•  
  •  
 

Abstract

One of the characteristic of Islam in the beginning of glorious era is success in politics. The glorius of Islam continues until the last caliphate, Ottoman Empire. However, there are problems in the elec- tion system of the Head of State. Prophet Muhammad PBUH did not provide example about how to elect and the criteria about whom must be chosen. There are two models of the election. First, with the musyawarah by the ahlul halli wal ‘aqdi, and the second, with the appointment by the previous leader. In that context, some of ulamas like Imam Al Mawardi, Said Hawwa, were in the position to stipulate the criteria about the Head of State, like equitable, faqih, have a clear vision and mission, healthy, not differently-able person, brave, and have a nasab. In Indonesia, maybe it is hard to apply that system, but some of criterias can apply in Indonesia system, indeed. In this case, it is important to apply the values of Islam in Indonesian constitutional system.

Bahasa Abstract

Salah satu karakteristik agama Islam pada masa awal adalah kejayaan dalam bidang politik. Ke- jayaan tersebut terus berlanjut hingga masa kekhalifahan terakhir, yakni Turki Utsmani. Namun de- mikian, dibalik kejayaan tersebut juga terdapat permasalahan dalam mekanisme pemilihan pemimp- in negara. Rasulullah tidak memberikan contoh bagaimana mekanisme pemilihan pemimpin negara dan juga kriteria pemimpin seperti apa yang harus dipilih. Oleh karena itu, secara garis besar terdapat dua model sistem pemilihan, yakni melalui musyawarah oleh ahlul halli wal ‘aqdidan penunjukkan oleh pemimpin sebelumnya. Dalam hal ini, beberapa ulama seperti Imam Al Mawardi, Said Hawwa, dan lainnya juga memberikan pendapatnya terkait kriteria pemimpin, yakni adil, faqih, berwawasan, sehat inderawi, tidak cacat, berani, dan bernasab. Pada konteks Indonesia, akan sedikit sulit me- nerapkan sistem pemilihan Islam untuk memilih kepala negara, tetapi dapat digunakan beberapa kriteria pemimpin dalam Islam untuk memilih kepala negara. Dalam hal ini, yang terpenting adalah bagaimana menerapkan nilai Islam di dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.

References

Al-Isy, Yusuf. Dinasti Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2007.

Al-Maududi, Abul A’la. Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi Kritis atas Sejarah Pe- merintahan Islam. cet. Ke- 2, Bandung: Penerbit Mizan. 1988.

Al Mawardi, Imam. Al Ahkam As Sulthaniyyah: Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Negara Islami,[Al-Ahkam AS-Sulthaaniyyah Fi Al-Wilaayah Ad-Diniiyyah] diterjemahkan oleh Fadhli Bahri. Jakarta: Darul Falah. 2000.

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam hingga Abad XX. Jakarta: Ak- bar Media Eka Sarana. 2003.

An-Nabhani,Taqiyuddin. Daulah Islam. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. 2011. Ash-Shadr, Sayid Muhammad Baqir. Sistem Politik Islam [Introduction to Islamic

Political System], diterjemahkan oleh Arif Mulyadi. Jakarta: Lentera. 2001.

Dzakirin, Ahmad. Tarbiyah Siyasiah: Menuju Kematangan Politik Aktivis Dakwah.

Surakarta: Era Adicitra Intermedia. 2011.

Hawwa, Said. Al-Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 2004.

Khaldun, Ibnu. Mukaddimah. cet. Ke-3. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2011.

Lestari, Rini. http://www.indonesiasekuler.org/pengertian-sekularisme-oleh-rini-le- stari/, diunduh pada tanggal 22 November 2012 pukul 16.08 WIB.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 1986. Qardhawy, Yusuf. Fiqih Negara. Jakarta: Robbani Press. 1997.

Raliby, Osman. Ibnu Khaldun tentang Masyarakat dan Negara. Cet. Ke-4. Jakarta: PT. Sumber Bahagia. 1978.

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Cet.

Ke-5. Jakarta: UI Press. 1993.

Taimiyah, Ibnu. Siyasah Syar’iah: Etika Politik Islam [As-Siyasah Syar’iyyah fi Islahir Ra’i war-Ra’iyyah]. Diterjemahkan oleh Rofi’ Munawwar. Surabaya: Risalah Gusti. 1995.

Wahyudi, Iwan. “Ketatanegaraan dalam Perspektif Hukum Islam: Telaah Kritis atas Pemikiran Imam Al-Mawardi”. Tesis Magister Universitas Indonesia.

Share

COinS