•  
  •  
 

Abstract

There are only two different occurances in modernity: solid modernity and liquid modernity. Solid Modernity operates to create logic of order, categorization and administration. Liquid Modernity works as an illusion of speed and perpetual changes. Mode of categorization in solid modernity has sparked the logic of partiality and nonpartialitity in society. Holocaust -according to Bauman- is an impact of the incapability of the modernity to define ambivalence subject in the mode of categorization. Jews is historical subject that is ambivalence in the eye of regime of categorization. Based on this historical trauma, Bauman propose a new horison in Sociology: Sociology that gives more commitment to truth and ethics.

Bahasa Abstract

Bauman berpandangan bahwa modernitas memiliki dua gejala pokok, yakni modernitas padat dan modernitas cair. Dalam modernitas padat masyarakat tumbuh dalam bimbingan ide dan tatanan, sementara dalam modernitas cair masyarakat dan manusia secara paradoksal didikte oleh ilusi mengenai kecepatan dan perubahan yang terus menerus hingga akhirnya kehilangan pendasaran. Dalam membentuk tatanan, modernitas mensyaratkan praktik kategorisasi dan pengadministrasian. Dengan itu, modernitas memastikan siapa yang bagian tatanan dan siapa yang bukan bagian dari tatanan. Kategorisasi berimplikasi pada ambivalansi, yakni munculnya aktor yang tidak terdefinisikan sebagai bagian atau bukan bagian dari kategorisasi dan administrasi itu. Dalam sejarah, mereka yang didefinisikan sebagai bukan bagian adalah mereka yang rentan untuk dieksklusikan. Ambivalensi modernitas inilah yang kemudian berujung pada holocaust. Berdasarkan pengalaman itu, Bauman kemudian mengajak kita untuk bukan hanya memahami sosiologi sebagai ilmu yang memiliki komitmen terhadap kebenaran, tetapi juga ilmu yang menghargai kekayaan dalam pengalaman manusia yang beragam.

References

Adorno, Theodor, W. 1974. Jargon of Authenticity. London dan New York: Routledge. Bauman, Zygmunt. 1979. Toward A Critical Sociology. New York: Routledge. Edisi yang digunakan dalam artikel ini adalah edisi dengan tahun terbit 2009. _____ . 1989. Modernity and the Holocoust. Ithaca: Cornell Univers ity Press. _____. 1991. Modernity and Ambivalence. Cambridge: Polity Press _____. 1992. Intimations of Posmodernity. London: Routledge _____. 1997. Postmodernity and its Discontents. Cambridge: Polity. _____. 2001. The Individualized Society. Cambridge: Polity Press _____. 2005. Liquid Life. Cambridge: Polity Press _____. dalam Sociology and Hapiness: An Interview with Zygmunt Bauman dalam The Journal of Hapinness and Wellbeing, 2014 (2):1 _____. ___. As Seen on TV, makalah lepas tanpa tahun penerbitan. Giddens, Anthony. 1992. The Transformation of Intimacy: Sexuality, Love and Eroticism in Modern Societies. Cambridge: Polity Jacobsen, Michael Hviid, dan Poul Poder. 2008. The Sociology of Zygmunt Bauman: Challenges and Critique, dalam Jacobsen dan Poder (ed) The Sociology of Zygmunt Bauman: Challenges and Critique, Hampshire: Ashgate. Myers, Tony. 2003. Slavoj Žižek. London dan New York: Routlege Osborne, Peter. 1996. A Critical Sense. London, New York: Routledge Raymond L.M. Lee. 2005. “Bauman, Liquid Modernity, and Dillemas of Development” Journal Thesis eleven 83 Schweppenhäuser, Gerhard. 2009. Theodor W. Adorno: An Introduction. Durham dan London: Duke University Press.

Share

COinS