•  
  •  
 

Jurnal Komunikasi Indonesia

Abstract

Upacara tradisional Sedekah Gunung adalah salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Lencoh, Selo, Kabupaten Boyolali. Upacara ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa terima kasih penduduk desa dan meminta perlindungan Tuhan dari bencana. Upacara ini memiliki potensi karena sering menjadi daya tarik wisata. Liputan media diperlukan untuk menyebarkan konten dan informasi tentang upacara ini. Salah satu contoh liputan media tentang tradisi ini adalah video yang diunggah di situs berbagi video YouTube bernama Sedekah Gunung merapi. Tulisan ini menganalisis beberapa aspek: (1) Apa sarana yang digunakan dalam video Sedekah Gunung Merapi untuk menghadirkan Sedekah Gunung sebagai objek wisata Kabupaten Boyolali? (2) Bagaimana penyajian kearifan lokal Boyolali dalam video Sedekah Gunung Merapi mempromosikan pariwisata Kabupaten Boyolali? (3) Apa makna penyajian kearifan lokal dalam video Sedekah Gunung merapi sebagai promosi pariwisata di Kabupaten Boyolali? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah nalisis multimodal yang dikembangkan oleh Kress dan van Leeuwen. Video yang diteliti mengandung lebih dari dua sistem semiotik yang terdiri dari linguistik, visual, audio, gestural, dan spasial. Penelitian ini menemukan bahwa wacana tentang kearifan lokal dibangun untuk menonjolkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh komunitas Boyolali. Wacana dikemas dan disebarluaskan melalui video untuk mengkomersialkan pariwisata kabupaten Boyolali.

The traditional ceremony of Sedekah Gunung is one of the local wisdoms possessed by the community of Lencoh Village, Selo, Boyolali Regency. The ceremony aims to express the villagers’ gratitude and requests the protection of God from disasters. This ceremony has potency as it often becomes a tourist attraction. media coverages are needed to disseminate contents and information about this ceremony. one example of existing media coverages on the tradition is a video uploaded on video-sharing website YouTube named Sedekah Gunung Merapi. This paper analyzes several aspects: (1) What are the means used in the Sedekah Gunung Merapi video to present Sedekah Gunung as a tourist attraction of Boyolali Regency? (2) How does the presentation of Boyolali’s local wisdom in Sedekah Gunung merapi video promotes Boyolali Regency’s tourism? (3) What is the meaning of presenting local wisdom in Sedekah Gunung Merapi video as tourism promotion in Boyolali Regency? The method used in this research is multimodal analysis developed by Kress and van Leeuwen. The studied video contains more than two semiotic systems consisting of linguistic, visual, audio, gestural, and spatial. The research finds that discourses on local wisdom are constructed to accentuate the cultural richness possessed by Boyolali’s community. discourses are packaged and disseminated through the video to commercialize the regency’s tourism.

References

Abdullah, I. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aryono, A. M. (2015, October 13). Hari ini, Sedekah Gunung di Pasar Bubrah Merapi. Retrieved from http://www.solopos.com/2015/10/13/budaya-tradisional-boyolali-hari-ini-sedekah-gunung-di-pasar-bubrah-merapi-651273

Azmia, E. & Ismail, M. Z. (2016). Cultural Heritage Tourism: Kapitan Keling Mmosque as a Ffocal Ppoint & Ssymbolic Iidentity for Indian Mmuslim in Penang. ASLI QoL2015, Annual Serial Landmark International Conferences on Quality of Life ASEAN-Turkey ASLI QoL2015. Procedia - Social and Behavioral Sciences 222, 528 – 538.

Butler, R. W. (1990). Alternative Tourism: Pious Hope Or Trojan Horse? Journal of Travel Research, 28 (3), 40-45.

Cohen, E. (1987). Alternative Tourism-A Critique. Tourism Recreation Research, 12(2), 13-18.

Cole, S. (2008). Tourism, Culture, and Development: Hopes, Dreams, and Realities in East Indonesia. Clevedon, Buffalo, Toronto: Channel View Publications.

Darmadi, I. K. Komodifikasi Realitas dalam Pariwisata Budaya. Jurnal Kajian Budaya, 2 (4), 81-96.

Dearden, P., & Harron, S. (1994). Alternative Tourism and Adaptive Change. Annals of Tourism Research, 21, 81-102.

Dernoi, L. A. (1981). Alternative Tourism: Towardsas Nnew Sstylie in North-South Relations. International Journal of Tourism Management, December, 253-264.

Desa-Lencoh. (2015, April 24). Joglo Mandala Wisata. Retrieved on February 12, 2018, from http://desalencoh.blogspot.co.id/2015/04/joglo-mandala-wisata.html

Dewi, C. S. (2013). Representasi Kearifan Lokal pada Lukisan Borobudur dan Bedaya Ketawan karya Srihadi Soedarsono. Jurnal Ilmiah Widya, 1 (1), 65-71.

Fashri, F. (2014). Pierre Bourdieu: Menyingkap Kkuasa Simbol. Yogyakarta: Jalasutra.

Giddens, A. (2010). Teori Strukturasi: Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gumilang, J. S. (2014). Eksistensi tokoh adat upacara Sedekah Gunung merapi di Desa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Jurnal Sosialitas (Kualitatif), 5(1).

Gursoy, D., Chi, C.G. & Pam Dyer, P. (2010). Locals' Attitudes toward Mass and Alternative Tourism: The Case of Sunshine Coast, Australia. Journal of Travel Research, 49 (3), 381-394.

Hall, C. M. & Page, S. (2000) Tourism in South and Southeast Asia: Issues and Cases. New Delhi: Butterworth-Henimann.

Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. London: Sage Publications.

Ibrahim, I. S & Akhmad, B. A. (2014). Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Idajati, H. (2014). Cultural and Tourism Planning as Tool for City Revitalization the Case Study of Kalimas River, Surabaya-Indonesia. CITIES 2013. Procedia - Social and Behavioral Sciences 135, 136 – 141.

Jocuns, A. (2004). Communicative Practices in an American Gamelan Orchestra. MediaTor, 5(1), 133-146.

Kellner, D. (1995). Cultural Studies, Identity, and Politics between the Modern and the Postmodern. London: Routledge.

Koentjaraningrat. (1994) Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kompas.com. (2010, OktoberOctober 8). Selo Gelar Ritual Sedekah Gunung. Retrieved on February 12, 2018, from https://regional.kompas.com/read/2010/12/08/06200068/Selo.Gelar.Ritual.Sedekah.Gunung

Kress, G & Leeuwen, T. (2006). Reading Images : The Grammar of Visual Design. London: Routledge.

___________________. Front Pages: (The Critical) Analysis of Newspaper Layout”, in Bell, A. & Garret, P. (eds) Approaches to Media Discourse. Oxford: Blackwell.

Metro-Jateng. (2015, October 14). Malam 1 Suro, Warga Selo Larung Kepala Kerbau di Merapi. Retrieved on Februaryi 12, 2018 from https://metrojateng.com

Nanin. (2013, November 5). Sedekah Gunung, Larung Sesaji Kepala Kerbau di Puncak Merapi. Retrieved on February 12, 2018, from https://www.timlo.net/baca/68719517723/sedekah-gunung-larung-sesaji-kepala-kerbau-di-puncak-merapi/

NU-Online. (2013, November 8). Sedekah Gunung Merapi, Cara Merawat Alam Berbalut Tradisi. Retrieved on February 12, 2018, from http://www.nu.or.id/post/read/48095/sedekah-gunung-merapi-cara-merawat-alam-berbalut-tradisi

Nurgiyantoro, B. (2011). Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter, 1 (1).

Paiman. Personal Interview. April 12, 2017.

Parma, I. & Gede, P.P. (2010). Kontribusi Pariwisata Alternatif dalam Kaitannya dengan Kearifan Lokal dan Keberlangsungan Lingkungan Alam. Jurnal Media Komunikasi FIS, 9 (2). 45-57.

Pemberton, J. (1987). Musical Politics in Central Java (or How Not to Listen to a Javanese Gamelan). Indonesia, 44, 16-29.

Pora, S. (2014). Tinjauan Filosofis Kearifan Lokal Sastra Lisan Ternate. Jurnal Uniera, 3 (1), 112-121.

Prasetya, H.B. (2012). Pathêt: Ruang Bunyi dalam Karawitan Gaya Yogyakarta. Jurnal Seni & Budaya Panggung, 22 (1), 67-82.

Prisandy, N., Indrawati, L., & Ratnawati, I. (2016). Perbedaan Visualisasi Atribut dan Struktur Tubuh Wayang kulit Purwa pada Tokoh Antareja Gaya Yogyakarta dengan Gaya Surakarta. Journal of Art, Design, and Art Education, 1(1).

Ružić, P. P. & Demonja, D. (2015). Contribution to The Research Of Sustainable Tourism Development Concept In The Example Of Istria, Croatia. Scientific Annals of the ‟Alexandru Ioan Cuza” University of Iaşi Economic Sciences, 62 (2), 191-206.

Sartini, S. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat, 14(2), 111-120.

Siburian, A. L. M. & Malau, W. (2018). Tradisi Ritual Bulan Suro pada Masyarakat Jawa di Desa Sambirejo Timur Percut Sei Tuan. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya , 2 (1), 28-35.

Sinar, T. S. (2012), Teori & Analisis Wacana Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional, Medan: Mitra, 2012.

Sukirno, R. S. H. & Sutarmanto, H. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Membeli Produk Wayang kulit pada Masyarakat Suku Jawa. Psikologika, 24, 119-131.

Sulistyorini, D., Sudardi, B., Warto, & Wijaya, M. (2017). Cultural Commodification: Representation of Pesarean of Mount Kawi as Cultural Tourism in Indonesian Mass Media. Journal of Intensive Studies on Language, Literature, Art, and Culture, 1 (1).

Sullivan, A. M. (2016). Cultural Heritage & New Media: A Future for the Past. 15 J. MARSHALL REV. INTELL. PROP. L. 604.

Tribunnews.com. (2010, Decsember 8). “Warga Boyolali Gelar Ritual secara Swadaya”. Retrieved on February 12, 2018, from http://www.tribunnews.com/topic/sedekah-gunung-merapi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Walton, S. P. (2007). Aesthetic and Spiritual Correlations in Javanese Gamelan Music. The Journal of Aesthetics and Art Criticism, 65(1), 31-41.

Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Share

COinS