•  
  •  
 

Journal of Indonesian Tourism and Policy Studies

Abstract

Rural tourism has been quite a favourite form of alternative tourism in Indonesia over the last few years. Beeton (2006) defined rural tourism as a various activities that take place in nonurban settings, ranging from natural or manmade attractions, amenities and facilities, transportation, marketing to information system. People want to experience the indigenous culture and natural environment that settled in rural landscape. Many scholars have argued that the success of tourism development in rural areas depends on the collaboration in Indonesia using a case study of Wanayasa, Purwakarta. It assesses the level of community participation, limitations to community participation in tourism development and community’s commitment to participate in rural tourism development. To accomplish the main objective of this study, the qualitative approach was chosen as a research method. Primary data were collected through in-depth interviews and focus group discussion with 21 informants selected which comprises representation from 3 different group namely local authorities in Purwakarta region, representative of local community, tourism institution.. The data were analysed using qualitative content analysis to set priorities and alternative strategies. The results of this study indicated that local people is highly enthusiastic about tourism development in Wanayasa. Community’s commitment to participate in the rural tourism development is to contribute to the provision of access and infrastructure, organize cultural events, and preserve both cultural and natural environment independently. Local community is also interested in building mutual partnership to develop tourist destination, build businesses and promote its tourism to potential markets. However, the level of community involvement in Wanayasa is still at the stage of participation with material incentives and functional participation. While limitations of cultural, structural and operational are also challenges that must be anticipated, to bear on society engagement and mobilization in the development of tourism.

Bahasa Abstract

Wisata pedesaan telah menjadi salah satu wisata alternatif favorit di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Beeton (2006) mendefinisikan bahwa wisata pedesaan sebagai bentuk kegiatan yang berlangsung di daerah yang dilur perkotaan, mulai dari wisata alam atau buatan manusia, akomodasi dan fasilitas, transportasi, pemasaran untuk sistem informasi. Banyak wisatawan yang ingin mendapatkan pengalaman tentang budaya adat dan lingkungan alam yang ada di lanskap pedesaan di Indonesia. Para ahli berpendapat bahwa keberhasilan pengembangan pariwisata di daerah pedesaan tergantung pada kerjasama di Indonesia, dengan menggunakan studi kasus Wanayasa, Purwakarta, hal ini mengeanalisis tentang tingkat partisipasi masyarakat, keterbatasan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata serta komitmen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pedesaan. Untuk mencapai tujuan utama dari penelitian ini, pendekatan kualitatif dipilih sebagai metode penelitian. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus dengan 21 informan yang dipilih yang terdiri perwakilan dari 3 kelompok yang berbeda berwenang yaitu komunitas lokal di wilayah Purwakarta, perwakilan dari masyarakat setempat, lembaga pariwisata. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dengan menggunakan prioritas dan strategi alternatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat setempat sangat antusias dalam mengembangkan pariwisata di Wanayasa. Komitmen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pedesaan adalah untuk berkontribusi pada penyediaan akses dan infrastruktur, mengatur berbagai acara budaya, dan melestarikan lingkungan baik alam dan budaya secara independen. Masyarakat setempat juga tertarik dalam membangun hubungan kemitraan dengan para pemangku kepentingan untuk mengembangkan tujuan wisata, membangun bisnis dan mempromosikan pariwisata ke dunia. Namun, tingkat keterlibatan masyarakat dalam Wanayasa masih pada tahap partisipasi dengan insentif material dan partisipasi fungsional. Sementara keterbatasan budaya, struktural dan operasional juga merupakan tantangan yang harus diantisipasi, untuk meningkatkan pada keterlibatan masyarakat dan melakukan mobilisasi dalam pengembangan pariwisata.

Share

COinS