•  
  •  
 

Abstract

Indonesia’s underwater cultural heritage has tremendous potential to enhance the understanding of Indonesia’s maritime culture history. But, this cultural heritage has a vulnerability due to various factors that can cause cultural heritage to be extinct. Indonesia’s vast waters have substantial underwater heritage, but the government has constraints to ensure its protection. In Indonesia, the authority for underwater cultural resources found in the sea involves two government agencies that have different views on the underwater cultural heritage. On one hand, the cultural heritage is treated as “cultural goods” and on the other hand it is treated as “economic goods”. The first purpose-protected perspective is supported by the law on cultural preservation and the principles agreed upon in the international convention on the protection of underwater cultural heritage. While the second perspective is supported by the presidential decree that is based on the national interest to improve the welfare of the community. This article explains how the two government institutions are trying to compete and negotiate to win their respective agendas.

References

Blust, Robert. 1984/1976. Austronesian Culture History: Some Linguistic Inferences and Their Relations to The Archaeological Record. Prehistoric Indonesia: A Reader. Disunting oleh Pieter van de Velde. Dordrecht-Holland/ CinnaminsonUSA: Foris Publication, h. 215-41. Budi Utomo, Bambang (ed). 2008. Kapal Karam abad ke-10 di laut Jawa Utara Cirebon. Jakarta: PANNAS BMKT. Caiti, A dkk. 2006. Innovative technologies in underwater archaeology: field experience, open problems, and research lines. Dalam Chemistry and Ecology, vol 22: 383 Departemen Kehakiman dan HAM RI. 2004. Laporan Akhir Tim Harmonisasi dan Sinkronisasi Hukum Tentang RUU Pengangkatan dan Pemanfaatan Bendabenda Berharga Asal Muatan Kapal Karam di Laut. (Dibawah pimpinan Hari Untoro Dradjat). Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan HAM RI. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Kebijakan Pengelolaan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di Indonesia. Disampaikan dalam Rakor Perlindungan Peninggalan Bawah Air (format pdf, tidak diterbitkan). 30 Juni – 1 Juli 2005 di Kepulauan Seribu. ----------------------------------------------. 2008. Kebijakan Pengelolaan BMKT. Dalam Pelatihan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pusat dan Daerah dalam Rangka Penanganan BMKT Pasca Pengangkatan. Diselenggarakan oleh Direktorat Pesisir dan Lautan, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan (format pdf., tidak terbit). Djalal, Hasjim. 2007. Deklarasi Djuanda dalam Perspektif Sejarah. Dalam 50 Th Deklarasi Djuanda: Sejarah Kewilayahan Indonesia. Jakarta: Direktorat Geografi Sejarah, Ditjen Sejarah dan purbakala, Depbudpar. h. 2-21. Fletcher-Tomenius, P; PJ O’ Keefe dan M. Williams. 2000. Salvor in possession: friend of foe to marine archaeology. Dalam International Journal of Cultural Property. Vol 9, Issue 2: 263-314. Green, Jeremy. 2002. Maritime Archaeology in Australia, the Indian Ocean, and Asia. Dalam Ruppe, Carol V dan Janet F. Barstad (ed). 2002, h. 535-551. Green, Jeremy. 2004a. Maritime Archaeology. A Technical Handbook (2nd edition). London: Elsevier Academic Press. ------------------. 2004b. Pathways and pitfall on the road to the implementation of the UNESCO Convention on Underwater Cultural Heritage – Asian Perspective. Dalam , h.33-42. Bulletin of the Australasian Institute for Maritime Archaeology, 2004, vol, 28: 33-42. Hall, Kenneth R. 1985. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press. Harkantiningsih, Naniek, Sonny Chr. Wibisono, dan John Norman Miksic. 2010. Sunken Treasures from the Tenth Century (Five Dynasties or Early Northern Song). Catalogue of the Cirebon Wreck. Jakarta: PANNAS BMKT. Krahl, Regina; John Guy; J. Keith Wilson; and Julian Ruby. 2010. Shipwrecked: Tang Treasures and Monsoon Winds. Singapore: Arthure M. Sackler Gallery, Smitsonial Institution, The National Heritage Board, Singapore; and Singapore Tourism Board. Liebner, Horst. 2005. Perahu-perahu Tradisional Nusantara: Suatu Tinjauan Sejarah Perkapalan dan Pelayaran. Dalam Sedyawati, Edi (ed). 2005. H. 53-123. Depok: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati, BRKP, Dep Kelautan dan Perikanan RI. Liebner, Horst H. 2014. The Siren of Cirebon A Tenth-Century Trading Vessel Lost in the Java Sea. Submitted in accordance with the requirements for the degree of Doctor of Philosophy. The University of Leeds. School of Modern Languages and Cultures. East Asian Studies. Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya. (3 jilid). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Manguin, Pierre-Yves. 1984. Relationship and Cross-influences between Southeast Asian and Chinese Shipbuilding Traditions. Final Report Consultative Workshop on Maritime Shipping and Trade Networks in Southeast Asia. Bangkok: SEAMEO Special Project of Archaeology and Fine Art, h. 197-212. Mathers, William dan Michael Flecker. 1997. Archaeological Report of the Intan Wreck (Java Sea). Pasific Sea Resources. Museum Nasional. 2002. Jejak-jejak Tinggalan Budaya Maritim Nusantara. Jakarta: Museum Nasional. (dan daftar 115 kapal-kapal VOC yang tenggelam di perairan nusantara). Ptak, Roderich. 1992. The Northern Trade Route to the Spice Islands: South China Sea – Sulu Zone – North Moluccas, (14th to early 16 Century). Archipel 43: 2755. Pojoh, Ingrid H.(ed). 2011. Indonesia: My Home the Islands My Yard the Sea. Jakarta: Direktorat Peninggalan Bawah Air, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Rahardjo, Supratikno. 2010. Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air: Mengapa Tidak Kunjung Diratifikasi? Disampaikan dalam Lokakarya “Pembahasan UNESCO Convention on The Protection on the Underwater Cultural Heritage”. Diselenggarakan oleh Kantor UNESCO Jakarta dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta, Rabu, 2 Juni 2010 Sopher, David E. 1977. The Sea Nomads. A Study of the Maritime Boat People of Southeast Asia. Singapore: National Museum. Supardi, Nunus. 2008. Evaluasi Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Bawah Air. Disampaikan dalam Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan dan Pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Diselenggarakan oleh Direktorat Peninggalan Bawah Air, Ditjen Sejarah dan Purbakala, Depbudpar. Tegal, 14-17 April 2008. Wells, Tony. 1993. Shipwrecks & Sunken Treasure in Southeast Asia (with over 450 Wrecks Including the Flor do Mar). Singapore: Times Editions. Widiati. 2002. Keramik Kuno dari Dasar Laut Perairan Indonesia. Dalam Jejak-jejak Tinggalan Budaya Maritim Indonesia, h. 18-19. Zuhdi, Susanto ed. 2003. Simpul-simpul Sejarah Maritim: Dari Pelabuhan ke pelabuhan Merajut Indonesia. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Regulation Relating to The International Laws United Nations Convention on the Law of The Sea (UNCLOS) 1982. UNESCO Convention on the Protection of the Underwater Cultural Heritage. 2001. Undang-undang RI No. 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea. Agreement Relating to the Implementation of Part I of The United Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1992. Keputusan Presiden No. 178 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Agreement Relatig to the Implementation of Part XI of the United Nations Conventions of the Law of the Sea of 10 December 1982. National Regulation Undang-undang RI No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Undang-undang RI No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Undang-undang RI No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang RI No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Undang-undang Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 43 Tahun 1989 Tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam. Keputusan Presiden RI No. 107/2000 tentang PANNAS BMKT menggantikan Keputusan Presiden RI No. 43/1989. Keputusan Presiden RI No. 19 Tahun 2007 Tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam. Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2009. Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KM. 37 Tahun 1990 Tentang Tata Cara Pemberian Surat Persetujuan Pelaksanaan Salvage dalam Rangka Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam. Monumenten Ordonantie. 1931 (Staatsblad van Nederlandsch Indie 1931 No. 238, Rechtwezen Monumenten Establishement of a Monumenten Ordonantie). Peraturan Menteri No. 28/PERMEN-KP/2015 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Survei dan Pengangkatan BMKT Peraturan Menteri No. 4/PERMEN-KP/2016 tentang Perpanjangan Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Survei dan Pengangkatan BMKT Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Share

COinS