Journal of Indonesian Tourism and Policy Studies
Abstract
Futurologist Naisbitt (1988) Said about paradox of globalization process for local tradition culture, where tradition is exposed by the strength of global capitalism and modern life style. It does not always make the tradition to be crushed, but it becomes one kind, and even disappear. However, the tradition will try to find their place and the identity back. In this article, the discussion will be focused on how Arek Bandulan answer the global challenges through festivalization (Bennett, et al., 2014 ) the art of the musical tradition of their patrol. Festivalising art patrol is hold by Karangtaruna Wira Bhakti Bandulan who has spawned a lot of innovations in the appearance of various components local art in a festival. It shows that Arek Bandulan create their original cultural identity of art music tradition which is not too modern enough and not longer traditional too. The disclosure of identity expression to the global by festivalising traditions patrol sahur weaking up music art when Ramadan is packaged as well as events in the world and is supported by funder, the media and modern technologies. This ethnographic study tries to reveal how the process of identity formation in the object of patrol sahur festival happened.
Bahasa Abstract
Futurologist Naisbitt (1998) mengatakan tentang proses paradox global dalam tradisi budaya lokal, dimana tradisi yang dipaparkan adalah bagian dari pengaruh kapitalisme dan gaya hidup modern. Fenomena tersebut tidak selamanya memberi peluang negatif bagi tradisi lokal, tetapi justru memunculkan sesuatu yang baru dan memiliki daya saing tinggi. Meski sekalipun, tradisi tersebut mencoba menempatkan diri pada tempat dan identitasnya, dia akan tetap menguat dalam atmosfir global. Dalam artikel ini, pembahasan diarahkan pada bagaimana Arek Bandulan mengemas seni tradisi meraka yakni patrol untuk menghadapi tatangan global. Festivalisasi patrol di Bandulan awalnya digagas oleh Karangtaruna Wira Bhakti Bandulan. Penyelenggaraan festival tersebut ditujukan untuk mewadahi praktek budaya traditional yang sebenarnya tidak begitu modern dan tidak juga begitu tradisional. Praktek dari pencitaan identitas dalam arena global menggunakan wadah festival bertajuk patrol sahur yang di selenggarakan setiap bulan ramadhan. Festival ini kemudian diselenggarakan secara rutin dan disponsori oleh Funder, media cetak dan elektronik. Dengan menggunakan metode etnografi artikel ini mencoba menjawab mengenai bagaimana formasi pembentukan identitas dalam festival patrol sahur terjadi.
Recommended Citation
Maftuchin, Annise Sri
(2016)
"Festivalization of Music Patrol Bandulanand the Quest of Arek Bandulan Cultural Identity,"
Journal of Indonesian Tourism and Policy Studies: Vol. 1:
Iss.
1, Article 14.
DOI: 10.7454/jitps.v1i1.1054
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/jitps/vol1/iss1/14