•  
  •  
 

Abstract

The Javanese proverb “narimo ing pandum”exemplifies a belief among poor people to accept their impoverishment as the Divine will of God. This belief, however, has the adverse effect of habituating people to accept poverty. Such perception is conditioned, among others, by the availability of state-provided social aid as well as family or community support, which has helped the poor to stay afloat in moments of crises. In a patriarchal society, poverty poses even more risks and challenges for women, who are often conditioned to be reliant on men to survive. As such, poor women are likely required to find ways to cope with their helplessness. This article seeks to contribute to discussions on the cultural properties of poverty by exploring aspects of gender inequality. Specifically, it discusses how highlander women in Gunungkidul, the region with the highest poverty rate in Yogyakarta, perceive their impoverishment as Divine date, and explores how their perception of poverty affects their survival. The method utilized is a Life History Approach, which captures the multiple facets of our subjects by analyzing their day-to-day activities and interactions.

Bahasa Abstract

“Narimo ing Pandhum” adalah peribahasa Jawa yang menjelaskan bagaimana orang menerima kemiskinan adalah takdir Tuhan dan tidak ada yang bisa dilakukan. Persepsi ini, bagaimanapun, membiasakan orang untuk menerima kemiskinan, karena mereka dapat mengandalkan bantuan sosial dan dukungan keluarga - yang dianggap sebagai bantuan Tuhan - untuk mengatasinya. Dalam masyarakat patriarki, kemiskinan membawa lebih banyak risiko dan tantangan bagi perempuan, yang memikul beban pekerjaan rumah tangga tak berbayar yang tidak setara. Artikel ini berupaya untuk berkontribusi pada diskusi tentang kemiskinan dan ketidaksetaraan gender. Ini membahas bagaimana perempuan dataran tinggi di Gunung Kidul, wilayah termiskin dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Yogyakarta, memandang kemiskinan sebagai takdir. Ini juga membahas dan bagaimana persepsi perempuan tentang kemiskinan terkait dengan kelangsungan hidup mereka. Metode penulisan ini menggunakan pendekatan riwayat hidup untuk mengarang cerita responden secara keseluruhan berdasarkan interaksi sehari-hari.

References

Batthyány, Karina. 2005. Gender and Poverty: A Case of Entwined Inequalities. Montevideo: Social Watch.

Bennett, Fran, and Mary Daly. 2014. Poverty through a Gender Lens. Oxford: University of Oxford.

Chant, Sylvia. 2006. ‘Re‐thinking the “Feminization of Poverty” in Relation to Aggregate Gender Indices’. Journal of Human Development 7(2):201–20.

Husna, Irma. 2021. “Gender Analysis in Empowering Women-Headed Family in Mojosongo Village, Surakarta”. Gender Equality 7(2):198–211.

Jati, Wasisto Raharjo. 2016. “Mobilitas Warga Desa Kelas Menengah: Studi Kasus Di Pandeglang Dan Gunungkidul”. Analisis CSIS 45(3):265–80.

Jati, Wasisto Raharjo. 2019. ‘“It’s Okay to Be Poor”: Why Fighting Poverty Remains Challenging in Indonesia’. The Jakarta Post.

Jati, Wasisto Raharjo, Aulia Hadi, and Ju Lan Thung. 2018. Indeks Kerentanan & Profil Rumah Tangga Miskin. Jakarta: LIPI Press.

Karnani, Aneel. 2011. “Romanticizing the Poor”. Pp. 85–109 in Fighting Poverty Together: Rethinking Strategies for Business, Governments, and Civil Society to Reduce Poverty. Springer.

Khadafi, Rizal, and Dyah Mutiarin. 2017. ‘Efektivitas Program Bantuan Keuangan Khusus Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kabupaten Gunungkidul’. Journal of Governance And Public Policy 4(2):327–62.

Leopold, Thomas. 2018. ”Gender Differences in the Consequences of Divorce: A Study of Multiple Outcomes”. Demography 55(3):769–97. doi: https://doi.org/10.1007/s13524-018-0667-6.

Lewis, Oscar. 1975. Five Families: Mexican Case Studies in the Culture of Poverty. New York: Palgrave Macmillan.

Maarif Institute. 2007. Studi Awal Kemiskinan Di Gunungkidul. Yogyakarta: Maarif Institute.

Nisak, Seli Sofiatun, and Lilik Sugiharti. 2020. ‘Gender Inequality and Women Poverty in Indonesia’. International Journal of Innovation, Creativity and Change 11(9):375–87.

Putri, Lintang. 2020. ‘Konsep Narima Ing Pandum Dalam Penerimaan Diri Lansia Jawa’. Academic Journal of Psychology and Counseling 1(2):77–90.

Rakhmawati, Silvia. 2022. ‘Nrimo Ing Pandum & Etos Kerja Orang Jawa: Tinjauan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa’. Jurnal Pancasila 3(1):7–19.

Sastroatmodjo, Suryanto. 2006. Citra Diri Orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Widyatsari, Any. 2015. ‘Modal Miskin Dan Kemiskinan Di Kabupaten Gunungkidul, DIY’. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Yusrina, Asri. 2020. Apakah Perempuan Kepala Rumah Tangga Lebih Miskin Daripada Laki-Laki Kepala Rumah Tangga. 34. Jakarta: SMERU.

Zakiyah, Wasingatu. 2010. Menakar Keberpihakan Sosial: Yogyakarta: IDEA & Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Zamroni, Sunaji, Abdur Rozaki, and Sugeng Yulianto. 2015. Desa Mengembangkan Penghidupan Berkelanjutan. IRE Press.

Zeka, Bomikazi. 2022. “Gendered Poverty Perceptions: How Do Retired Women Fare?” Risks 10(2). doi: 10.3390/risks10020029.

Share

COinS