•  
  •  
 

Abstract

The development of Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 has caused social inequality in Salembaran Jati Village because this development project involves the eviction of agricultural land and the relocation of residents to Kampung Jati Baru, creating new challenges in the social aspect. The purpose of this study is to explore the experiences of residents and the inequality of access to primary needs felt by residents of Salembaran Jati Village due to the construction of PIK 2. Using a qualitative descriptive approach, this study refers to the dimensions of sense work and meta criteria of justice in the Good City Form theory by Lynch (1981). The results of the study show that the construction of PIK 2 caused the residents of Salembaran Jati Village to lose their village identity with the loss of agriculture and fishponds as well as their livelihoods as farmers and fishermen, limited access to public facilities, and minimal participation in the development decision-making process. Relocation to Kampung Jati Baru does not meet the basic needs of residents, and it is characterized by poor basic infrastructure and inadequate water quality. In addition, the PIK 2 boundary wall further strengthens the social inequality between PIK 2 residents and residents. This study concludes that the construction of PIK 2, although aimed at creating a modern, environmentally friendly area, still creates significant social inequality. The need for community participation in planning, PIK 2 developers by considering the needs of residents and the central and regional governments that have control over this development.

Bahasa Abstract

Pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 menyebabkan ketimpangan sosial yang terjadi di Desa Salembaran Jati karena proyek pembangunan ini melibatkan penggusuran lahan agraris dan relokasi warga ke Kampung Jati Baru, menciptakan tantangan baru dalam aspek sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman warga dan ketimpangan akses terhadap kebutuhan primer yang dirasakan oleh warga Desa Salembaran Jati akibat pembangunan PIK 2. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini mengacu pada dimensi kerja sense dan meta kriteria justice dalam teori Good City Form oleh Lynch (1981). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan PIK 2 menyebabkan warga Desa Salembaran Jati kehilangan identitas desa dengan hilangnya pertanian dan tambak serta mata pencaharian mereka sebagai petani dan nelayan, keterbatasan akses terhadap fasilitas umum, dan partisipasi yang minim dalam proses pengambilan keputusan pembangunan. Relokasi ke Kampung Jati Baru tidak memenuhi kebutuhan dasar warga, ditandai oleh infrastruktur dasar yang buruk, kualitas air yang tidak layak. Selain itu, tembok pembatas PIK 2 semakin memperkuat ketimpangan sosial antara penghuni PIK 2 dan warga lokal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembangunan PIK 2 meskipun bertujuan menciptakan kawasan modern yang ramah lingkungan tetap menciptakan ketimpangan sosial yang signifikan. Perlunya partisipasi masyarakat dalam perencanan, pengembang PIK 2 dengan memperhatikan kebutuhan warga lokal dan pemerintah pusat serta daerah yang memiliki kontrol terhadap pembangunan ini.

References

Amin, J. P., & Sari, D. P. (2015). Penurunan Kadar Besi dan Mangan Terlarut dalam Air Payau Melalui Proses Oksidasi Menggunakan Kalium Permanganat. Jurnal Lahan Suboptimal, 4(1), 38–46.

Anggraeni, U. N. (2011). Politik dan Dampak Penggusuran (Studi Kasus : Penggusuran Lahan Pedagang Pasar Keramik dan Rotan di Rawasari, Jakarta Pusat). UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

Arifah, S. F. (2024). Kajian Aksesibilitas Masyarakat Desa Muara, Desa Lemo dan Desa Salembaran Jati Pasca Pembangunan Tembok Pembatas PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten . Universitas Trisakti.

Gale, D. E. (2018). Planetary Gentrification by Loretta Lees, Hyun Bang Shin, and Ernesto Lopez-Morales. Journal of Urban Affairs, 40(2), 299–301. https://doi.org/10.1080/07352166.2017.1338893

Harvey, D. (2008). The Right to the City. . New Left Review, 53, 23–40.

Hetu Marsella, M., Adhitya, P., & Putra, D. (2024). Analysis of independent city concept in reclamation area PIK 1 & PIK 2 based on community, government, and private sector role. ICESE Interaction, Community Engagement, and Social Environment ICESE, 1(2), 94–107. https://doi.org/10.61511/icese.v1i2

Hexagraha, S. A. A. (2017). Tinjauan Terhadap Konsep Keadilan Spasial Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pada Program Normalisasi Ciliwung di Provinsi DKI Jakarta. Universitas Indonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Ketimpangan Sosial Sebagai Dampak Perubahan Sosial Ditengah Globalisasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Komnas HAM. (2020). Laporan Tahunan Komnas HAM: Potret Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Lynch, K. (1981). A Theoty of Good City Form. MIT Press.

Pemerintah Kabupaten Tangerang. (2011). Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Tangerang No. 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031.

Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, Badan Pertanahan Nasional (2021).

Pontoh, N. K., & Sudrajat, D. J. (2005). Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Limpasan Air Permukaan: Studi Kasus Kota Bogor. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 16(3), 44–56.

Prasidha, I. N. T. (2024). Pantai Indah Kapuk 2 The New Jakarta Waterfront City.

Roitman, S., & Recio, R. B. (2020). Understanding Indonesia’s gated communities and their relationship with inequality. Housing Studies, 35(5), 795–819. https://doi.org/10.1080/02673037.2019.1636002

Siregar, T. N., Roestamy, M., Togar, N. :, & Siregar, N. (2024). Tinjauan Kritis Proyek Pengembangan Pik-2 “Tropical Concept”Sebagai Proyek Strategi Nasional (PSN) Dan Korelasinya Dengan Hak Menguasai Negara Atas Tanah. Jurnal Hukum De’Rechtsstaat (JHD). https://doi.org/10.30997/jhd.vi

Swyngedouw, E. (2009). The Antinomies of the Postpolitical City: In Search of a Democratic Politics of Environmental Production. International Journal of Urban and Regional Research, 33(3), 601–620. https://doi.org/10.1111/j.1468-2427.2009.00859.x

Syach, V. F. (2024). Kajian Fenomena Segregasi Spasial antara Pembangunan Pantai Indah Kapuk 2 dengan Desa Muara Lemo. Universitas Pembangunan Jaya.

UN-Habitat. (2016). World Cities Report 2016. Urbanization and Development: Emerging Futures.

Wicaksono Sarosa. (2020). Kota Untuk Semua : Hunian Yang Selaras Dengan Sustainable Development Goals Dan New Urban Agenda (1st ed.). Expose.

Yusfiaka, A., Hartati, E., & Nugraha, M. C. (2020). Hubungan Perubahan Tata Guna Lahan dengan Debit Air Limpasan pada Kawasan Hunian Pantai Indah Kapuk 2. Serambi Engineering, 5(1), 720–731.

Share

COinS