•  
  •  
 

Abstract

Non-Toxic Masculinity kini menjadi wacana penting dalam merespons maskulinitas tradisional yang kaku dan menekan. Penelitian ini menganalisis bagaimana Raphaël Say, model dan influencer asal Prancis, merepresentasikan bentuk maskulinitas yang lebih inklusif dan gender-fluid melalui platform media sosial Instagram dan TikTok. Dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis oleh Fairclough (1995), Semiotika Roland Barthes (1957), dan Teori Performativitas Judith Butler (1990), analisis ini mengungkap bagaimana Raphaël Say membangun narasi maskulinitas baru yang ekspresif, lembut, dan menantang norma gender hegemonik. Melalui visual, gaya berpakaian, bahasa tubuh, serta narasi digital yang ia tampilkan secara konsisten, Say memanfaatkan media sosial sebagai ruang resistensi terhadap konstruksi gender biner dalam industri mode Prancis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi tersebut tidak hanya menjadi bentuk ekspresi diri, tetapi juga praktik sosial yang turut membentuk wacana maskulinitas kontemporer. Temuan ini memperkuat peran media sosial sebagai arena politik budaya yang membuka ruang bagi performa identitas yang lebih cair dan progresif.

References

Barthes, R. (1957). Mythologies. Paris: Seuil.

Butler, J. (1999). Gender trouble: Feminism and the subversion of identity (10th anniversary ed.). Routledge.

Cislaghi, B., & Heise, L. (2020). Gender norms and social norms: Differences, similarities and why they matter in prevention science. Sociology of Health & Illness, 42(2), 407–422. https://doi.org/10.1111/1467-9566.13008

Connell, R. W. (1995). Masculinities. University of California Press.

Darcy, J. (2021, March 22). A tough act to follow: In conversation with Raphaël Say. The Mancunion. https://mancunion.com/2021/03/22/a-tough-act-to-follow-in-conversation-with-raphael-say/

Dekin, S. (2021). Men and emotions: The importance of becoming vulnerable. Mission Harbor Behavioral Health. https://sbtreatment.com/blog/men-and-emotions-the-importance-of-becoming-vulnerable/

Fairclough, N. (1995). Critical discourse analysis. London: Longman.

Fauzan, R. (2013). Maskulinitas dalam iklan cetak parfum "Le Male" dari Jean Paul Gaultier [Skripsi, Universitas Indonesia].

Freedom Forum. (n.d.). Hair and free speech: When appearance becomes a First Amendment issue. https://www.freedomforum.org/hair-free-speech/

Jean Paul Gaultier. (n.d.). Jean Paul Gaultier. https://www.jeanpaulgaultier.com/ww/en/gaultier-universe/gaultier-makes-a-promise/gaultier-celebrates-differences

Kaplan, E. (2025, February 23). Paris Fashion Week: The undisputed center of fashion. Galerie Joseph. https://galeriejoseph.com/en/2025/02/23/paris-fashion-week-centre-incontournable/

Mollard, M. (2025). Gender fluid fashion: Freedom from distinctions. Heuritech. https://heuritech.com/articles/gender-fluid-fashion/

Morgan, J. (2022). How fashion is detoxifying masculinity. Mindless Mag. https://www.mindlessmag.com/post/how-fashion-is-detoxifying-masculinity

Sadeel. (2023, April 7). Is toxic masculinity and/or femininity correlated with negative behaviors like lying or infidelity? Teen Ink. https://www.teenink.com/nonfiction/all/article/1185547/Is-Toxic-Masculinity-Andor-Femininity-Correlated-With-Negative-Behaviors-Like-Lying-Or-Infidelity

Shiraz, Z. (2023, April 7). Floral emojis: Here’s which relationship each flower and leaf symbol stands for. Hindustan Times. https://www.hindustantimes.com/lifestyle/relationships/floral-emojis-here-s-which-relationship-each-flower-and-leaf-symbol-stands-for-101684830617759.html

Silva Junior, A. O. D., & Félix, J. (2020). Publicidade como pedagogia cultural: Representações de gênero nas campanhas de Jean-Paul Gaultier. Reflexão e Ação, 28(2), 44–57.

Stanton, Z. (2020, November 19). The pandemic is changing masculinity. Politico Magazine. https://www.politico.com/news/magazine/2020/11/19/masculinity-coronavirus-masks-pandemic-2020-trump-biden-438413

United Way of the National Capital Area. (2025). Gender roles and norms: What are they & how do they affect children? United Way NCA. https://unitedwaynca.org/blog/gender-norms/

Vail, K. (2023). How to be masculine without being toxic. Clarity Clinic. https://www.claritychi.com/blog/how-to-be-masculine-without-being-toxic

Zimmermann, D., Schneider, C., & Kaspar, K. (2025). A mixed methods exploration of self-presentation, authenticity, and role model function on Instagram: Perspectives from female influencers in Germany. Frontiers in Psychology, 15, 1472514. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2024.1472514

Bahasa Abstract

Non-Toxic Masculinity kini menjadi wacana penting dalam merespons maskulinitas tradisional yang kaku dan menekan. Penelitian ini menganalisis bagaimana Raphaël Say, model dan influencer asal Prancis, merepresentasikan bentuk maskulinitas yang lebih inklusif dan gender-fluid melalui platform media sosial Instagram dan TikTok. Dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis oleh Fairclough (1995), Semiotika Roland Barthes (1957), dan Teori Performativitas Judith Butler (1990), analisis ini mengungkap bagaimana Raphaël Say membangun narasi maskulinitas baru yang ekspresif, lembut, dan menantang norma gender hegemonik. Melalui visual, gaya berpakaian, bahasa tubuh, serta narasi digital yang ia tampilkan secara konsisten, Say memanfaatkan media sosial sebagai ruang resistensi terhadap konstruksi gender biner dalam industri mode Prancis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi tersebut tidak hanya menjadi bentuk ekspresi diri, tetapi juga praktik sosial yang turut membentuk wacana maskulinitas kontemporer. Temuan ini memperkuat peran media sosial sebagai arena politik budaya yang membuka ruang bagi performa identitas yang lebih cair dan progresif.

Share

COinS