•  
  •  
 

JURNAL KOMUNIKASI INDONESIA

Abstract

Wanita Tunggu Tubang secara paradoks memegang baik posisi terhormat maupun subordinat dalam komunitas Semende. Mereka bekerja untuk melestarikan budaya dan melakukan tugas mereka, namun pada saat yang sama mereka harus menghadapi berbagai masalah di ruang publik. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana posisi ini secara sosial dibangun, dan teori yang diterapkan untuk menjawab pertanyaan adalah teori konstruksi realitas sosial. Pendekatan yang dipakai adalah kualitatif, dengan paradigma konstruksionisme kritis dan teknik sampling kriteria. Kegiatan para wanita dalam penelitian ini diamati dalam jangka waktu dua minggu, dan dua informan kunci dengan pekerjaan yang berbeda, kelas sosial, dan tempat tinggal diwawancarai. Studi ini menunjukkan bahwa konstruksi yang bias gender telah diproduksi dan direproduksi melalui penyebaran keyakinan seperti itu sejak kecil dan dominasi merajes di ranah sosial. Selain itu, perempuan Tunggu Tubang melihat posisi dan peran mereka sebagai takdir dan identitas budaya yang harus mereka terima. Namun, perspektif semacam itu tidak begitu luas di kalangan informan yang tinggal di daerah yang lebih maju karena gaya hidup mereka lebih berorientasi ekonomi dan praktis.

The Tunggu Tubang women paradoxically hold both a respectable as well as subordinate position in the Semende community. They work to preserve the culture and perform their duties, yet at the same time they have to face various problems in the public sphere. The research question herein is how this position is socially constructed, and the theory applied to answer the question is that of the construction of social reality. The method chosen is that of the qualitative research, coupled with the critical constructionism paradigm and criterion sampling technique. The activities of the women in this study were observed in a period of two weeks, and two key informants with different jobs, social classes, and places of residence were interviewed. This study indicates that a gender-biased construction has been produced and reproduced through propagation of such belief since childhood and dominance of the Merajes in social realms. In addition, Tunggu Tubang women perceive their position and role as their destiny and a cultural identity which they have to assume. Such perspectives, however, are not as pervasive among informants living in more advanced areas as their lifestyle is more economy-oriented and practical

References

Alfirahmi. (2015). Politisi Perempuan di Masyarakat Matrilineal Minang- kabau: Studi Realitas Konstruksi Sosial Terhadap Peran Politisi Perempuan. Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Alnashava, P. (2012). Representasi Kekerasan Simbolik pada Hubungan Romantis Dalam Serial Komedi Situasi How I Met Your Mother. Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Arifin, Z. (2015). Tunggu Tumbang: Marginalisasi Perempuan Semende. Proceeding at Conference International Indonesian Forum for Asian Studies (IIFAS) and the Faculty of Social and Political Sci- ences Andalas University.

Berger, P. L & Luckmann, T. (1990). Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Trans. Hasan Basari. Jakarta: LP3ES.

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Me- dia. Candraningrum, D. (2015). Budaya, Tradisi, Adat. Jurnal Perempuan 84, :4-5.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design, Choos- ing. Among Five Traditions. Thousand Oaks, California: Sage Publication.

. (2014). Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches. Fourth Edition. Thousand Oaks, CA: Sage Publication.

Dova, H.S, Yanzi, H., Nurmalisa, Y. (2016). Peranan Tokoh Adat dalam Mempertahankan Adat Tunggu Tubang pada Masyarakat Se- mendo. Jurnal Kultur Demokrasi, 4 (5), 3-14 Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi Ideologi, dan Politik Me- dia. Yogyakarta: LKIS.

Fakih, M. (2003). Pengantar. In Verayanti, L., Herlina, L., Hertha, D. & Zubur, Z., Partisipasi Politik Perempuan Minang dalam Mas- yarakat Matrilineal. Jakarta: Asia Foundation.

Febriyanti. (2016). Faktor-Faktor Pendukung Eksistensi Budaya Tunggu Tubang pada Masyarakat Semende di Pekon Way Petai Keca- matan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat. FKIP Universi- tas Lampung. Griffin, E. A. (2011). A First Look at Communication Theory. Eight Edition. New York: McGraw-Hill.

Heiner, R. (2006). Social Problems: An Introduction to Critical Construc- tionism. New York: Oxford University Press.

Hereyah, Y. (2012). Menggugat Kesetaraan Gender Sebagai Vision Bangsa. http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_ar- tikel_abstrak/Isi_Artikel_334242135348.pdf.

Hutapea, Y & Tamrin, D.T. (2009). Eksistensi Tunggu Tubang sebagai Upaya Mempertahankan Sumber Daya Lahan Berkelanjutan. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Selatan, 5, 1-11.

Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan.Yogyakarta: Ombak.

Kumurur, V.A. (2010). Pembangunan Kota dan Kondisi Kemiskinan Per- empuan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Lengermann, P. M. & Brantley, J.M. (2003). Classical Feminist Social Theory. In Barry Smart & George Ritzer (eds.), Handbook of So- cial Theory (pp. 125-137). London: Sage Publication.

Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. (2011). Theories of Human Com- munication. International Edition. Belmont, CA: Thompson High- er Education. Mardinsyah, M. (2015). Kritik Amina Wadud Dalam Tradisi Penafsiran Alquran: Kajian Hermeneutika Feminisme. Jurnal Perempuan, 20 (1).

McQuails, D. (2002). McQuails’s Reader in Mass Communication Theo- ry. Thousand Oaks: Sage Publication.

Neuman, W.L. (2006). Social Research Methods: Qualitative and Quan- tiative Approaches. Toronto: Pearson.

Parera, F.M. (1990). Pengantar. In Berger, P. L & Luckmann, T. (1990).Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Penge- tahuan. Trans. Hasan Basari. Jakarta: LP3ES. Patton, M.Q. (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods. Third Edition. Thousand Oaks, California: Sage Publication.

Purnama, L. (2001). Apa Kabar Perempuan Daerah?. Jurnal Perempuan, 17, 41-57. Richmond-Abbott, M. (1992). Masculine and Feminine: Gender Roles Over the Life Cycle. Second Edition. New York: McGraw-Hill. Samovar, L.S & Porter, R.E. (2010). Communication Between Cultures.

Seventh Edition. California: Wardsworth & Thomson Learning. Sarwono, B. K. (2013).

Saatnya Media Pro Perempuan: Kajian Media Dalam Perspektif Gender. Jogjakarta: Lingkar Media

. (2014). The Never-Ending Problem Named Female Migrant Workers: A Critical Discourse Analysis of Indonesian Media. Journal of Applied Journalism and Media Studies, 3 (1), 11-26.

Situmorang, S.T. (2015). Diskriminasi Agama & Adat Dalam Naskah Oto- nomi Daerah. Jurnal Perempuan, 84, 108-119.

Verayanti, L., Herlina, L., Hertha, D. & Zubur, Z. (2003). Partisipasi Poli- tik Perempuan Minang dalam Masyarakat Matrilineal. Jakarta: Asia Foundation.

Vida, H. D. (2012). Peran Perempuan Dalam Membangun Kesejahteraan Keluarga. Proceedings of Seminar and National Conference on Communication Science in Serang: FISIP UNTIRTA.

Share

COinS