Abstract
Belief in the One and Only God as the first principle of Pancasila has hierarchical implications which are the prerequisites for realizing the next precepts. If traced, Soekarno had the concept that the belief in the one and only God does not mean that God is only one universally, but that understanding can only be owned by religious people and stored in belief. But in Pancasila, the nature of the one value is interpreted that it is noble for all Gods who are just, merciful and merciful who must be imbued with one spirit by all Indonesian people. In the thought of Mohammad Arkoun who rejects the teachings of Islam in a sloganistic-formalistic manner, the concept of God Almighty can be the key to bringing Islam as rahmatan lil'alamin. According to him, fighting for Islam is no longer relevant by using it as a formal basis in the state, but it will be much more important to fight for Islam substantially by presenting it in the entire process of state life. Moreover, philosophically, the context of the first precepts of Pancasila from an Islamic perspective makes that the values of civility, justice, unity, and prosperity as the essence of the next precepts must be achieved with the concept of "God Almighty''. That is, based on Soekarno's thoughts on the first principle of Pancasila, then contextualized to Islam in terms of its divinity, through the internalization of Mohammad Arkoun's method of thinking, resulted in the conclusion that the message of Islam is the key to justice and prosperity.
Bahasa Abstract
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama Pancasila berimplikasi secara hierarkis yang menjadi prasyarat untuk mewujudkan sila-sila berikutnya. Jika dirunut, Soekarno memiliki konsep bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan dimaknai bahwa Tuhan hanya satu secara universal, melainkan pemahaman itu hanya boleh dimiliki oleh umat beragama dan disimpan dalam kepercayaan. Tapi dalam Pancasila, sifat esa dimaknai bahwa nilai luhur semua Tuhan yang berperikeadilan, penyayang dan pengasih lah yang harus dijiwai satu oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam kaitannya dengan pemikiran Mohammad Arkoun
yang menolak ajaran islam secara sloganistik-formalistik, konsep Ketuhanan Yang Maha Esa di atas bisa menjadi kunci pemikiran untuk membawa islam sebagai rahmatan lil’alamin. Menurutnya, memperjuangan islam tidak lagi relevan dengan menjadikannya sebagai landasan formal di suatu negara, tapi akan jauh lebih penting memperjuangkan islam secara substansialistik dengan menghadirkannya pada seluruh proses kehidupan bernegara. Apalagi secara filosofis, konteks sila pertama Pancasila dari kacamata islam menjadikan bahwa nilai keberadaban, keadilan, kesatuan, dan kemakmuran sebagai hakikat sila-sila berikutnya harus diraih dengan konsep “Ke-Allah-an Yang Maha Esa”. Artinya, berdasarkan pemikiran Soekarno pada sila pertama Pancasila, kemudian dikontekskan pada islam dalam hal ketuhanannya, melalui internalisasi metode berpikir Mohammad Arkoun, menghasilkan kesimpulan bahwa risalah islam menjadi kunci mencapai keadilan dan kemakmuran.
References
Buku
Alwi Kaderi. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin: ANTASARI PRESS, 2015.
Esposito, John L. Ancaman Islam, Mitos atau Realita?. Bandung: Mizan, 1994. , Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, [s.l.: Meizan, s.a.].
Fanani, Muhyar. Membumikan Hukum Langit: Nasionalisasi Hukum Islam dan Islamisasi Hukum Nasional Pasca Reformasi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.
Hatta, Mohammad. Lampau dan Datang. Jakarta: Djambatan, 1996. Nugroho Notosusanto, Proses Perumusan Pancasila Dasar Negar, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1981), hlm. 53.
Jurnal
Anshari, Endang Saifuddin. Piagam Jakarta 22 Juni 1945 Sebuah Konsensus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949). Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Asshiddiqie, Jimly. “Cita Ketuhanan Dalam Hukum di Indonesia dan Nisbah Antara Hukum Islami Dengan Hukum Adat.” Jurnal Hukum dan Pembangunan (2017). Hlm. 333-349.
Brata, Ida Bagus dan Ida Bagus Nyoman Wartha. “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia.” Jurnal Santiaji Pendidikan 7, No. 1 (Januari, 2017). Hlm. 120-132.
Harjuna, Muhammad. “Islam dan Resolusi Konflik.” Jurnal Religi XIV No. 1 (Januari- Januari 2018). Hlm. 23-43.
Imam, Esha Muhammad. “Islam Etika dan Dilema Moral.” Jurnal Refleksi Filsafat dan Pemikiran Keislaman 2 No. 1 (Januari 2002).
Jiwandono, Ilham Syahrul dan Iswahyu Nurbeni. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Fungsi Pancasila Sebagai Weltanschauung Dalam Upaya Mengatasi Merosotnya Nilai Kebangsaan,” Elementary School Education Journal 3 No. 2 (Agustus 2019). Hlm. 35-41.
Kamaruddin. “Dimensi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Perspektif HAM Islam.”Jurnal Hukum Pidana dan Tata Negara Islam 3, No. 1 (2013). Hlm. 163-178.
Nasrudin. ”Manhaj Tafsir Mohammad Arkoun.” Jurnal Maghza 1 No. 1 (Januari-Juni 2016).
Putera, Rachmat Panca. “Pemikiran Politik Islam di Indonesia: Dari Formalistik Menuju Substantif.” Jurnal Ri’Ayah 3 No. 1 (Januari-Juni 2018). Hlm. 57-68.
Rahawarin, Yunus. “Membaca Pemikiran Arkoun Tentang Etika Politik Islam.” Jurnal Al-Fikr 20 No. 1 (2016). Hlm. 87-103.
Riyanto, Astim. “Pancasila Dasar Negara Indonesia,” Jurnal Hukum dan Pembangunan 37 No. 3 (Juli-September 2007). Hlm. 457-493.
Saragih, Erman. “Analisis dan Makna Teologi Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Konteks Pluralisme Agama di Indonesia.” Jurnal Teologi Cultivation 2, No. 1 (Desember 2017). Hlm. 290-303.
Setialaksana, Nana. “Peranan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 1945 Dalam Proses Menuju Kemerdekaan Indonesia.” Jurnal Artefak: History and Education 4, No. 2 (September 2017). Hlm. 109-117.
Sumarkan. “Islam dan Politik Kenegaraan Perspektif Mohammed Arkoun.”Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 2, No. 2 (Oktober 2012). Hlm. 119-138.
Syarif, Mujar Ibnu. “Spirit Piagam Jakarta Dalam Undang-Undang Dasar 1945.” Jurnal Cita Hukum 4 No. 1 (Maret-Mei 2016). Hlm. 15-32.
Zamawi, Baharuddin., Habieb Bullah dan Zubaidah. “Ayat Toleransi Dalam Al-Qur’an: Tinjauan Tafsir Marah Labid.” Jurnal Diya al-Afkar 7, No. 1 (Juni 2019). Hlm. 185-197.
Skripsi
Lestari, Susi. “Nasionalisme Indonesia Dalam Pandangan Muhammad Yamin dan Soekarno pada Sidang Pertama Badan penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) 29 Mei-1 Juni 1945” Skripsi Sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2016.
Rahayu, Widy Rossani. “Perdebatan Tentang Dasar Negara Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI).” Skripsi sarjana Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Makalah
Andriani, L. dan Rukiyati, “Kajian Ilmiah Terhadap Pancasila.” Makalah pada penjabaran kompetensi dasar mata kuliah Pendidikan Pancasila Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta [s.a].
Fidia Ardana dan Meta Ratna Sari, “Pembaharuan Pemikiran Mohammad Arkoun.” Makalah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Riau, [s.a].
Putusan Pengadilan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan No. 97/PUU-XIV/2016.
Internet
Hidayat, Arief. “Indonesia Negara Berketuhanan,” https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=16565&menu=2. Diakses 2 Desember 2020.
Komnas Perempuan. “Siaran Pers dan Lembar Fakta Komnas Perempuan: Catatan Tahunan Kekerasan terhadap Perempuan
2020.” https://www.komnasperempuan.go.id/read-news-siaran-pers-dan-lembar-f akta- komnas-perempuan-catatan-tahunan-kekerasan-terhadap-perempuan-202 0. Diakses 9 November 2020.
Malo, Franzesta Millenia. “Aborsi dan Seks Bebas di Indonesia.”
http://skk.feb.unair.ac.id/index.php/coming-soon/96-aborsi-dan-seks-beba s-di- indonesia.html. Diakses 5 Desember 2020.
Recommended Citation
Annafikarno, Nadila Mahilaveda and Alfarizy, Ahmad
(2019)
"MEMBONGKAR ESENSI DASAR SILA PERTAMA PANCASILA: INTERNALISASI PEMIKIRAN ISLAM MOHAMMAD ARKOUN DALAM KONSEP KETUHANAN YANG MAHA ESA,"
Journal of Islamic Law Studies: Vol. 2:
No.
2, Article 6.
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/jils/vol2/iss2/6