•  
  •  
 

JURNAL KOMUNIKASI INDONESIA

Abstract

Karakter maskulin yang ‘lembut’, yang tumbuh dalam diri kelompok laki-laki urban kelas menengah saat ini berbeda dengan karakter maskulin yang digambarkan oleh media mainstream yang menekankan maskulinitas sebagai karakter yang tegas, keras, gagah dan macho. Kelompok muda saat ini meyakini bahwa laki-laki itu boleh saja menangis, memiliki sensitivitas, melankolis, dan lain-lain. Akibatnya, tidak jarang masyarakat mempersepsikan bahkan mengidentikkan kelompok tersebut sebagai kurang jantan. Karakter 'lembut' tersebut sudahbanyak digambarkan oleh film Korea Selatan, namun belum banyak digambarkan oleh media Indonesia. Drama Korea Selatan telah menampilkan sisi maskulinitas laki-laki Korea Selatan apa adanya dengan menunjukkan bahwa soft emotion merupakan hal yang wajar dimiliki seorang laki-laki. Karena itu, bisa dimengerti bila kelompok tersebut di atas menyukai drama tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk bisa memahami bagaimana kelompok tersebut mengkonstruksikan dan mereproduksi nilai-nilai maskulinitas pada diri mereka.

‘Soft’ masculinity characters that is currently emerging in urban middle class men constrastsagainst what is portrayed in mainstream media, usually emphasising on masculinity as strict, strong, manly, and macho. This young group believes that men may cry, be sensitive, be melancholic, and such. As a result, often there is public perception that stereotypes the group as not manly enough. This ‘soft’ character is often portrayed in South Korean dramas, but not yet in Indonesian media. South Korean dramas has potrayed South Korean men as they are by showing that soft emotions is common in a man. Thus, it is understandable if this group takes pleasure in watching such dramas. This research is conducted to understand how the group constructs and reproduces masculine values in themselves.

References

Barker, C. (2005). Cultural studies: teori dan praktik. Yogyakarta:Bentang.Cornwall, Andrea & Lindisfarne, Nancy. (1996). Dislocating masculinity: comparative etnographies. London: Routledge.Moscovici, Serge. (2001). Social

representations: explorations in social psychology. USA: New York University Press.Hofstede, Geert. (2001). Culture consequeces: 2nd edition. London: Sage Publications.Hofstede, Geert. (2012a). Hofstede: Masculinity/Femininity.

Diakses tanggal 16 Mei 2012 dari http://www.andrews.edu/~tidwell/bsad560/HofstedeMasculinity.htmlHofstede, Geert. (2012b). Indonesia. Diakses tanggal 16 Mei 2012 dari http://geert- hofstede.com/indonesia.htmlHurlock,

E.B. (1993). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.Hyun Mee. Kim. (2005). Korean TV dramas in Taiwan: with an emphasis on the localization process. Korean

Jurnal, Winter 2005.J. Yoon, Paul. (2009). Asian Masculinities and Parodic Possibility in Odaiko Solos and Filmic Representations. Asian Music, 40:1, h.100-130.Jovchelovitch, Sandra. (2007). Knowledge in context: representation,

community, and culture. London: Routledge.Kil, Kim Tae. (1990). Values of Korean People: Mirrored in fiction (Edition I&II). Seoul: Korea Research Foundation.Richmond-Abbott, Marie. (1992). Masculine & feminine: gender roles

over the life cycle, second Edition. USA: McGraw-Hill.Smith, J.A., Harre, R., & Langenhove, L.V. (1995). Rethinking psychology. London: Sage Publications. Sulistyowati, Endah R. (2006). Pemaknaan maskulinitas oleh perempuan: analisis studi resepsi perempuan bekerja di Jakarta Pusat terhadap konsep maskulinitas di majalah perempuan Cosmopolitan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Share

COinS