Bahasa Abstract
Sebagian besar dari fenomena internasional yang terjadi umumnya diukur berdasarkan seberapa banyak ke untungan materi apa yang bisa didapat, seperti teritori, keuntungan ekonomi, dan hard power; dengan se ringkali mengesampingkan keberadaan dan manfaat dari kekuatan diskursus yang dibawa oleh civil society. Kekuatan diskursus dalam per politikan dunia memang tidak selalu dapat diukur secara kuantitas, tetapi ia mengalami proses perkembangan yang pasti. Implikasinya adalah akademisi ilmu hubungan internasional tidak hanya perlu memahami 'order' atau tatanan, tetapi juga harus dapat menganalisa 'change' dan bagaimana proses perubahan itu berlangsung dalam perpolitikan masyarakat sipil dunia (world civic poli tics). Kekuatan diskursus ini sesungguhnya menjadi pedoman nilai dan norma berperilaku dalam perpoli tikan dunia, serta kini menjadi lebih nyata dengan semakin berkembangnya masyarakat risiko (risk society). tlisan Penelitian empirik dalam ini menggunakan metode analisis argumentasi informal untuk menje laskan peran ekofeminisme liberal terhadap proliferasi diskursus perlindungan satwa di Indonesia, dengan contoh kasus pembentukan argumentasi etika oleh ProFauna Indonesia. Tujuan penelitian yakni, pertama, untuk memberikan pemahaman mengenai peran argumentasi etika dalam perpolitikan masyarakat sipil dunia, khususnya dalam proliferasi diskursus perlindungan satwa liar; kedua, adalah agar pembaca dapat memandang modernitas secara kritikal dan refleksif, sekaligus tetap optimis dan progresif dengan memotret keberlangsungan proses perubahan dan penyebaran diskursus dalam reflexive modernization.
Recommended Citation
Taufik, Kinanti
(2007)
"Ethical Argument in World Civic Politics: The Role of Liberal Ecofeminism in Furthering the Wildlife Protection Discourse in Indonesia,"
Global: Jurnal Politik Internasional: Vol. 9:
No.
2, Pp. 152-165.
DOI: 10.7454/global.v9i2.265
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/global/vol9/iss2/3