetapi ada juga yang menempatkan tokoh dan simpatisan komunis sebagai korban kekejaman pihak lain. Penelitian ini mempelajari tiga film, yaitu Pengkhianatan G30 S PKI, Sang Penari, dan Jagal-Act of Killing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hubungan yang didasarkan pada konsep hubungan kekuasaan. Penelitian ini menemukan bahwa rokok digunakan sebagai representasi maskulinitas tokoh-tokoh klasik dalam film-film sayap kiri Indonesia. Dalam semua film ini, rokok menjadi alat stigmatisasi bagi orang lain. Dalam film Pengkhianatan G 30 S / PKI, rokok digunakan untuk mewakili maskulinitas tokoh-tokoh terkemuka PKI, khususnya DN Aidit. Dalam film Sang Penari, seorang tokoh sentral bernama Bakar digambarkan sebagai seorang provokator komunis yang tidak dapat berhenti merokok. Sebaliknya Jagal, menggambarkan Anwar Kongo, ketua organisasi massa Pemuda Pancasila yang mengaku membantai lebih dari seribu komunis di Medan, dengan gambaran negatif. Kongo distigmatisasi oleh rokok yang selalu mengepul di mulutnya.

This article discusses the representation of masculinity in Indonesian left-wing films, which were made before and after the 1998 reform. Left-wing films are those which tell about the politics in 1965 and focus on the controversial Indonesian Communist Party (PKI). Some of the left-wing films position the PKI and its sympathizers as the masterminds behind a coup d’etat occurred in 1965, but there are also those which place communist figures and sympathizers as victims of the savagery of others. This research studies three films, namely Pengkhianatan G30 S PKI, Sang Penari, and Jagal-Act of Killing. The method used in this research is a relationship analysis that based on power relations concept. The research finds that cigarettes are used as a representation of masculinity of classical figures in Indonesian left-wing films. In all of these films, cigarettes become a stigmatizing tool for others. In the film Pengkhianatan G 30 S / PKI, cigarette is used to represent the masculinity of PKI’s leading figures, especially DN Aidit. In the film Sang Penari, a central figure named Bakar is described as a communist provocator who cannot cease wanting cigarette as well. on the contrary, the Jagal, portrays Anwar Congo, chairman of mass organization Pancasila Youth which claimed to slaughter more than a thousand communists in Medan, in a negative way. Congo is stigmatized by cigarettes that always billowed in his mouth.

References

Abdullah, T. (Ed). 2012. Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional Bagian II Konflik Lokal. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Barker, T, Gaik, C. K., & Imanjaya, E. (2011). Mau Dibawa Kemana Sinema Kita? Jakarta: Salemba Humanika.

Damartoto, A. (2010). Konsep Maskulinitas Dari Zaman Ke Zaman dan Citranya dalam Media. Retrieved from http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/maskulinitas-ind1.pdf.

Donaldson, M. (1993). What is Hegemonic Masculinity? Theory and Society, Special Issue: Masculinities, 22(5), 643-657.

Eriyanto. (2000). Kekuasaan Otoriter: Dari Gerakan Penindasan Menuju Hegemoni. Yogyakarta: Insist Press.

Heryanto, A. (2017, October 22). The Role of the Global Left Movement in the Fight for Indonesia's Independence [Video file]. Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=ejEjVA29lls.

Azalia, I.B. (2017). Hubungan Antara Terpaan Iklan Rokok dan Persepsi Maskulinitas Pada Perokok dengan Perilaku Merokok Remaja Laki Laki. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/60112.

Ida, R. (2014). Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ikhsan, H. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bahaya Merokok Terhadap Perilaku Mengurangi Konsumsi Rokok Pada Remaja. Retrieved from http://112.78.40.115/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/121/146.

Kartika, B. A. (2015). Mengapa Selalu Harus Perempuan: Suatu Konstruksi Urban Pemenjaraan Seksual Hingga Hegemoni Maskulinitas dalam Film Soekarno. Journal of Urban Society’s Arts. 2(1), 35-54.

Kamus Bahasa Indonesia (online). (2018). Retrieved from https://kbbi.web.id/rokok.

Kuncoro, A. J. (2013). Representasi Pelanggaran Ham Dalam Film Pengkhianatan G30S (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn). Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kurnia, N. (2004). Representasi Maskulinitas dalam Iklan. Jurnal lmu Sosial dan Ilmu Politik, 8(1), 17-36.

Littlejohn, S. W & Foss, S.K. (2009). Enclyclopedia of Communication Theory. California, Wadsworth: Sage Publication.

McGregor, K. (2005). Legacy of a Historian in the Service of an Authoritarian Regime: The Past in the Indonesian Present. (Maria S., Transl.). Singapore: National University of Singapore Press.

Nirwinastu, D. G., & Anggraheni, R. (2018). Remembering the Undesired Ghost: A Critical Discourse Analysis of Melancholic Bitch’ Bioskop, Pisau Lipat. Language in the Online & Offline World 6: The Fortitude, 82.

Nurjanah, R. (2015). 6 Film yang Sebaiknya Kamu Tonton Terkait Tragedi G30S. Retrieved from https://www.liputan6.com/citizen6/read/2322693/6-film-yang-sebaiknya-kamu-tonton-terkait-tragedi-g30s.

Hidayatullah, N. A. (2017). Representasi Kekerasan dalam Film “Jagal” The Act of Killing (Analisis Semiotik). Thesis, IAIN Purwokerto.

Panuju, R. (2017). Sistem Penyiaran Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

________. (2011). Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2002). Relasi Kuasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pradityo, S. (2017). Film Film Kiri yang Dikebiri. Retrieved from https://x.detik.com/detail/intermeso/20170929/Film-film-Kiri-yang-Dikebiri/index.php

Roosa, J. (2014). Interview with Joshua Oppenheimer. Rethinking History, 18(3), 413-422.

Sambhi, N. (2016). Neither Truth nor Reconciliation: Why Indonesia's Army Wants the Country to Forget its Darkest Year. World Policy Journal, 33(4), 102-109.

Siregar, A. (Ed.). (1997). Ilusi Sebuah Kekuasaan. Surabaya: ISAI & Ubaya.

Susilo, D. (2016). Perempuan dan Korupsi: Wacana Media Dalam Berita Tindak Pidana Korupsi Perempuan [Women and Corruption: Media Discourse on News Reporting about Women's Corruptor].

_______ & Kodir, A. (2016). Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan. Jurnal Politik, 1(2), 317-330.

_______. (2017). Masculinity Discourse on Media Text: A Critical Rreview about News about Violence on Online News Portals. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 30(4), 344-352.

Swastikawara, S., Laturrakhmi, Y. F., & Oktaviani, F. H. (2018). Intervensi Perilaku Sadar Bahaya Rokok Melalui Humor dan Rational Based Message Appeals. Jurnal Studi Komunikasi, 2(1).

Syulhajji. (2017). Representasi Maskulinitas dalam Film Talak 3 (Studi Analisis Semiotika Roland Barthes). eJournal Ilmu Komunikasi, 5(2), 1–11.

Share

COinS