Abstract
Infrastructure development is absolutely necessary to improve Indonesia’s economic growth which carries the principles of pro-poor, pro growth, and pro-jobs. However, the conditions of each region are different so that these objectives are always accompanied by inequality in development outcomes. This study maps areas that experience inequality into a composite index using factor analysis. This composite index was built based on the development of methods by the OECD. The results showed that Indeks Pembangunan Infrastruktur (IPI) was a valid measure. Seven provinces are categorized as inadequate located in Kalimantan and eastern Indonesia. The seven provinces have infrastructure and health and economic dimensions below the national average.
Bahasa Abstract
Pembangunan infrastruktur mutlak diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengusung prinsip pro-poor, pro growth, dan pro-job. Namun, kondisi tiap wilayah berbeda sehingga tujuan tersebut selalu diiringi dengan ketimpangan hasil-hasil pembangunan. Penelitian ini memetakan daerah-daerah yang mengalami ketimpangan ke dalam suatu bentuk indeks komposit menggunakan analisis faktor. Indeks komposit ini dibangun berdasarkan pengembangan metode oleh OECD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Infrastruktur (IPI) merupakan ukuran yang valid. Tujuh provinsi dikategorikan kurang memadai yang berlokasi di Kalimantan dan daerah timur Indonesia. Ketujuh provinsi tersebut memiliki ketersediaan infrastruktur dimensi kesehatan dan ekonomi di bawah rata-rata nasional.
References
[1] Amrullah, T. (2006). Analisis pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia (Disertasi). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[2] Badruddin, S. (2009, 19 Maret). Teori dan indikator pembangunan. Diakses 24 Juli 2017 dari https://profsyamsiah. wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/.
[3] Barika. (2012). Analisis ketimpangan pembangunan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu tahun 2005–2009. Jurnal Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan, 4(3), 1-11.
[4] Bulohlabna, C. (2008). Tipologi dan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[5] Dikun, S. (2003). Infrastruktur Indonesia: Sebelum, selama dan pasca krisis. Jakarta: Kementerian Negara PPN/BAPPENAS.
[6] Indrawan, M. I. (2008). Analisis kondisi infrastruktur perekonomian terhadap produktivitas dunia usaha Kota Medan. Jurnal Imliah Abdi Ilmu, 1(1), 75-80.
[7] Latuconsina, Z. M. Y. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia Kabupaten Malang berbasis pendekatan perwilayahan dan regresi panel. Journal of Regional and Rural Development Planning, 1(2), 202-216. doi: https://doi.org/10.29244/jp2wd.2017.1.2.202- 216.
[8] OECD. (2008). Handbook on constructing composite indicators: methodology and user guide. Organisation for Economic Co-operation and Development. Diakses 24 Juli 2015 dari https://www.oecd.org/els/soc/ handbookonconstructingcompositeindicatorsmethodology anduserguide.htm.
[9] Pamungkas, B. T. (2009). Pengaruh infrastruktur ekonomi, sosial dan administrasi/institusi terhadap pertumbuhan provinsiprovinsi di Indonesia (Skripsi). Jakarta: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[10] Parris. (1999). OECD Agri-Environmental Indicators: Work in Progres. Information Paper No. 2. Joint ECE/EurostatWork Session on Methodological Issues of Environment Statistics, Ma’ale Hachamisha, Israel 11-14 Oktober 1999.
[11] Posumah, F. (2015). Pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap investasi di Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(2), 1-13.
[12] Prapti NSS, L. P., Suryawardana, E., & Triyani, D. (2015). Analisis dampak pembangunan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan usaha ekonomi rakyat di Kota Semarang. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 17(2), 82-103. doi: http://dx.doi.org/10.26623/jdsb.v17i1.505.
[13] Pratiwi, A. (2009). Pengelompokan provinsi di Indonesia berdasarkan indeks komposit keberlanjutan ketersediaan beras (Skripsi). Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
[14] Pratomo, D., & Sumargo, B. (2016). Sebuah alternatif: Better Life Index sebagai ukuran pembangunan multidimensi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 16(2), 123-140. doi: https://doi.org/10.21002/jepi.v16i2.597.
[15] Sembanyang, L. K. B. (2011). Analisis keterkaitan ketersediaan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia: Pendekatan analisis Granger Causality. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, 4(1), 14-22. doi: https: //doi.org/10.15294/jejak.v4i1.4637.
[16] Sukwika, T. (2018). Peran pembangunan infrastruktur terhadap ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia. Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 6(2), 115-130. doi: https://doi.org/10.14710/jwl.6.2.115-130.
[17] Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2004). Pembangunan ekonomi di dunia ketiga [Edisi Kedelapan]. Jakarta : Erlangga.
[18] Yandrizal, Y., Suryani, D., Anita, B., & Febriawati, H. (2014). Analisis ketersediaan fasilitas kesehatan dan pemerataan pelayanan pada pelaksanaan jaminan kesehatan nasional di Kota Bengkulu, Kebupaten Seluma dan Kabupaten Kaur. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 3(2), 103-112. doi: https://doi.org/10.22146/jkki.36383.
[19] Zuvia. (2012). Analisis pengaruh infrastruktur terhadap perekonomian koridor ekonomi Indonesia periode sebelum krisis (tahun 1986-1997) dan setelah krisis (tahun 2000-2010) (Skripsi). Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
Recommended Citation
Faradis, Royhan and Afifah, Uswatun Nurul
(2020)
"Indeks Komposit Pembangunan Infrastruktur Provinsi-Provinsi di Indonesia,"
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia: Vol. 20:
No.
1, Article 3.
DOI: 10.21002/jepi.2020.03
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/jepi/vol20/iss1/3