•  
  •  
 

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai perwujudan arca di klenteng Da Bo Gong dan San Kwan Ta Tee yang berada di Jakarta. Pembahasan mengenai perwujudan arca ini dibahas dalam perspektif perjalanan hidup (life course). Pada klenteng Da Bo Gong hanya menggunakan arca yang ada di ruang pemujaan utama. Sedangkan pada klenteng San Kwan Ta Tee menggunakan arca yang ada di bangunan utama. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah (observasi), pengolahan data dengan mengklasifikasikannya menjadi tua, muda dan laki-laki, perempuan serta tahap terakhir penafsiran data. Hasil dari penelitian ini diketahui dari kedua klenteng memiliki berbagai macam tokoh Dewa-Dewi yang lebih banyak diwujdukan sebagai orang tua dibandingkan muda. Hal tersebut manusia yang bisa menjadi dewa apabila bersikap baik, memiliki kesucian hati dan ahli di bidang tertentu. Guna untuk menguasai bidang tertentu pasti memerlukan waktu. Perwujudan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal tersebut dikarenaka pada masa Cina Kuno perempuan belum mempunyai banyak pengaruh, bahkan keberadaanya masih kurang diperhitungkan.

References

Asti Kleinsteuber, S. M. (2010). Klenteng - Klenteng Kuno Di Indonesia. Jakarta: Genta Kreasi Nusantara.

Claudine Salmon, D. L. (2003). Klenteng-klenteng dan masyarakat Tionghoa di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakara.

Depdiknas. (2000). Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Diyah Wara Restiyati, N. R. (2018). Bangunan Cagar Budaya Berlangga Cina di Jakarta . Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Deetz, J. (1967). Invitation to Archaeology. American Museum Science Books.

Eberhard, W. (1994). A Dictionary of Chinese Symbols. Taipe: Publishing Inc

Herwiranto, M. (2007). Klenteng: Benteng Terakhir Dan Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa Di Indonesia. Lingua Cultura, 78-86.

Hutchison, E. D. (2019). A Life Course Perspective. In E. D. Hutchison, Dimensions of Human Behavior The Changing Life Course (pp. 35-97). London: SAGE Publications, Inc.

Junus, G. S. (2006). Tipologi Bangunan Klenteng Abad 16 Hingga Paruh Awal Abad 20 Di DKI Jakarta. Depok: Tesis, Departemen Arkeologi, Universitas Indonesia.

Lip, D. E. (1986). Chinese Tempeles And Deities . Singapore: Time Book Internasional. Mitchell, B. A. (2003). s Theory. The International Encyclopedia of marriage and FamilyRelationships. Edition: 2nd, 1051-1055.

Moerthiko. (1980). Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang, Tempat Ibadat Tridharma Se-Jawa. Jakarta: Sekretariat Empah Wong Kam Fu.

Permana, C. E. (2016). Kamus Istilah: Arkeologi-Cagar Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Roberts, J. (2004). Chinese Mythology A to Z. New York: Facts On File, Inc.

Setiawan, I. E. (1990). Dewa-Dewi Klenteng. Semarang: Yayasan Klenteng Sampookong.

Share

COinS