•  
  •  
 

Abstract

Banyak remaja yang secara seksual aktif telah melakukan hubungan seks sebelum menikah dan berisiko kehamilan dan penyakit menular seksual. Kesepakatan Kairo 1994, menyatakan bahwa remaja mempunyai kebebasan berpikir dan berhak membuat keputusan tentang kesehatan reproduksi. Itu berarti bahwa remaja berhak terlibat dalam program Keluarga Berencana (KB) dan mendapat pelayanan kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap pada remaja putri “gaul” terhadap pemakaian kontrasepsi. Penelitian dengan desain cross sectional ini dilakukan pada remaja putri berumur 15 – 24 tahun yang belum menikah yang biasa nongkrong dan berkumpul pada malam Minggu, di Parkir Timur Senayan, Jakarta Selatan. Sampel diambil dengan Quota Sampling. Penelitian ini menemukan bahwa remaja putri "tersebut yang berpengetahuan baik (54,1%) dan bersikap positif terhadap pemakaian kontrasepsi (57,1%). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap terhadap pemakaian kontrasepsi. Remaja gaul tersebut memerlukan penyuluhan kesehatan reproduksi, pendidikan seksual dan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan terintegrasi. Remaja perlu diarahkan untuk berprilaku reproduksi sehat dan tidak bertentangan dengan norma, nilai dan kepercayaan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna mencari metode perubahan prilaku reproduksi remaja.

Many sexually active adolescents have been doing premarital sex. Based on the Cairo 1994 commitment, adolescents have freedom to think and have rights to make decision on reproductive health. Therefore, adolescents have rights to involve in the family planning and contraceptive services. The objective of this research is to identify knowledge and attitude on contraceptive use among “sociable” adolescent girls. This research uses cross sectional design with subjects of “sociable” adolescent girl age 15 to 24 years old who usually socialize in Parkir Timur Senayan, Southern Jakarta in Saturday night. Samples were taken by Quota Sampling. The result shows that “sociable” adolescence girl in Parkir Timur Senayan have good knowledge (54,1%) and good attitude of using contraceptive (57, 1%). The result also shows that there is no significant relationship between knowledge and attitude of using contraceptive. Therefore, we need to promote adolescent’s reproductive health, sexual education and programs on adolescent reproductive health service in a comprehensive and integrated ways to improve adolescent reproduction health situation and adhere to religious and cultural norms. There is a need to improve and to refine research methodology in the adolescent reproductive health area.

References

  1. Depkes RI. Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Makalah Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat; 2000
  2. Brown, J. D & Keller, N.S. Can The Mass Media be Healthy Sex Educator? Family Planning Perspective, (32), (5), 255 – 258; 2003.
  3. Panuju, Panut & Ida Umami. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya; 1999.
  4. LDFEUI & BKKBN. Survei Baseline Reproduksi Remaja Sejahtera di Indonesia Eksekutif & Rekomendasi Program. Jakarta: LDFEUI & BKKBN; 1999.
  5. Poerbonegoro, Soeratmi, et. al. Evaluasi Proyek Youth Center di 6 Propinsi di Indonesia. Jakarta: PKBI & Yayasan Widya Prakarsa; 1999.
  6. Parawansa. Seminar Sehari, 6 dari 10 Gadis di Jakarta Tidak Perawan Lagi. Jakarta: Media Indonesia; 2000.
  7. WHO (2007) Adolescent Sexual Reproductive Health. Diakses 12 Maret 2007 dari www. who.int.
  8. Eschen, Andrea & Maxine Whittaker. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global: Keluarga Berencana, Basis Pengembangan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Wanita. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997.
  9. Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT: Remaja Rosdakarya Offset; 2002.
  10. Arifin, A. Pegangan Bagi Teman Sebaya, Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja. Surabaya: Yayasan Mulia Abadi; 2003.
  11. Martin D P, Martin D, Martin M. Adolescent Premarital Sexual Activity, Cohabitation, and Attitude Toward Marriage. Adolescence, (36), 601- 609; 2001.
  12. Depari, Eduard. Pengaruh Media Massa Terhadap Opini Masyarakat. Jakarta:: PKBI; 1994.
  13. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2000.
  14. BPS. Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey 2002-2003. Jakarta: Preeliminary Report; 2003.
  15. Qomariyah, N, S. (2002) Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi di SMP. Diakses 6 Maret 2007 dari www.bkkbn.go.id/ceria.
  16. Anonim. Penduduk Yang Berkualitas Merupakan Sumber Daya Pembangunan Yang Handal. Informasi Gerakan Keluarga Berencana Nasional No. 02/XI – 1998.
  17. Sanusi, Rossi (1990). Pengetahuan, Sikap dan Praktek KB Mandiri Tidak Menikah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. Triwulan I. 1990: 75-77.
  18. Kusmiran, Eny, Siswanto Agus Wilopo, Ira Paramastri. Hubungan Peran Teman sebagai Sumber Informasi Kesehatan dengan Sikap Remaja Mengenai Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Kesehatan Kartika. Vol.1, No.1, April 2006: 39-57.
  19. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003 20. Soekanto. Teori Sosiologi: Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia; 1984.

Share

COinS