•  
  •  
 

Abstract

CSR practices continue to grow as a promising alternative development resource, yet still predominantly charitable in nature, preventing them from optimal community empowerment. Therefore, studies and policies at the national and global levels remain in search of the best format to optimize CSR programs’ role in community empowerment. A number of literature show less than optimal active participation and capacity-building of the community if a program is initiated by a directive, top-down approach, providing only a minimal participatory space based on the community’s potentials. Using qualitative method and in-depth interview techniques, this paper finds that the local community participation in PLTU’s CSR implementation is symbolic and characterized by artificiality, mobilization to meet procedures, and more dominant role of elite actors that hampers empowerment and capacity-building of the community at large. The local community’s participation only reaches the level of placation and is not in line with the spirit of the Proper guidelines aimed at achieving the level of partnership. It is due to the company’s approach that tends to be procedural in fulfilling the Proper parameters without providing sufficient space and time to accommodate the community’s aspirations and potentials, the limited program assistances, and the pragmatic society that has lost its communal characters.

Bahasa Abstract

Praktik CSR terus berkembang secara kuantitas sebagai salah satu alternatif sumber daya pembangunan yang menjanjikan, namun secara kualitas pengelolaannya masih dominan bersifat karitatif sehingga belum optimal dalam pemberdayaan komunitas. Oleh karena itu, perkembangan studi dan kebijakan di tingkat nasional maupun global terus mencari format terbaik dalam mengoptimalkan peran program CSR pada pemberdayaan komunitas. Sejumlah literatur menunjukkan bahwa partisipasi aktif dan peningkatan kapasitas komunitas akan kurang optimal apabila program diinisiasi dengan pendekatan direktif, top-down, dan kurang memberikan ruang partisipatif berbasis potensi komunitas. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik wawancara mendalam, tulisan ini menemukan bahwa partisipasi komunitas lokal dalam implementasi CSR PLTU bersifat partisipasi simbolik yang berciri sekadarnya, hanya mobilisasi memenuhi prosedur, peran aktor elite yang lebih dominan pada, sehingga tidak mampu memberdayakan dan meningkatkan kapasitas komunitas secara luas. Tingkat partisipasi komunitas lokal ini hanya sampai pada tingkat penentraman (placation) dan belum sejalan dengan semangat panduan Proper yang bertujuan mencapai tingkat kemitraan (partnership).

Share

COinS