Abstract
This article examines the image of Majapahit as a symbol of power and political construction in Indonesia in the early 20th century AD until the 1960s. Majapahit is known in the imagined of past greatness. Its image was then accepted in the context of nationalism, revolutionary ideology, and the struggle against colonialism. Over its development, the symbols and constructions of the image of Majapahit shaped its influence in the political vision of nationalists in Indonesia. Entering the era of Indonesian Independence, the debate about Majapahit had formed an elements in the national political vision. This article aims to understand the construction and transformation of Majapahit symbolism in the history of Indonesian nationalist thought. This article uses historical research methods, namely topic selection, heuristics (source collection), verification (source criticism), interpretation, and historiography. The sources used are based on published speech manuscripts, historiographical works, writings in contemporary nationalist newspapers, correspondence letters, and relevant secondary sources. This article finds that Majapahit as a symbol and construction faced its own challenges. The diversity of the spectrum of nationalism in Indonesia, particularly the element of Islamic nationalism, challenged the construction of Indonesia’s past in the Majapahit symbolism from the beginning of the 20th century AD until the 1960s. This multispectrum of Indonesian nationalism ultimately became one of the reasons why the Majapahit symbolism was unacceptable as a modern political identity and vision.
References
Abdullah, T.. 1985. Sejarah dan historiografi. In Abdullah, T. & Surjomihardjo, A., Ilmu sejarah dan historiografi: Arah dan perspektif, ix-xxiv. Jakarta; YIIS, Leknas LIPI, dan Gramedia.
Acharya, A.. 2013. The making of Souteast Asia: International relations of a region. Singapura: Cornell University and ISEAS.
Aljunied, Khairudin. 2018. Hamka & Islam: Reformasi kosmopolitan di Dunia Melayu, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Anderson, B.. 2008 [1983]. Imagined communities. Yogyakarta: Insist Press and Pustaka Pelajar.
Anshari, Endang Saifuddin. 1986. Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Dan sejarah konsensus nasional antara nasionalis Islami dan nasionalis “sekuler” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959. Depok: Rajawali.
Berg, C.C.. 2007 [1965/1959]. The Javanese picture of the past. İn Soedjatmoko (ed.), An introduction to Indonesian historiography. 87-118. Sheffield: Equinox Publishing.
Budiharja et.al.. 2004. Budi Utomo: Sejarah dan Kongres Pertama di Yogyakarta 1908, Sebuah Kajian Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Chinyong Liow, J.. 2005. The politics of Indonesia-Malaysia relations: One kin, two nations. Oxford: RoutledgeCurzon.
Coedes, G. & Damais, L.Ch.. 1989. Kedatuan Sriwijaya: Penelitian tentang Sriwijaya. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional and Ecole francaise d’Extreme-Orient.
Dakhidae, D.. 2001. Memahami rasa kebangsaan dan menyimak bangsa sebagai komunitas-komunitas terbayang. In Benedict Anderson, Imagined Communities. Yogyakarta: Insist Press and Pustaka Pelajar.
Denisova, T.A.. 2011. Sumber historiografi di alam Melayu: Koleksi peribadi John Bastin. Kuala Lumpur: Perpustakaan Negara Malaysia.
Djafar, Hasan. 2012. Masa akhir Majapahit: Girindrawarddhana & masalahnya. Depok: Komunitas Bambu.
Feith, Herberth & Castle, Lance. 1970. Indonesian political thinking, 1945-1965. Ithaca: Cornell University Press.
Frederick, W. & Soeroto, S.. 2017 [1982]. Pemahaman sejarah Indonesia: Sebelum dan sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.
Guan, Kwa Chong. 1970. The historical roots of Indonesia irredentism. Asian Studies, 1(8), 38-52.
Hamka. 1994 [1963]. Dari Perbendaharaan Lama. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hamka. 2005 [1952]. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Singapura.
Hatta, Mohammad. 2015. Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977). Jakarta: Kompas.
Hatta, Mohammad. 1932. Krisis Doenia dan Nasib Ra’jat Indonesia (1). In Daulat Ra’jat, 20 September 1932, No. 37.
Hatta, Mohammad. 1932. Krisis Doenia dan Nasib Ra’jat Indonesia (2). In Daulat Ra’jat, 30 September 1932, No. 38.
Kartodirjo, Sartono. 1998. Pengantar sejarah Indonesia baru: 1500-1900: dari emporium sampai imperium, jilid 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kohn, Hans. 1967 [1944]. The Idea of Nationalism: A Study in Its Origins and Background. New York: Collier Books.
Krom, N.J.. 1954 [1938]. Zaman Hindu. Jakarta: Pembangunan.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lombard, D.. 2005 [1990]. Nusa Jawa: Silang budaya, Kajian sejarah terpadu, Bagian III: Warisan kerajaan-kerajaan konsentris. Jakarta: Gramedia.
Mihardja, Achdiyat K. (ed.). 1977. Polemik Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Muljana, Slamet. 2012 [1965]. Menuju puncak kemegahan (sejarah Kerajaan Majapahit). Yogykarta: LKiS.
Muzakar, Kahar. 1970 [1960]. Down with the New Madjapahitsm. In Feith, Herberth & Castle, Lance. Indonesian Political Thinking, 1945-1965, 330-335. Ithaca: Cornell University Press.
Noer, Deliar. 1983. Yamin dan Hamka: Dua jalan menuju Identitas Indonesia. In Reid, A. & Marr, D. (eds.), Dari Raja Ali Haji hingga Hamka: Indonesia dan masa lalunya. 37-52. Jakarta: Grafiti Press.
Nordholt, Henk Schulte et.al. 2008. Perspektif baru penulisan sejarah Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor dan KITLV.
Pigeaud, Theodore. 1960. Java in the 14th century: a study in cultural history. Den Haag: Martinus Nijhoff.
Pols, Hans. 2019. Merawat bangsa: sejarah pergerakan para dokter Indonesia. Jakarta: Kompas.
Reid, Anthony. 2018. Indonesia, revolusi, & sejumlah isu penting. Jakarta: Prenada.
Ricklefs, M.C.. 2007. Polarising Javanese society. Singapura: NUS Press.
Rosidi, Ajip. 1989. M. Natsir: Sebuah biografi. Bandung: Giri Pusaka.
Soekarno. 1949 [1947]. Lahirnja Pantja-sila. Jakarta: Goentoer.
Soepomo S.. 1983, Citra Majapahit dalam tulisan Jawa dan Indonesia kemudian. In Reid, A. & Marr, D. (eds.), Dari Raja Ali Haji hingga Hamka: Indonesia dan masa lalunya. 121-138. Jakarta: Grafiti Press.
Southgate, B.. 1998. History: What & why: Ancient, modern, and postmodern perspective. Oxford: Routledge.
Sukarno. t.t.. Indonesia menggugat. Jakarta: Departemen Penerangan Republik Indonesia.
Surat Ibrahim Yacoob kepada Muhammad Yamin, “1945 Malaja menerima Piagam Djakarta”, 20 Juni 1959. ANRI.
T.p.. t.t.. Himpunan Risalah Sidang-sidang dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) (Tanggal 29 Mei 1945 – 16 Juli 1945) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (Tanggal 18 dan 19 Agustus 1945) yang Berhubungan dengan Penyusunan Undang-undang Dasar. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Yamin, Muhammad. 1972 [1945]. Gadjah Mada: Pahlawan persatuan Nusantara. Jakarta: Balai Pustaka.
Bahasa Abstract
Artikel ini membahas citra Majapahit sebagai simbol kekuasaan dan konstruksi politik di Indonesia pada awal abad ke-20 M hingga periode 1960-an. Majapahit dikenal dalam visi imajinasi kebesaran masa lalu. Citranya kemudian diterima dalam konteks nasionalisme, ideologi revolusi, dan perjuangan melawan kolonialisme. Dalam perkembangannya, simbol dan konstruksi citra Majapahit membentuk pengaruhnya dalam visi politik para nasionalis di Indonesia. Ketika memasuki era Kemerdekaan Indonesia, perdebatan tentang Majapahit telah membentuk elemen dalam visi politik nasional. Artikel ini bertujuan untuk memahami konstruksi dan transformasi simbolisasi Majapahit dalam sejarah pemikiran kaum nasionalis Indonesia. Artikel ini menggunakan metode penelitian sejarah, yakni pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Sumber-sumber yang digunakan berdasar pada naskah-naskah pidato terbitan, karya historiografis, tulisan-tulisan dalam surat kabar sezaman para nasionalis, surat korespondensial, dan sumber sekunder relevan. Artikel ini menemukan bahwa Majapahit sebagai simbol dan konstruksi menghadapi tantangannya sendiri. Keberagaman spektrum nasionalisme di Indonesia, terutama unsur nasionalisme Islam, menentang konstruksi masa lalu Indonesia dalam simbolisasi Majapahit seketika memasuki abad ke-20 M hingga periode 1960-an. Multispektrum dalam nasionalisme Indonesia pada akhirnya menjadi salah satu sebab simbolisasi Majapahit tidak dapat diterima sebagai identitas dan visi politik modern.
Recommended Citation
Al Ghiffari, Ahda Abid; Mulyatari, Dwi; and Pradjoko, Didik
(2025)
"MAJAPAHIT SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN: PENGARUHNYA TERHADAP VISI POLITIK DI INDONESIA,"
Multikultura: Vol. 4:
No.
3, Article 11.
DOI: 10.7454/multikultura.v4i3.1179
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/multikultura/vol4/iss3/11