•  
  •  
 

Abstract

Studi penilaian ASI di Kabupaten Barru tahun 1998, menemukan 99,0% bayi dan balita masih mendapat ASI. Namun, bayi baru lahir tidak diberi ASI pada jam pertama, Pemberian ASI pada hari I (40,6%) masih rendah, masih banyak yang memberikan hari II (18,4%), dan hari III (41,0%). Umumnya bayi mendapat kolostrom (83,2%) dan ASI (99,0%), tetapi sekitar 75% bayi mendapat makanan prelakteal. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku menyusui bayi pada etnik Bugis Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan paradigma etnometodologi dan interaksi simbolik. Pradigma etnometodologi digunakan untuk mengetahui makna perilaku ibu dalam menyusui bayi menurut etnik Bugis. Pradigma interaksi simbolik digunakan untuk mengetahui simbol terpola berdasar Significant Others Dan Generalized Others. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku menyusui orang Bugis tidak terlepas dari Siri’, dari sudut pandang antropologi politik orang Bugis dimasa lalu. Siri’ tidak lain dari inti kebudayaan Bugis yang mendominasi serta menjadi kekuatan pendorong terhadap Pangngadereng selaku wujud totalitas kebudayaan Bugis. Perilaku perempuan Bugis mulai dari hamil sampai melahirkan serta menyusui berdasarkan Significant Others dan Generalized Others. Perilaku tersebut tidak terlepas dari ininnawa madeceng (harapan yang baik) kepada anak yang terkait nilai normatif masyarakat Bugis.

Breast feeding evaluation study in District of Barru in 1998, showed that about 99, 0% infants and under five years old children is still breastfed. However, the newborn babies were not breastfed during the first hour but instead were breastfed in the first day (40, 6%), second day (18, 4%), and the third day (41, 0%). Generally the colostrum is given to newborn infant (83,2%) and most of the infant are breastfed (99,0%), but about 75% of the infant are given the prelacteal feeding. This research aimed to understand breastfeeding behavior in Pekkae community, at Tenete Rilau district, Barru regency. This study was conducted in a qualitative approach setting using ethnological and symbolic interactions approaches. Ethnological paradigm was used to understand mother’s behavior based on significant others and generalized other. There were 13 respondents involved in this study consisting of breastfeeding mothers living in Pekkae village, Barru regency. The result of this study showed that the behavior on breastfeeding closely associated with a cultural belief so – called ‘siri’, which is one of the important buginese cultures inspiring the buginese social livelihood. The behavior of buginese mothers from pregnancy until birth and breastfeeding can be considered as ‘significant others’ and ‘generalized others'. This behavior is also attributed to ‘ininnawa madeceng’ (good hope) from the parents so that their children may become good people based on Buginese normative culture.

References

  1. Hamzah, Asiah, 2000. Pola Asuh Anak pada Etnik Jawa Migran dan Etnik Mandar, Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya
  2. Spradley, James P, 1979, Metode Etnografi, Terjemahan oleh Misban Elizabeth. 1997. Tiara Wacana Yokya.
  3. Depdikbud, 1989/1999. Pola Pengasuhan Anak pada Masyarakat Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Ujung Pandang.
  4. Salam Rahayu, 1996/1997. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Upacara Bine di Kabupaten Barru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang.
  5. Razak Thaha, dkk, 1998. Studi Penilaian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Pusat Studi Pangan Gizi dan Kesehatan Universitas Hasanuddin.
  6. Mulyana, Deddy, dkk, 1990. Komunikasi antarbudaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
  7. Muhajir, Noeng, 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yokyakarta, Rake Sarasin.
  8. Giddens, Antoni, 1995, Sociology, Cambridge CB2IUR, UK, Polity Press.
  9. Horton, Paul B, dan Chester L, Hunt, 1999. Sosiologi, Jilid I Edisi ke-enam, alih bahasa Aminuddin Ram, Jakarta, Penerbit Erlangga
  10. Sunarto, Kamanto, 2000. Pengantar Sosiologi, Edisi Ke-dua, Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi Universitas Indonesia.
  11. Burns, A. August, 2000, Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan Pola Pengasuhan Anal Pada Masyarakat Tradisional, Yayasan Essentia Medica, Andi: Yogyakarta.
  12. Danim, Sudarwan, 2002. Menjadi Peneliti Kualtatif. Pustaka Setia Bandung.
  13. Dini Latif, Dkk, 2000. Program ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Kumpulan makalah diskusi pakar bidang gizi tentang ASI-MP ASI antropometri dan BBLR, 19- 21 Januari 2000, Cipanas.
  14. Depkes RI, 2001. Manajemen Laktasi, Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
  15. Esterik, Penny Van, 1990, Dibalik Kontroversi ASI-Susu Formula, Terjemahan oleh Kustiniyati Mochtar, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
  16. Marzuki, Muh. Laica, 1995. Siri Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis-Makassar, Disertasi 1995.
  17. Syarifah, 2001. Faktor Determinan Terhadap Pola Pemberian ASI oleh Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Ilir Barat II Palembang, Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program pascasarjana Universitas Indonesia.

Share

COinS