Abstract
Indonesia, rich in natural resources, is also a significant energy contributor to the global economy. However, despite having large fossil fuel reserves, Indonesia has topped the ranking of oil importers for the last 20 years. Indonesia is facing the Energy Trilemma. The first point is energy security. A condition when a country has a stable and adequate energy supply at a reasonable price for the short and long term. Energy poverty is the second aspect of the Indonesian Energy Trilemma and this is still common in Indonesia, especially outside Java and Bali. Even though in 2020 the Indonesian government has an energy program which aims to make Indonesia bright and smart, during the Covid 19 outbreak, distance learning programs via the Internet could not be implemented in several areas because some areas still did not have access to electricity. This difficulty is felt by some teenagers who have to go to school online. The third trilemma is about environmental sustainability. The population is affected by the negative environmental, economic and social impacts of climate change [2]. Guningham (2013) emphasized that environmental changes can cause flooding, soil drying, and sloping wood properties, which ultimately affect food security and other problems. Teenagers are one part of society who inherit and receive information and knowledge at a higher level of education, including environmental issues. This paper focuses on understanding how Indonesian teenagers view the concept of electrical energy efficiency. The United Nations defines 'adolescents' as people between the ages of 15 and 24. This research's research strategy is a combination of qualitative and quantitative research. Students majoring in multimedia broadcasting from the UI vocational education program are the research subjects. The results of the survey which were distributed randomly showed that respondents had different levels of understanding of the principles of electrical energy efficiency. Advanced communication strategies are needed to achieve effective policies. Governments and other responsible institutions should consider the consequences of public perception of electrical energy efficiency and invest more in learning how to communicate with the public about the benefits and economic value of electrical energy efficiency.
Bahasa Abstract
Negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam juga merupakan kontributor energi ekonomi global yang signifikan. Namun, meski memiliki cadangan bahan bakar fosil yang besar, Indonesia menduduki peringkat teratas importir minyak selama 20 tahun terakhir. Indonesia sedang menghadapi Trilema Energi. Poin pertama adalah ketahanan energi. Suatu kondisi ketika suatu negara mempunyai pasokan energi yang stabil dan memadai dengan harga yang wajar untuk jangka pendek dan jangka panjang. Kemiskinan Energi merupakan aspek kedua dari Trilema Energi Indonesia dan hal ini masih banyak terjadi di wilayah Indonesia, khususnya di luar Pulau Jawa dan Bali. Meskipun pada tahun 2020 pemerintah Indonesia mempunyai program energi yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia terang dan cerdas, namun pada saat wabah covid 19, program pembelajaran jarak jauh melalui Internet tidak dapat diterapkan di beberapa daerah karena beberapa daerah masih belum memiliki akses listrik. Kesulitan ini dirasakan oleh sebagian remaja yang harus sekolah online, Trilema ketiga adalah tentang kelestarian lingkungan hidup. Penduduk terkena dampak negatif perubahan iklim terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial [2]. Guningham (2013) menegaskan bahwa perubahan lingkungan dapat menyebabkan banjir, kekeringan tanah, dan sifat kayu yang miring, yang pada akhirnya mempengaruhi ketahanan pangan dan permasalahan lainnya. Remaja merupakan salah satu bagian masyarakat yang mewarisi dan menerima informasi dan pengetahuan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, termasuk masalah lingkungan hidup. Paper ini berfokus pada pemahaman bagaimana pandangan remaja Indonesia terhadap konsep efisiensi energi listrik. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan 'remaja' sebagai orang-orang yang berusia antara 15 dan 24 tahun. Strategi penelitian penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Mahasiswa jurusan penyiaran multimedia program Pendidikan vokasi UI menjadi subjek penelitian. Hasil survei yang disebar secara acak menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda terhadap prinsip efisiensi energi listrik. Strategi komunikasi tingkat lanjut diperlukan untuk mendapatkan kebijakan yang efektif. Pemerintah dan lembaga lain yang bertanggung jawab harus mempertimbangkan konsekuensi persepsi masyarakat terhadap efisiensi energi listrik dan berinvestasi lebih banyak dalam mempelajari cara berkomunikasi dengan masyarakat tentang manfaat dan nilai ekonomis dari efisiensi energi listrik.
References
- Eunil Park n, JayY.Ohm., (2014), Faktor-faktor yang mempengaruhi niat masyarakat untuk menggunakan teknologi efisiensi energi listrik di Korea Selatan: Dampak kecelakaan nuklir Fukushima, Kebijakan Energi, Elsevier
- jujurJotzo, Salim Mazous., (2010), Tantangan perubahan iklim Indonesia: kebijakan ekonomi untuk mitigasi yang efektif dan efisien, Januari 2010, The Indonesian quarterly 38(1):23-40,
- Jaelani, A., (2017), Kebijakan Efisiensi energi listrik di Indonesia: Tanda Ilmiah Al-Qur'an dan Implementasinya dalam Ekonomi Islam, Makalah MPRA No. 83314, diposting 17 Des 2017 05:45 UTC
- Luqman,Yanuar., (2017) Konstruksi Komunikasi Kebijakan Publik tentang Efisiensi energi listrik., 2017, Scientific Repository, IPB University
- Mark T.Nance, William A.Boettcher III., (2017), Konflik, kerjasama, dan perubahan dalam politik saling ketergantungan energi: Pengantar, Riset Energi & Ilmu Sosial, Elsevier,
- Neil, Gunningham., (2013), Managing the Energy Trilemma: The Case of Indonesia, REGNET RESEARCH PAPER No. 2013/17, Climate and Environmental Governance Network
- Rakhmat, J., (2015), Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
- Richard, Bridle., (2013), Praktik Terbaik Komunikasi untuk Efisiensi energi listrik, IISD
- RoozbehKardooni., (2018), Opini publik terhadap teknologi efisiensi energi listrik dan perubahan iklim
di Semenanjung Malaysia, Efisiensi energi listrik, Elsevier
10. StamatioNtanos., (2018), Persepsi Masyarakat dan Kesediaan Membayar untuk Efisiensi energi listrik: Studi Kasus dari Yunani, Sustainability, MDPI
Situs web:
- Mulyana, R., (2018),Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Disampaikan pada Focus Group Discussion dalam rangka Penyusunan RUU Energi Baru dan Terbarukan, Jakarta. https://ebtke.esdm.go.id/
- Mujiyanto, S. (2016), Manajemen rantai penyediaan dan pemanfaatan energi nasional. Jakarta: PDTI-ESDM, Kementerian ESDM. Tersedia dari: https://www.esdm.go.id/id/publikasi/publikasi-hasil-kajian
- Saif, I., (2018), Peran Publik demiEfisiensi energi listrik Indonesia, tersedia di https://aceh.tribunnews.com/2018/08/28/peran-publik-demi-energi-terbarukan-indonesia
- Yudha, SW, (2017), Pemerintah perlu mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan. Yogyakarta: Humas UGM. 26 April 2017. Tersedia di: https://ugm.ac.id/id/news/13754/
Recommended Citation
Onarelly, Arius Krypton
(2023)
"PERSEPSI REMAJA INDONESIA TERHADAP KEBIJAKAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK,"
Jurnal Sosial Humaniora Terapan: Vol. 6:
Iss.
1, Article 2.
DOI: 10.7454/jsht.v6i1.1103
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/jsht/vol6/iss1/2