•  
  •  
 

Abstract

This article argue that “Chinese-ness” is an achievable entity to a social group with indigenous cultural identity. Previous studies tend to define ethnic identity as a single and objective entity. This study offers a new understanding on ethnic identity. Identity is defined as a process to identify a certain collectivity in which an individual feels he/she belonged to, while ethnicity is one of the manifestations of collectivities. Thus, identity is a subjective process, where each individual plays a significant role in determining his/her collectivity as his/her alter-ego. While ethnicity is an objective process, in which the society determine an individual’s collectivity. This qualitative research is conducted by interviewing seven informants with grounded approach, in which the researcher tries to build concepts from the collected data. This study pinted out that Cina Benteng is the whole community of Peranakan Chinese living in the countryside of Tangerang. However, some of its communities rejected that notion, and identified themselves as “orang keturunan”, a term which bought them closer to the indigenous identity. Through a long process, as a result of historic, infrastructure, demographic, and economic change, they eventually identified themselves as Cina Benteng, a term which bought them closer to the Chinese identity.

Bahasa Abstract

Artikel ini memiliki argumen bahwa “ke-Tionghoa-an” merupakan sesuatu yang dapat dicapai oleh sekelompok individu yang pada dasarnya memiliki identitas yang dekat dengan etnis pribumi. Selama ini, identitas etnis didefinisikan sebagai entitas tunggal yang bersifat objektif. Namun, penelitian ini memberikan definisi baru mengenai identitas etnis. Identitas adalah sebuah proses mengidentifikasi kolektivitas yang menjadi acuannya, sedangkan etnisitas merupakan salah satu dari banyak kolektivitas. Identitas adalah suatu proses subyektif dimana individu berperan penting untuk menentukan kolektivitas mana yang merupakan alter ego-nya. Sedangkan etnisitas adalah proses obyektif, dimana kelompoklah yang menetapkan keanggotaan seorang individu. Hasil penelitian ini menunjukkan umumnya Cina Benteng dianggap sebagai seluruh Tionghoa “peranakan” yang menetap di daerah pinggiran Tangerang. Namun, beberapa anggotanya di Desa Situgadung pada awalnya menolak hal itu, dan mengaku sebagai orang “keturunan”, suatu istilah yang mendekatkan komunitas ini pada kelompok etnis pribumi. Melalui proses yang panjang, sebagai akibat dari perubahan sejarah, infrastruktur, demografis, dan ekonomi, mereka akhirnya mengaku dan bangga sebagai Cina Benteng, satu istilah yang mendekatkan mereka dengan etnis Tionghoa. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan mewawancarai tujuh informan dengan menggunakan pendekatan grounded, dimana peneliti berusaha membangun konsep dari data yang dihimpun di lapangan.

Share

COinS