Indonesian Notary
Abstract
This research is motivated by the fact that the use of Deeds of Land Sale and Purchase Agreements is still found as collateral for repayment of debts and receivables. According to the third paragraph number 5 (five) of Law number 4 of 1996 concerning Mortgage Rights over Land and Objects Related to Land, the only institution of collateral rights over land is mortgage rights. Thus, guaranteeing land using a deed of sale and purchase agreement made before a notary raises legal issues, namely regarding the position and legal consequences of a deed of sale and purchase agreement which is based on debts and receivables in the Supreme Court Decision Number 2136 K/Pdt/2022. This writing was carried out using doctrinal research methods. The legal status of the deed of land sale and purchase agreement based on debts and receivables in the Supreme Court Decision Number 2136 K/PDT/2022 is null and void. In this case, the deed of sale and purchase agreement is null and void because it does not meet the objective and subjective legal requirements of the agreement in Article 1320 of the Civil Code. The legal consequences of canceling the land sale and purchase agreement deed which is based on debts and receivables in the Supreme Court Decision Number 2136 K/PDT/2022 will have an impact on the deed, related parties, and debts and receivables that were agreed before the land sale and purchase agreement deed was made.
Bahasa Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan fakta bahwa masih ditemukannya penggunaan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah sebagai jaminan pelunasan utang piutang. Menurut alinea ketiga angka 5 (lima) Undang-Undang nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah adalah hak tanggungan. Sehingga, penjaminan tanah dengan menggunakan akta perjanjian pengikatan jual beli yang dibuat di hadapan notaris menimbulkan persoalan hukum, yakni mengenai kedudukan dan akibat hukum akta perjanjian pengikatan jual beli tanah yang didasarkan pada utang piutang dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2136 K/Pdt/2022. Tulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian doktrinal. Kedudukan hukum akta perjanjian pengikatan jual beli tanah yang didasarkan pada utang piutang dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2136 K/PDT/2022 adalah batal demi hukum. Dalam kasus ini, akta perjanjian pengikatan jual beli tersebut batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat sah objektif dan subjektif perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPer. Akibat hukum batalnya akta perjanjian pengikatan jual beli tanah yang didasarkan pada utang piutang dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2136 K/PDT/2022 akan berdampak kepada akta, para pihak terkait, dan utang piutang yang telah disepakati sebelum dibuatnya akta perjanjian pengikatan jual beli tanah.
References
Peraturan Undang-Undang Tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. UU Nomor 4 Tahun 1996. LN Tahun 1996 No. 42 TLN No. 3632. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgelijke Wetboek], diterjemahkan oleh R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio. Putusan Pengadilan Mahkamah Agung. Putusan No. 2136/K/Pdt/2022. Kamria Hutapea Lawan Bonar Gerson Hutapea, S.H., dan Agustina Karnawati, S.H. (2022). Mahkamah Agung. Putusan No. 663 K/Sip/1971. Soeparman Lawan Notodiwirjo dan R.Soetarno Hadisoemarto (1973). Buku Adjie, Habib. (2020). Problematika dan Solusi Terpilih tentang Hukum Kenotariatan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Badrulzaman, Mariam Darus. (1994). Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni. Badrulzaman, Mariam Darus. (1995). Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Banakar, R. dan M. Travers. (2005). Theory and Research in Socio-Legal Research. Portland: Hart Publishing. Budiono, Harlien. (2014). Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris. Bandung: PT. Citra Adhitya Bhakti. Hoecke, Mark van. (2011). Methodologies of Legal Research: Which Method(s) for What Kind of Discipline? Oxford: Hart Publishing. HS, Salim. (2017). Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mertokusumo, Sudikno. (2009). Hukum Acara Perdata. Jogjakarta: Liberty. Perangin, Effendi. (1991). Praktek Penggunaan Tanah sebagai Jaminan Kredit. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, Sarjono. (2005). Pengantar Penelitian Hukum (Cet. 3). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Supramono, Gatot. (2013). Perjanjian Utang Piutang. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Usama, Rachmadi. (2009). Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta: Sinar Grafika. Artikel Aristyo, Raymond. dan Akhmad Budi Cahyono. (2021). Tanggungjawab Notaris terhadap Akta PPJB dan Akta Kuasa untuk Menjual sebagai Jaminan Terjadinya Utang Piutang. Jurnal Kertha Semaya, Vol. 9, No. 11, 2415-2427. Dalimunthe, Siti Nurul Intan Sari. (2021). Penyalahgunaan Keadaan dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Apartemen sebagai Pembatas Pemenuhan Azas Keseimbangan. Jurnal Yuridis. Vol. 8. No. 2, 298-311. Dewi, Ni Made Trisna dan Anak Agung Mas Adi Trinaya Dewi. (2020). Akibat Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli terhadap Biaya yang ditimbulkan di Hadapan Notaris. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 6. No. 2, 427-439. Fatikha, Indira Putrisari, Kornelius Simanjuntak dan Mohamad Fajri Mekka Putra. (2021). Akibat Hukum dari dibatalkannya Akta Jual Beli Pura-Pura oleh Pengadilan Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 859 PK/PDT/2019. Indonesian Notary, Vol. 3. No. 3, 109-133. Hamonangan, Alusianto Hamonangan. Et al. (2021). Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dalam Transaksi Peralihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan. Jurnal Rectum. Vol. 3. No. 2, 253-269. Kurnia, Ichwan dan Novianus Martin Bau. (2020). Peralihan Hak atas Tanah yang Timbul dari Perjanjian Utang Piutang. Pamulang Law Review. Vol. 3. Issue 2, 109-116. Mala, Brainer Livingstone. (2017). Aspek Yuridis Pembatalan Akta Notaris Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Lex Administratu. Vol. V. No. 1, 5-12. Marindowati. (2007). Pendaftaran Hak Tanggungan Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum. Vol. I. No. 1, 137-140. Muin, Fatkhul. (2023). Pembuatan Surat Perjanjian Hutang Piutang Guna Menghindari Sengketa. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Vol. 7. No. 2, 107-120. Pratiwi, Astrian Endah dan Pranoto. (2017). Perjanjian Utang Piutang dengan Jaminan Penguasaan Tanah Pertanian oleh Pihak Berpiutang. Privat Law. Vol. V. No. 2, 93-101. Rahmawan, Mohammad Iqbal, Aminah, dan Budi Ispriyarso. (2019). Penerapan Asas Proporsionalitas dalam Perjanjian Waralaba. Notarius. Vol. 12. No. 2, 909-923. Setyaningsih, Hidayat Abdulah dan Anis Mashdurohatun. (2018). Peranan Notaris dalam Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) terhadap Perjanjian Kredit antara Kreditur dan Debitur dengan Jaminan Hak Tanggungan di Purwokerto. Jurnal Akta. Vol. 5. No. 1, 187-196. Walewangko, Naomi Meriam. (2016). Proses Pemberian Hak Tanggungan Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996. Lex Administratum. Vol. IV. No. 4, 101-108. Wardhani, Lidya Christina. (2017). Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang dibatalkan oleh Pengadilan. Lex Renaissance. Vol. 2. No. 1, 49-63.
Recommended Citation
Pertiwi, Melati; Retnaningsih, Sonyedah; and ., Alwesius
(2024)
"Kedudukan dan Akibat Hukum Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah yang didasarkan pada Utang Piutang (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2136 K/PDT/2022),"
Indonesian Notary: Vol. 5:
Iss.
3, Article 3.
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/notary/vol5/iss3/3